Laporannya Ditolak Polres, Pria Ini Akan Kembali Polisikan Ibu Kandung ke Polda

Laporannya Ditolak Polres, Pria Ini Akan Kembali Polisikan Ibu Kandung ke Polda naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - “Sikap saya ini, bukan berarti ingin memenjarakan ibu saya,” kilah pria kelahiran Ranggagata 10 Desember 1973 tersebut, saat ditemui Lombok Post dikediamannya.

Dia berharap, ibunya diberikan pelajaran dan diingatkan oleh polisi. Sehingga, jalan terakhir akan mendatangi Polda NTB. Rencananya akan berkonsultasi, sekaligus meminta tolong ke Polda NTB. Bila perlu bertemu langsung dengan kapolda NTB.

“Saya ingin, ibu saya kembali ke rumah, sekaligus membawa motor,” ujarnya.

Dia tidak terima motor jenis Honda BeAT itu dibawa pergi oleh ibunya. Menurut Mahsun, seharusnya motor itu diberikan dirinya. Bukan digunakan oleh saudara-saudara kandung dari ibunya. Apalagi, motor yang dimaksud sepertinya jarang dirawat.

Mahsun sendiri merupakan anak tunggal Kalsum dan almarhum suaminya, Madahan. Motor dibeli sejak akhir 2018 lalu itu setelah tanah warisan dari almarhum suami dijual. Luasnya mencapai 40 are, dijual Rp 6 juta per are atau setara Rp 240 juta. Dari jumlah itu, Rp 15 juta diberikan ke ibunya.

“Bersama saya beli motor itu Rp 11 juta,” cerita bapak tiga anak tersebut.

Sisa uangnya ditabung di bank, membeli pekarangan rumah, sawah, kebun dan membangun rumah untuk ibunya. Lokasinya berdekatan dengan rumahnya sendiri.

Awalnya, keluarga mereka cukup harmonis. Namun, karena sering terjadi ketegangan antara ibunya dan istri, akhirnya sang ibu memilih mengalah.

Perempuan kelahiran 31 Desember 1959 itu mengalah dan pergi dari rumah April lalu. Ia membawa motor tersebut ke rumah keluarganya di Dusun Buntage Desa Giri Sasak, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat.

Inilah yang membuat Mahsun kesal. Tidak terima dengan hal itu, Mahsun melaporkan ibunya atas dugaan penggelapan kendaraan bermotor ke Polsek Praya Barat Daya. Namun laporannya ditolak.

Persoalan itu juga sempat dimediasi oleh Pemdes Ranggagata, maupun Pemdes Giri Sasak. Namun tidak ada titik temu. Puncaknya, keluarga dipertemukan di halaman Polres Loteng. “Menurut saya tidak ada titik temu. Karena apa yang saya inginkan tidak terpenuhi,” sesalnya.

Sementara itu, Kalsum merasa kecewa atas sikap anak kesayangannya. Seharusnya, hal itu tidak dilakukan.

“Ini namanya anak durhaka. Lihat saja balasan dari Allah SWT, tunggu saja,” tegasnya didampingi adiknya, Amaq Ramli, dan Kepala Dusun (Kadus) Buntage, Asrul Asmanulhakim.

Dia menceritakan, sejak dalam kandungan hingga masa balita dan tumbuh dewasa, anak kesayangannya itu luar biasa diperhatikan. Mau apa saja dituruti. Apalagi, dia anak satu-satunya. Begitu punya istri yang ketiga, sikapnya berubah. Berani melawan orang tua.

“Awalnya saya hanya bisa bersabar dan berdoa. Tapi, lama-lama saya tidak tahan, saya pilih tinggal di rumah saudara saya sendiri,” cerita Kalsum.

Soal rencana dilaporkan ke Polda NTB, ibu 61 tahun tersebut yakin dan percaya, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia siap menjalani sisa-sisa hidupnya dengan ujian dan cobaan yang datang langsung dari anaknya sendiri. “Benar-benar anak durhaka,” tegasnya lagi.

Related

News 3998667267446817977

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item