Pakar UI Luruskan Isu Simpang-Siur Soal Thermo Gun Dapat Merusak Otak

Pakar UI Luruskan Isu Simpang-Siur Soal Thermo Gun Dapat Merusak Otak naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto sempat membantah isu yang beredar terkait penggunaan thermo gun atau alat pengukur suhu tubuh dengan cara ditembak ke dahi lalu bisa menyebabkan kerusakan pada otak.

Ketua Departemen Fisika Kedokteran UI, Prasandhya Astagiri Yusuf, menjelaskan thermo gun berbeda dengan termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi. Thermo gun menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.

Sebab menurut prinsip ilmu kedokteran, tiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin bakal memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut dengan radiasi benda hitam (Hukum Wien).

"Kelvin adalah satuan baku untuk temperatur dengan konversi 0 derajat celsius setara dengan 273 K. Kisaran tubuh manusia normal (36-37,5 derajat celsius) berada dalam pancaran spektrum inframerah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik," jelas Prasandhya dikutip dari keterangan rilis yang diterima media.

Dijelaskan Prasandhya, energi radiasi dari permukaan tubuh ditangkap dan kemudian diubah menjadi energi listrik dan ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat celsius pada thermo gun.

Prasandhya menegaskan bahwa termometer dahi dinilai lebih cocok untuk skrining gejala demam Covid-19 karena hanya perlu 'ditembak' ke arah dahi tanpa perlu kontak atau bersentuhan langsung dengan kulit.

Thermo gun kata dia bakal mendeteksi temperatur arteri temporal pada dahi untuk mengestimasi suhu tubuh seseorang.

"Hal yang perlu diperhatikan adalah akurasi pengukuran temperatur bergantung pada jarak dan sudut alat thermo gun terhadap objek yang diukur. Maka dari itu, jangan heran jika hasil pengukuran bisa berubah-ubah," tutur Prasandhya.

Menurut Prasandhy, ada parameter penting yang menentukan tingkat akurasi pengukuran thermo gun yaitu perbandingan jarak dengan luas titik pengukuran.

Biasanya, kata dia, 12 berbanding 1 (12:1). Artinya, untuk mengukur suatu titik dengan luas satu sentimeter persegi, jarak pengukuran idealnya mesti 12 sentimeter.

"Di sinilah sebenarnya peran laser dalam suatu thermo gun yaitu membantu operator menentukan titik pusat pengukuran. Namun alat thermo gun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan temperatur di industri, bukan untuk medis," jelas Prasandhya.

Prasandhya pun menjawab pertanyaan publik yang dianggap thermo gun dapat merusak otak manusia, menurut dia, laser tidak ada efek berbahaya untuk otak.

Namun ia mengimbau untuk tidak menembakkannya langsung ke mata karena dapat merusak retina.

"Laser ini tidak ada efek berbahaya untuk otak, tapi jangan sampai menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina," tegas Prasandhya.

Prasandhya pun menyarankan thermo gun mesti dikalibrasi minimal setahun sekali, supaya skrining suhu terjaga akurasinya.

Ia kembali menegaskan penggunaan thermo gun juga tidak bisa menjadi acuan terkait apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

"Pengukuran temperatur tubuh dengan thermo gun tidak bisa dijadikan acuan utama terkait apakah seseorang menderita Covid-19 atau tidak, karena pasien Covid-19 bisa muncul tanpa gejala demam," jelas Prasandhya.

"Kami berharap penggunaan thermo gun secara luas di tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik disertai dengan SOP yang jelas," pungkasnya.

Related

News 5234878152344354547

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item