Perlu Tahu, Ini Penyebab Indonesia Bisa Masuk Jurang Resesi Ekonomi

Perlu Tahu, Ini Penyebab Indonesia Bisa Masuk Jurang Resesi Ekonomi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pemerintah mengakui Indonesia berpotensi masuk ke jurang resesi ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut resesi ekonomi terjadi jika pertumbuhan pada kuartal kedua dan ketiga berturut-turut negatif.

Ani, panggilan akrabnya, memperkirakan ekonomi RI minus hingga 3,8 persen pada kuartal II 2020 akibat pandemi virus corona. Menurut dia, ekonomi domestik sangat tertekan akibat pandemi virus corona.

Pasalnya, pemerintah terpaksa menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah dalam dua hingga tiga bulan terakhir untuk meminimalisir penyebaran virus corona.

PSBB itu membuat aktivitas ekonomi masyarakat terhambat. Sebab, banyak masyarakat yang berdiam diri di rumah sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi.

"Dengan pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II 2020, maka sangat berat untuk jaga ekonomi tetap positif. Semua lembaga membuat proyeksi ekonomi negatif, hanya sedikit yang positif," ujarnya belum lama ini.

Untuk kuartal ketiga, Ani memproyeksi pertumbuhan ekonomi dalam skenario paling berat minus 1,6 persen. Kekhawatiran itu terjadi bila konsumsi masyarakat tidak signifikan. Maklum, konsumsi masyarakat masih menjadi tulang punggung bagi ekonomi domestik.

"Kami berharap kuartal III dan kuartal IV 2020 (pertumbuhan ekonomi) 1,4 persen atau kalau dalam negatif bisa minus 1,6 persen. Itu technically bisa resesi kalau kuartal III negatif dan secara teknis Indonesia bisa masuk zona resesi," jelas Sri Mulyani.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen. Di sini, konsumsi masyarakat menyumbang hingga 58,14 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara, investasi menyumbang 31,91 persen terhadap pembentukan PDB, pengeluaran konsumsi LNPRT 1,28 persen, konsumsi pemerintah 6,5 persen, perubahan inventori 2,25 persen, ekspor barang dan jasa 17,43 persen, serta dikurangi impor barang dan jasa sebesar 17,57 persen.

Tak heran, bila konsumsi masyarakat meradang, maka dampaknya ke ekonomi juga besar. Pada kuartal I 2020 kemarin, tingkat konsumsi masyarakat hanya tumbuh 2,84 persen atau jauh lebih rendah dari biasanya yang mencapai 5 persen.

Secara terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkapkan pertumbuhan ekonomi terancam bergerak dari skenario berat menuju skenario sangat berat pada tahun ini. Itu artinya, ekonomi Indonesia diprediksi mendekati minus 0,4 persen dari sebelumnya sebesar 2,3 persen.

Lembaga riset Morgan Stanley pun meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II dan III 2020 negatif. Artinya, Indonesia akan masuk jurang resesi tahun ini.

Mengutip riset Morgan Stanley bertajuk Asia Economic Mid-Year Outlook, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 diprediksi minus hingga 5 persen. Kemudian, pertumbuhan ekonomi dalam negeri juga diyakini masih minus pada kuartal III dan IV 2020.

Detailnya, ekonomi kuartal III 2020 diproyeksi minus 1,5 persen dan kuartal IV 2020 minus 0,5 persen. Morgan Stanley menilai Indonesia baru akan bangkit pada akhir 2020 atau kuartal I 2021 mendatang.

Related

News 3152017610988441363

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item