Biografi Hergé, Petualangan Tintin, dan Sejarah Komik Dunia (Bagian 5)
https://www.naviri.org/2020/08/biografi-herge-petualangan-tintin-page-5.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Biografi Hergé, Petualangan Tintin, dan Sejarah Komik Dunia - Bagian 4). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Tintin, Milo, dan tokoh lainnya (pertengahan 1930)
Setelah Lotus Biru, Hergé kembali membawa tokohnya berpetualang ke masa lalu dengan Si Kuping Belah yang mulai muncul sejak 5 Desember 1935, di Le Petit Vingtième. Pilihan ini terpaksa dilakukan, karena tekanan dari pihak penerbit setelah Lotus Biru.
Pada pertengahan tahun 1930-an, Amerika Latin menjadi topik cerita hangat di Eropa, yang ditandai salah satunya dengan petualangan Henri Lavachery di Peru, sebuah cerita karya dari Antonin Artaud, Mexico, dan hilangnya pengembara, kolonel Percy Fawcett, di rimba Brasil sepuluh tahun sebelumnya.
Dalam kisah keenamnya, Hergé tidak begitu banyak lagi memperhatikan lokasi geografis dan fakta sejarah, karena kisah ini mengambil tempat di suatu negara imajiner dan tempat yang angker, Arumbaya. Cerita misteri ini kembali ke bagian kesukaan pembaca untuk menemukan siapa pembunuh Balthazar.
Kejadiannya mengambil tempat di Eropa dan San Theodoros serta Nuevo Rico, dua area yang dikarang oleh Hergé tapi mengambil ciri karakter dari daerah Amerika Latin pada 1930-an: kudeta yang berulang-ulang, kehadiran militer yang sangat dominan, dan tokoh liberal Amerika Latin, Simón Bolívar.
Seperti halnya Lotus Biru, ia menggambarkan perang klasik pada masa itu, yang dikenal dengan nama "Perang Chaco", antara Bolivia dengan Paraguay (1932-1935) mengenai perebutan hak pengolahan minyak bumi. Lagi-lagi, sumber utamanya adalah harian "Le Crapouillot". Kisah Si Kuping Belah merupakan kisah komik yang bercerita secara naratif.
Hingga tahun 1935, Petualangan Quick dan Flupke terus muncul bersama-sama dengan kisah komik Petualangan Tintin di harian Le Petit Vingtième. Setelah itu, kisah Petualangan Quick dan Flupke jarang muncul, dan akhirnya menghilang untuk selamanya:
"Aku hilangkan dua anak bandel itu, karena mereka akan banyak menyusahkan Tintin dalam petualangan-petualangan selanjutnya."
Dengan diterbitkannya kisah Petualangan Quick dan Flupke, atau yang dikenal dengan julukan dua anak Brusel, Hergé telah banyak mengubah dunia perkomikan di Eropa.
Patron lama, dimana tabu untuk memasukkan pengarang ke dalam alur cerita, tidak lagi berlaku. Herge memasukkan dirinya sendiri dalam beberapa kotak kisah komiknya, dimana ia tampak diserang oleh Quick dan Flupke, dan mereka menabrak kotak ketika sedang bermain ski, memparodikan Hitler hingga Mussolini, dan hal itu menggambarkan kebebasan, menurut Benoit Peeters.
Pada Desember 1935, Gaston Courtois, direktur Cœurs vaillants, mengirim sebuah surat ke Hergé, menyarankannya untuk membuat tokoh Tintin menjadi lebih realistis, "punya ayah yang bekerja, punya ibu, saudara perempuan, dan seekor binatang peliharaan".
Namun karena dunia Tintin sudah berkembang pesat, Hergé merasa tidak perlu menuruti saran tersebut, karena itu berarti ia harus membangun dunia Tintin yang baru dan dari awal lagi.
Lima episode dari kisah Petualangan Yo, Susi dan Yokko, dibuat dalam dua warna sejak Januari 1936, sebelum akhirnya juga ditinggalkan untuk lebih berkonsentrasi mengerjakan kisah komik Petualangan Tintin.
Tintin adalah tokoh internasional, yang sudah menjelajahi Belgia, Perancis dan Swiss, dan beranjak ke Portugal.
Antara tahun 1931 hingga 1936, Hergé menerima kerja sebagai ilustrator di banyak tempat, beberapa pelanggannya antara lain berasal dari golongan ultra-Catholic: Raymond de Becker (Le Christ, roi des affaires, 1930, Pour un Ordre nouveau, 1932) dan khususnya especially Léon Degrelle, wartawan koresponden dari harian Le Vingtième Siècle, serta pengarang dari Grandes farces de Louvain (1930) dan Histoire de la guerre scolaire (1932).
Becker bertemu Hergé pada 1929, ketika ia masuk ke harian Le Vingtième Siècle. Dari pengalamannya tinggal di luar negeri, ia memperkenalkan Hergé pada dunia komik Amerika.
Dalam suatu pemilihan umum parlemen di tahun 1932, Hergé membantu membuat propaganda anti-komunis melalui poster yang dibuatnya atas nama partai Katolik: sebuah tengkorak yang memakai topeng gas dan menyerukan, "Perangi pendudukan, pilihlah (partai) Katolik.” Setelah masa kampanye selesai, Hergé baru mau bekerja sama dengan Léon Degrelle, dengan beberapa syarat yang sudah disepakati berdua.
Sejak 1934, setelah adanya pergerakan dari pimpinan Rexisme, Léon Degrelle malah lebih banyak melakukan manuver politik dan sering bertemu Mussolini dan Hitler hingga tahun 1936. Pada tahun yang sama, Léon Degrelle menerbitkan jurnal politiknya, Le Pays réel, yang banyak mengkampanyekan "unparliamentary" dan paham anti-komunis. Selama masa ini, Hergé menolak menjadi kontributor bagi jurnal Le Pays réel, dimana pemimpinnya adalah bagian dari SS.
Pada akhir abad 20, kata "rastaquouère" mengacu pada kegiatan memamerkan kekayaan secara berlebihan. Jelaslah bahwa bagian akhir kisah Petualangan Quick dan Flupke pada April 1936 adalah parodi dari puisi karya dari Théophile Gautier, yang menggambarkan sebuah frame orang mati sedang memakai topeng gas dan ditemani seekor kera yang membawa pesan "Rex akan jatuh!". Di latar belakang ada pesawat tempur di angkasa dan sang setan, mungkin Komunisme, yang sedang menyebarkan bahan kimia beracun.
Perang Dunia II: Masa sulit Hergé (1937-1944)
Pada 30 Januari 1936, Georges Remi dan istrinya, Germaine, pindah rumah ke Woluwe-Saint-Lambert, dan sejak itu pula ia sadar akan hukum hak cipta, dan menyewa jasa seorang pengacara, Dujardin.
Sebagai contoh, royalti pembuatan Lotus Biru akan diberikan langsung padanya, dan bukan pada Norbert Wallez, yang akhirnya kehilangan hak royaltinya.
Hergé bermimpi untuk bisa punya toko Tintin di Brusel, dimana para penggemar serial kisah komik Petualangan Tintin akan bisa membeli berbagai produk buah tangan dan koleksi tentangnya.
Pada Maret 1937, Hergé menggambar halaman-halaman awal petualangan Tintin di Inggris. Untuk lebih mendekati kenyataan dari sketsanya, di bulan berikutnya ia ikut dalam petualangan pandu yang bertempat di Sussex. Dalam kisah tersebut, Tintin sedang dalam pengawasan polisi Inggris.
Kisah Petualangan Tintin yang ketujuh ini muncul untuk pertama kalinya pada 15 April 1937 di harian Le Petit Vingtième, dan menjadi kisah yang banyak mengedepankan teknologi: pembuatan awal televisi, mesin pencetak, pusat kontrol kereta api atau mobil Jaguar milik Dr. J.W. Müller.
Namun, patron utama cerita adalah "Monster" yang menakutkan (seekor gorila). Hal ini merupakan pengaruh dari kisah film sukses King Kong, 1933, sebuah organisasi rahasia musuh yang diwakili oleh tokoh Müller, dan bukti pemunculan monster Loch Ness di salah satu danau di Skotlandia pada 1934, dimana semua unsur tadi diramu dengan apik oleh Hergé menjadi kisah Pulau Hitam.
Pada 4 Agustus, dimulailah petualangan awal Tintin di Syldavia. Seperti yang sudah dicatat oleh Benoit Peeters sebagai berikut: "Peringatan akan datangnya Perang Dunia II amat banyak. Dan hal-hal itulah yang akan dipakai si pengarang komik ini sebagai titik awal kisah fiksinya."
Hergé menciptakan, untuk kedua kalinya, dua negara antagonis imajiner, Syldavia dan Borduria, dengan banyak mengambil karakteristik negara Yugoslavia: para tokohnya selalu memakai topi, kereta berisi rumput-rumput kering, burung pelikan (sering terlihat di negara Montenegro), menara-menara, dimana pada 1938 suasananya sangat sensitif dan mirip dengan yang digambarkan Hergé.
Pada 12 Maret, bala tentara Jerman yang dipimpin Hitler sudah menduduki Austria: atau tepatnya di Anschluss. Untuk menggambarkan hal ini, Hergé mengubahnya menjadi negara Syldavia, dimana kekuasan diktator Borduria berusaha menduduki dan menguasainya secara keseluruhan, sementara Müssler adalah persamaan dari Mussolini dan Hitler.
Kotak terakhir kisah ini muncul di Le Petit Vingtième pada 10 September 1939, dimana saat itu Hitler telah memasuki Polandia, yang artinya Perang Dunia II telah dimulai.
Baca lanjutannya: Biografi Hergé, Petualangan Tintin, dan Sejarah Komik Dunia (Bagian 6)