Singapura dan Korea Selatan Sudah Resesi, Indonesia Perlu Waspada

Singapura dan Korea Selatan Sudah Resesi, Indonesia Perlu Waspada, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Resesi ekonomi imbas pandemi virus Corona (COVID-19) kian nyata. Setelah Singapura, kali ini giliran Korea Selatan (Korsel) dan bukan tidak mungkin melanda Indonesia.

Resesi ekonomi tercermin dari ekonomi yang minus selama dua kuartal berturut-turut. Seperti Korsel misalnya, ekonomi kuartal II-2020 terperosok ke -3,3% dan sebelumnya di kuartal I-2020 kontraksi -1,3%.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad meyakini Indonesia juga bakal masuk jurang resesi di triwulan III-2020. Diperkirakan triwulan II berada di level -3,26% hingga -3,88%, sedangkan triwulan III sudah mengalami perbaikan meskipun masih negatif di kisaran -1,3% hingga -1,75%.

"(Indonesia) sudah masuk wilayah resesi di triwulan III-2020 karena persoalan ekonomi domestik kita berat di dalam negerinya ketimbang faktor luarnya. Kalau kuartal ke kuartal memang akan ada perbaikan dari kondisi triwulan ke II," ucapnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal. Indonesia diyakini bakal masuk ke jurang resesi tetapi kontraksinya tidak akan sedalam Singapura dan Korea Selatan (Korsel).

"Dua negara tersebut memang dia lebih bergantung pada perekonomian internasional sehingga begitu sekarang dunia sedang mengalami tekanan hebat mereka dengan gampang mengalami kontraksi. Indonesia agak sedikit berbeda karena ketergantungan kita terhadap perdagangan dunia tidak sebesar mereka sehingga dampak dari global ke ekonomi kita tidak sedalam Korsel maupun Singapura," ucapnya.

Meskipun terlihat ngeri, masyarakat diminta jangan panik. Klik halaman selanjutnya.

Faisal mengatakan jangan panik saat menghadapi ancaman resesi. Sebab itu malah akan menghantam ekonomi lebih keras.

"Seringkali resesi itu terjadi bukan hanya efek dari luar tapi juga efek secara psikologis masyarakat yang panik. Masyarakat itu merubah perilaku kesadarannya karena tidak bisa bergantung kepada pemerintah. Jadi masyarakat juga harus sadar, harus bisa lebih disiplin lagi untuk bisa menghindari resesi," kata Faisal.

Faisal mencontohkan kepanikan yang harus dihindari adalah mengambil uang di bank sekaligus. Jika masyarakat berbondong-bondong melakukan itu, efeknya akan berdampak buruk terhadap sektor keuangan.

"Kalau terjadi penarikan uang secara besar-besaran dari perbankan, ini tadi yang resesi atau tekanan krisisnya yang masih di sektor riil ini berpindah ke sektor keuangan. Sekarang sektor riilnya terpukul tapi sektor keuangan masih relatif sehat. Tapi kalau kemudian uangnya diambil bukan untuk dibelanjakan, tapi takut jadi disimpan di rumah, ini sektor keuangan bisa collapse," ucapnya.

Hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah memborong barang kebutuhan sehari-hari karena khawatir harga akan naik. Yang ada cara itu hanya memperparah kondisi.

"Jangan panik untuk memborong barang-barang kebutuhan sehari-hari di mal karena mungkin terpengaruh isu orang lain bahwa ini resesi, itu berarti nanti barang-barang akan lebih mahal gitu, jangan. Jangan seperti waktu awal-awal ada Corona," imbuhnya.

Related

News 2141447636533703565

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item