Mengenal Sosok Penulis Rubrik ‘Nah Ini Dia’ di Harian Pos Kota (Bagian 1)

Mengenal Sosok Penulis Rubrik ‘Nah Ini Dia’ di Harian Pos Kota, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Nama Gunarso TS (66) selalu muncul dalam rubrik Nah Ini Dia Harian Pos Kota. Rubrik ini populer karena menggabungkan cerita kriminal dan perselingkuhan dengan bumbu seks kental. Saking lekatnya dengan urusan seks, teman-teman Gunarso TS memparodikan kepanjangan TS di belakang namanya menjadi "Tukang Selingkuh!"

"Si Tukang Selingkuh" ini seharusnya menjadi guru agama. Dia menyelesaikan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Kota Yogyakarta pada 1969. Bukannya mengajar ngaji, Gunarso muda malah sibuk berkarier di ruang redaksi.

Tercatat dia pernah menjadi penulis di beberapa media berbahasa Jawa seperti Mingguan Kembang Brayan Yogyakarta dan Redaktur Ariwarti Parikesit Solo. Gunarso kemudian berlabuh ke Pos Kota pada 1977 hingga menjadi redaktur pelaksana dan kini redaktur senior.

"Senior itu artinya Senang Istri Orang," ujarnya sambil tertawa.

Empat puluh tahun Gunarso berkarya di koran milik Harmoko, mantan Menteri Penerangan kesohor era Orde Baru. Sejak 1987 dia dipercaya menulis rubrik Nah Ini Dia. Seharusnya dia sudah pensiun 2007 lalu, tetapi kemampuannya mengolah urusan 'begituan' ternyata belum bisa tergantikan. Rubrik di pojok kanan bawah Pos Kota itu telah mengantarkan namanya menjadi legenda.

Gunarso tak hanya piawai mengisahkan kasus selingkuh yang penuh intrik, dia pun lihai mengomentari sengkarut ekonomi politik.

Coba simak cuplikan tulisannya berikut ini: "Belakangan ini, asal melihat Nuryuanti, ukuran celana Pak Guru langsung berubah, dari L menjadi XL. Lalu otaknya pun berpikiran ngeres. Bukan petugas amnesti pajak, tapi Darmaji bergumam: singkap, tembus, lega!"

Kepekaan Gunarso pada urusan politik dan ekonomi terus terasah karena dia mengasuh rubrik Sental-Sentil dan Pojok (Paket Pos) di Pos Kota yang berisi ulasan politik terkini. Barangkali cuma Gunarso yang bisa mengawinkan perkara janda dengan urusan negara.

Media mengunjungi rumah Gunarso TS di bilangan Cipayung, Jakarta Timur, menguak beragam kisah di balik soal rubrik Nah Ini Dia. Diselingi bermacam kelakar, Gunarso bercerita fantasi masa mudanya yang terus terbayang, hingga kritiknya pada rezim yang mengekang.

Kapan pertama kali Nah Ini Dia terbit? 

Awalnya November 1987. Sebenarnya ini rubrik yang tidak disengaja. Waktu itu saya redaktur pelaksana untuk rubrik Singkat Daerah, isinya berita unik pendek, sekitar enam-tujuh baris. Suatu saat, saya pulang duluan dari kantor. Pas malam-malam, Pak Saiful (wakil pemimpin redaksi) datang dan melihat rubrik Singkat Daerah. Tiba-tiba dia langsung ganti namanya jadi, "Nah Ini Dia". 

Besok paginya saya baca dan tanya ke teman-teman, "Lho kok nama Singkat Daerah jadi Nah Ini Dia? Siapa yang ganti?" Saat tahu Pak Saiful yang ganti, saya bilang ke dia, "Pak, kalau namanya Nah Ini Dia mestinya berisi tulisan yang menggelitik dan lucu." Dia balas, "Ya kamu tulis seperti itulah!"

Edisi berikutnya langsung saya ganti gaya tulisannya. Ternyata respons pembaca bagus. Akhirnya sampai sekarang Nah Ini Dia terus ada.

Nah Ini Dia itu kejadian nyata atau fiksi?

Nyata. Lokasinya, seperti nama jalan dan kampung tetap sesuai asli, paling RT/RW yang saya buang. Saya mengambil kisahnya dari koran-koran daerah. Di akhir tulisan selalu ditulis sumbernya.

Misal, inisial SM berarti diambil dari Suara Merdeka. Kalau dari internet, seperti detik.com ditulis DC. Saya juga cari dari website-website yang terpercaya. Saya tidak berani mengambil dari sembarang website karena takutnya hoax.

Apakah tokoh-tokoh di Nah Ini Dia menggunakan nama sebenarnya? 

Nama samaran. Dulu pakai nama asli, lalu Pos Kota pernah digugat sampai membayar Rp 7,5 juta pada tahun 90-an oleh si pemilik nama. Berangkat dari situ, tokohnya menggunakan nama samaran.

Malah sekarang, misalnya saya tidak senang dengan Fadli Zon, saya bagi dua saja nama tokohnya. Satu tokoh namanya Fadli, satu lagi namanya Zonk. Kadang saya juga pakai Fahri Hamzah, jadi tokohnya Fahri dan Hamzah.

Apa kejadiannya harus aktual?

Kadang-kadang saya mengambil dari kejadian minggu lalu. Biasanya Ucha (ilustrator Nah Ini Dia) mengirimkan saya bahan cerita untuk satu minggu, kemudian saya pilih-pilih.

Sejak dulu penulis Nah Ini Dia cuma Anda sendiri?

Saya sendiri yang menulis, tidak ada yang lain. Sebenarnya banyak teman yang mau menggantikan tapi sampai sekarang bos-bos Pos Kota tetap percaya sama saya. Saya baru diganti kalau sedang sakit, tapi pembaca biasanya tahu kalau yang menulis bukan saya.

Baca lanjutannya: Mengenal Sosok Penulis Rubrik ‘Nah Ini Dia’ di Harian Pos Kota (Bagian 2)

Related

News 7494144386560101212

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item