Warga Blora Ramai-ramai Berburu Tikus, Dijual Rp 1.000 Per Ekor ke Dinas Pertanian

Warga Blora Ramai-ramai Berburu Tikus, Dijual Rp 1.000 Per Ekor ke Dinas Pertanian, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Hama tikus menyerang tanaman jagung dan padi milik petani di lahan persawahan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Khawatir hama semakin banyak dan meluas, warga berinisiatif melakukan gropyokan, bahkan satu ekor tikus oleh Dinas Pertanian dihargai Rp1000. Selama dua hari, warga berhasil mengumpulkan tikus hingga 16.024 ekor.

"Tentunya senang, sering ada kegiatan seperti ini malah sae (bagus). Selain bisa jual tikus juga mengurangi hama tikus," kata Saji, salah seorang petani dari Kedungtuban.

Saji mengatakan, dirinya sejak pagi tadi hingga siang hari berhasil menangkap tikus hingga ratusan ekor.

"Ini dapat 262 ekor, alhamdulillah," katanya di sela-sela menyetorkan buntut tikus ke panitia kegiatan.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Lilik Setyawan mengatakan, kegiatan gropyokan perdana di 2020 ini dilakukan lantaran hama tikus sudah mulai mengkhawatirkan.

"Kita dibantu pihak Pemerintah Kecamatan Kedungtuban dengan dukungan Kepala Desa se-Kecamatan Kedungtuban," kata Lilik.

Lilik mengatakan, harga Rp1000 per tikus merupakan cara Dinas Pertanian dalam membasmi hama tikus penyebab gagal panen.

Dia mengungkapkan, dana khusus pembelian tikus itu anggarannya dari APBD yang jumlahnya Rp20 juta. Dengan kegiatan tersebut diharapkan petani makin bergairah memburu hama tikus agar hasil panennya semakin baik.

Makin merajalela

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Reni Miharti menjelaskan, gerakan pengendalian (Gerdal) hama tikus dilakukan secara gotong royong lantaran saat ini hewan pengerat itu makin merajalela.

"Utamanya pada wilayah-wilayah sawah yang selama setahun ini menanam padi terus," katanya.

Berdasarkan pantauannya di 16 Kecamatan se-Kabupaten Blora, Reni mengaku, tikus selain menyerang tanaman padi juga menyerang tanaman jagung.

Dia menjelaskan, gropyokan tikus yang dilakukan ini dalam rangka untuk pengamanan produksi padi di wilayah Kedungtuban.

"Ini mempersiapkan masa tanam (MT) yang ke tiga, sehingga ini dibersihkan dulu tikusnya sebelum ditanami," jelasnya.

Demi mengusir tikus, selama ini para petani di Blora sudah mencoba mengendalikan dengan berbagai cara dan ternyata tikus terus merajalela.

"Bahkan biar cepat terkendali itu sampai-sampai para petani pakai setrum listrik, tapi itu tidak kita anjurkan karena sangat membahayakan," katanya.

Pantauan di lokasi, tampak para petani dibantu sejumlah kepala desa, pejabat pemerintah daerah, kemudian dari unsur TNI dan Polri, ramai-ramai bersiap ikut mencari dan mengejar tikus dengan alat pukul yang dibawa oleh masing-masing. Usai tikus berhasil ditangkap dan dibunuh, para warga kemudian memotong buntut atau ekor tikus dibawa ke panitia dan ditukarkan dengan uang.

Untuk diketahui, Kabupaten Blora sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Tengah dengan produksi padi sebesar 576.948 ton gabah kering panen (GKP) dengan luas panen sebesar 108.532 hektare di tahun 2019. Terdapat 3 (tiga) kecamatan penyumbang produksi padi dengan pola tanam padi 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu Kecamatan Cepu, Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Kradenan.

Kecamatan Kedungtuban adalah sebagai salah satu penyumbang produksi padi terbesar di Kabupaten Blora dengan produksi padi sebesar 23.896 ton GKP dengan luas panen 14.613 hektare di tahun 2019.

Related

News 1291859692106805306

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item