Misteri Lagu ‘Yamko Rambe Yamko’ yang Kini Jadi Polemik (Bagian 2)

Misteri Lagu ‘Yamko Rambe Yamko’ yang Kini Jadi Polemik, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Lagu ‘Yamko Rambe Yamko’ yang Kini Jadi Polemik - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Terlepas dari asal-usul yang samar, lagu itu senantiasa dilekatkan dengan masyarakat Papua dan dinilai sebagai representasi identitas Papua. Dalam daftar lagu daerah—yang menjadi salah satu parameter mengenal ragam budaya di Indonesia—Yamko Rambe Yamko diklaim sebagai lagu daerah Papua.

Bahkan, lagu ini sering dibawakan oleh kelompok paduan suara dalam kompetisi internasional.

Etnomusikolog dan peneliti musik, Resa Seto Hadiwijoyo, menganggap itu sebagai "masalah besar".

"Jangan-jangan selama ini kita membiarkan identitas itu menjadi representasi mereka justru karena itu konstruksi sosial yang dibangun oleh orang-orang yang bukan berasal dari Papua, kemudian itu menjadi identitas mereka," jelas Seto.

"Kalau misalnya seperti itu, ada masalah besar bahwa ternyata identitas teman-teman Papua, representasi orang-orang Papua ini, kemudian bukan dari teman-teman Papua sendiri, tapi oleh orang-orang di luar masyarakat Papua," imbuhnya kemudian.

Seto yang meneliti tentang diplomasi musik ketika studi di School of Asian and African Studies (SOAS), University of London, Inggris, mengungkapkan musik kerap digunakan sebagai alat diplomasi oleh pemerintah di masa lalu.

Apa yang terjadi pada lagu Yamko Rambe Yamko, menurut Seto, berkaitan dengan "adanya framing yang dibangun pemerintah, yang kemudian itu disematkan sebagai representasi masyarakat Papua," kata dia.

Kendati begitu, dia menegaskan hal itu perlu dikaji lebih jauh dari sisi sejarah. Sebab, mengutip apa yang dituturkan oleh tokoh Papua, Simon Patric Morin, lagu ini dibawa oleh seniman Jakarta yang pada waktu itu datang ke Biak untuk menghibur orang-orang Papua pada awal 1960an.

Apalagi, tak ada satu pun suku di Papua yang mengklaim lagu itu sebagai lagu mereka.

"Ini kan berarti ada yang aneh dan menurut saya ada hal yang harus diluruskan. Kalau memang benar itu bukan bahasa Papua dan tidak merepresentasi orang Papua, maka kita harus siap bahwa ketika orang Papua meminta simbol representasi itu kemudian diubah," ungkap Seto.

Akan tetapi, Agastya Rama Listya, etnomusikolog sekaligus dosen program studi seni musik di Universitas Kristen Satya Wacana, tak sependapat.

Agastya menyebut "pencarian asal-usul bukan sesuatu yang esensial", jika komunitas etnis Papua sudah menganggap lagu tersebut sebagai representasi di tingkat nasional maupun internasional, maka "itu bukan suatu masalah".

"Kalau komunitas Papua akan melakukan diskusi menerima atau tidak menerima, atau mengubah, atau mungkin mempertahankan melodinya dan mengubah dengan teks baru, menurut saya yang paling relevan menjawab adalah etnis Papua sendiri," jelas Agastya.

Dia menyarankan, jika komunitas Papua menolak lagu ini sebagai lagu daerahnya, maka yang semestinya dilakukan kemudian adalah menghapus segala klaim bahwa lagu ini lagu daerah Papua dari buku teks dan materi pembelajaran yang selama ini beredar.

Bagaimana tanggapan komunitas Papua?

Ketua Dewan Kesenian Tanah Papua, Nomensen Mambraku, mengungkapkan, meski mengaku tak mengerti makna lirik lagu tersebut, namun lagu itu sudah menjadi bagian dari seni dan budaya Papua.

"Seni untuk seni," tegasnya.

"Soal sejumlah seniman Papua mengklaim lagu itu bukan lagu orang Papua, saya setuju. Tetapi dia [lagu Yamko Rambe Yamko] sudah memberikan warna bahwa di seluruh Indonesia orang menyanyikan lagu itu dengan jiwa dan napas orang Papua, meskipun lagunya bukan dari Papua," ujar Nomensen.

"Dari aspek kultur, lagu itu harus diakui bahwa dia mewakili nilai-nilai dan aspek dasar kehidupan seni dan budaya orang Papua, karena memang lagu itu dibesarkan di tanah Papua," jelasnya kemudian.

Hal serupa juga terjadi pada seni budaya yang lain. Dia mencontohkan tari Gale-Gale kini identik dengan budaya Papua, padahal tarian itu berasal dari Maluku Utara.

"Seni tidak perlu dipolitisir. Biarkan seniman pada lahannya dan politik pada lahannya sendiri-sendiri," kata dia.

Senada, tokoh Papua, Simon Patric Moran, pun tak menganggap lagu Yamko Rambe Yamko "secara paksa" disematkan sebagai identitas Papua, meski bukan berasal dari Papua.

Namun begitu, dia menegaskan bahwa budayawan Papua perlu mengklarifikasi asal-usul lagu ini.

"Secara positif saya melihat, niat Pak Kasur itu hanya untuk membawa kegembiraan. Sehingga saya menganggap itu sekedar diciptakan dari serangkaian kata-kata. Saya kira budayawan perlu klarifikasi tentang hal ini karena lagu pernah dibawa ke forum internasional," ujar Simon.

Rasisme, pengalaman dan harapan mahasiswa Papua

Sejumlah kelompok paduan suara kerap membawakan lagu Yamko Rambe Yamko yang diaransemen oleh Agustinus Bambang Jusana dalam kompetisi paduan suara internasional.

Paduan suara anak Indonesia, The Resonanz Children's choir, meraih gelar juara ketika melantunkan lagu ini di sebuah kompetisi yang digelar di Venesia, Italia, pada 2016. Tahun lalu, lagu ini juga dibawakan oleh paduan suara Telkom University Choir ketika meraih kemenangan dalam kompetisi di Taipei, Taiwan.

Bahkan, kelompok paduan suara dari negara lain juga kerap membawakan lagu Yamko Rambe Yamko, yang mereka anggap sebagai lagu dari Papua.

Etnomusikolog, Agastya Rama Listya, yang juga kerap mengaransemen lagu untuk paduan suara, menyebut bahwa "dunia paduan suara tak ambil pusing dengan latar belakang lagu yang dinyanyikan".

"Dan itu kan sudah dinyanyikan oleh paduan suara dari luar. Jadi kalau kita bilang 'Lagu ini kami tarik karena bukan lagu Papua', sebenarnya kita justru mempermalukan diri," jelasnya.

Namun begitu, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, mengungkapkan pemerintah tengah melakukan penelusuran dan pengkajian resmi terkait asal-usul lagu ini.

"Sementara ini sedang ditelusuri dan dikaji oleh unit pelaksana teknis Ditjen Kebudayaan, yakni Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua," ujar Mahendra.

Hasil penelusuran ini, nantinya dijadikan dasar untuk mengklarifikasi asal-usul lagu Yamko Rambe Yamko yang selama puluhan tahun disematkan sebagai bagian dari identitas Papua.

Related

News 5558423083768063150

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item