Resesi Sudah di Depan Mata, Ini 7 Hal Penting yang Perlu Kita Perhatikan

Resesi Sudah di Depan Mata, Ini 7 Hal Penting yang Perlu Kita Perhatikan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pandemi Covid-19 telah membuat perekonomian dunia terpukul, termasuk Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Indonesia pun berpotensi mengalami resesi.

Sebagai gambaran, dalam proyeksi terbaru, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 4,9%, lebih dalam dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni -3%.

Awalnya, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 0,5% tahun ini. Namun, proyeksi terbaru memperkirakan ekonomi Tanah Air akan terkontraksi -0,3%.

Resesi didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,97%. Meski menjadi catatan terendah sejak 2001, tetapi itu bisa dicapai saat negara-negara lain mengalami kontraksi. Bahkan China mengalami kontraksi sampai -6,8%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi April-Juni akan turun dalam kisaran -3,5% hingga -5,1%. Jika kuartal III-2020 kontraksi kembali terjadi, maka Indonesia secara sah dan meyakinkan akan masuk jurang resesi.

Pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran -1% hingga 1,2%. Kemungkinan kontraksi masih ada, sehingga risiko resesi tidak bisa dikesampingkan.

"Secara definisi begitu (resesi). Namun kita berharap kuartal III tidak negatif," ujar Sri Mulyani.

DBS, bank terbesar di ASEAN, juga memperkirakan ekonomi Indonesia bakal minus tahun ini tepatnya di -1%. Kuartal II sepertinya akan menjadi titik nadir, dan kemudian tren pembalikan terjadi mulai paruh kedua 2020.

"Indikator ekonomi seperti ekspor, penjualan ritel, keyakinan konsumen, PMI, impor barang modal, dan sebagainya masih turun pada April dan Mei. Jadi penurunan pada kuartal II sepertinya bakal lumayan dalam, sebelum membaik pada semester II," sebut riset DBS.

Lalu apa yang bisa terjadi dan dipersiapkan jika resesi menghampiri Indonesia?
Melansir dari Forbes, setidaknya ada tujuh hal yang harus disiapkan kala akan berhadapan dengan resesi.

Pertama adalah memastikan orang-orang di sekitar kita terjamin. Orang tua, pasangan, anak, jangan sampai ikut menderita gara-gara resesi.

"Pastikan Anda memiliki asuransi yang memadai baik itu asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa, itu akan sangat membantu," sebut artikel berjudul 7 Things You Need To Do To Prepare For A Potential Recession yang ditulis oleh Camilo Maldonaldo, Co-Founder Finance Twin.

Kedua, naikkan jumlah dana darurat. Jika ada kekhawatiran situasi ekonomi memburuk, maka Anda harus siap bertahan hidup tanpa pekerjaan setidaknya 3-6 bulan. Jangan sampai kemudian resesi membuat Anda tidak bisa makan, membayar cicilan, dan sebagainya.

Ketiga adalah menghemat pengeluaran. Kalau selama ini Anda membayar mahal untuk layanan seluler, akses internet, dan lain-lain, mungkin Anda bisa mulai mempertimbangkan mencari yang lebih murah.

Keempat, yaitu usahakan menambah pemasukan. Kalau Anda punya tenaga untuk lembur atau pekerjaan sampingan, maka lakukan saja. Tambahan pemasukan akan sangat berguna untuk menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian.

Kelima adalah lunasi pinjaman yang memiliki bunga tertinggi. Ini menjadi penting karena membayar bunga tanpa disadari mempengaruhi arus kas kita. Absennya tagihan besar pada awal bulan akan membuat Anda bisa bertahan hidup dengan lebih baik di tengah resesi.

"Misalnya tagihan kartu kredit. Kalau Anda hanya membayar jumlah minimal, maka yang ada tagihan Anda akan semakin membengkak. Bayangkan kalau Anda sampai menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan melihat tagihan seperti ini. Jadi utang-utang semacam ini adalah yang harus segera dibereskan selagi resesi belum datang," kata Maldonaldo.

Keenam, teruslah berinvestasi. Melihat pasar keuangan saat ini, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, atau imbal hasil reksa dana yang menguap, mungkin minat untuk berinvestasi jadi berkurang.

Namun jangan menyerah, jangan sampai berhenti berinvestasi. Badai pasti berlalu. Pada saatnya nanti, vaksin atau obat virus corona bakal tersedia secara massal.

Ketujuh, jangan sampai penilaian kredit Anda turun, bahkan kalau bisa malah harus dinaikkan.

Dalam situasi resesi, ada kalanya kita harus berpaling kepada bank untuk mendapatkan suntikan 'darah'. Ketika pinjaman bank menjadi satu-satunya harapan untuk bertahan hidup, Anda tentu tidak ingin permohonan pinjaman ditolak karena jejak rekam yang buruk.

Jadi mumpung Indonesia belum resmi resesi, Anda harus menjaga kualitas skor kredit. Jangan sampai bank punya penilaian buruk terhadap Anda.

Related

News 9146026252037698985

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item