Biografi Idi Amin, Orang Bodoh yang Menjadi Diktator Uganda (Bagian 1)

Biografi Idi Amin, Orang Bodoh yang Menjadi Diktator Uganda, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Jenderal Idi Amin Dada Oumee, yang juga dikenal dengan nama Idi Amin, adalah pemimpin diktator militer di Uganda, yang memerintah pada 25 Januari 1971 - 13 April 1979.

Kehidupan masa kecil

Idi Amin lahir sekitar tahun 1924-1928 (diperkirakan 17 Mei 1928) di Koboko, distrik Nil Barat terkecil di Uganda, negeri kecil yang subur di tepi Danau Victoria, mata air sungai Nil. Ayahnya dari Suku Kakwa, ibunya dari Suku Lugbara, dua suku yang bertetangga.

Akan tetapi, begitu Idi Amin Lahir, kedua orangtanya langsung berpisah. Ibu Amin memboyongnya ke koloni Suku Nubia di Lugazi, kurang lebih 40 km dari Jinja, sebuah kota besar di tepi Danau Victoria, di mana banyak orang Nil Barat yang menjadi buruh perkebunan gula.

Tidak jelas apakah keluarga Idi Amin ikut memburuh, tetapi yang jelas dia hidup berpindah-pindah mengikuti kamp. Belakangan, ibu Amin pindah ke Buikwe, 18 km dari Jinja.

Perjalanan karier

Karier Idi Amin di dinas militer dimulai dari dapur. Ketika beranjak remaja, sekitar tahun 1943-1949, Idi Amin masuk KAR sebagai asisten koki, setelah sebelumnya menjadi penjaja kue. Dalam Perang Dunia II, Idi Amin ditugaskan ke Birma (Myanmar sekarang). Kemudian ia ikut memadamkan pemberontakan pribumi Uganda yang berpangkat perwira.

David Martin, dalam buku General Amin, mengatakan, "Amin itu jenis prajurit yang disukai oleh perwira Inggris: bertubuh besar dan tidak berpendidikan. Menurut teori mereka, orang semacam ini lebih taat pada atasan, dan lebih berani di medan pertempuran." Yang jelas, Idi Amin secara fisik cukup bagus. Ia tidak hanya pemain rugby, tetapi juara tinju kelas berat Uganda 1951-1960.

Bisa dimengerti jika karier Idi Amin di kemiliteran cukup pesat, lebih-lebih karena ia akhirnya dekat dengan pusat kekuasaan pada masa itu, Perdana Menteri Milton Obote.

Dengan kesadisannya dalam menghadapi pemberontakan atau kekacauan yang ditimbulkan oleh suku-suku pencuri ternak, kadang-kadang Idi Amin menggunakan pendekatan secara "kultural", misalnya terhadap Suku Karamajong yang belum mengenal busana.

Pada awal 1962, Letnan Amin, sebagai komandan peleton, dikirim ke Kenya barat laut untuk menghadapi suku pencuri ternak, Suku Turkana. Hanya saja suku Turkana sudah menggunakan senjata api. Beberapa peleton dari Company 'C' Kesatuan ke 4 KAR dikirim untuk menyerbu dan menyita persenjataannya. Semua berhasil, kecuali Idi Amin.

Malu karena kegagalannya, Idi Amin dan pasukannya kembali ke desa suku Turkana, dan melakukan serangan yang membuahkan sukses, namun beberapa hari kemudian muncul protes dari Turkana, karena ditemukan mayat-mayat di kubur-kubur dangkal.

Sir Walter Coults, gubernur Uganda terakhir, ditelepon oleh Wakil Gubernur Kenya, Sir Eric Griffith-Jones, yang melaporkan terjadinya pembantaian terhadap suku Turkana yang melibatkan perwira militer Idi Amin.

Namun, karena pertimbangan politik, Idi Amin tidak diajukan ke pengadilan, berkat jasa Milton Obote yang beberapa bulan menjadi Perdana Menteri. Sir Walter Coults memperingatkan Obote, dengan mengatakan, "Perwira ini akan menyusahkan Anda di kemudian hari."

Barangkali inilah pesan Coults yang diingat Obote, ketika terjadi kudeta yang dilakukan Idi Amin ketika menghadiri konfrensi persemakmuran di Singapura, 25 Januari 1971. Obote tidak pulang ke Kampala, Uganda, tetapi ke Darussalam, ibu kota Tanzania, negara sahabatnya, Presiden Julius Nyerere.

Dua hari kemudian, Idi Amin membebaskan lima puluh orang tahanan politik, yang ditahan Obote tanpa alasan yang jelas sejak 1966. Ia juga melarang rapat umum dan kampanye politik. Pemilu dijanjikannya paling tidak lima tahun kemudian. Ironisnya, dia menyatakan zaman kekejaman sudah berakhir, dan mengajak rakyatnya menuju zaman persahabatan tanpa permusuhan.

Masa berkuasa

Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda menjadi negara yang sangat terkenal di dunia internasional. Pada Agustus 1972, semua orang Asia berkewarganegaraan Inggris (60.000 jiwa) diberi waktu sembilan puluh hari untuk angkat kaki dari Uganda. Tindakan ini bukan karena rasialisme, tetapi karena ia ingin memberikan "kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Uganda".

Yang kalang kabut tentu saja Inggris, yang para pejabatnya buru-buru menghubungi Australia, Selandia Baru, dan negara-negara persemakmuran Inggris lainnya, untuk membicarakan penampungan, apalagi Kenya dan Tanzania menolak memberikan penampungan terhadap para pengungsi.

Sepuluh hari kemudian, ditetapkan aturan tambahan bahwa orang asing yang sudah menjadi warga negara Uganda harus pergi dari Uganda. Jumlahnya sekitar 23.000 jiwa. Sudah tentu, warga negara keturunan asing yang lahir di Uganda kebingungan. Jika mereka pergi, status mereka adalah tanpa negara (stateless).

Ditambah lagi, India, Pakistan, dan Bangladesh (negara asal mereka), menolak menerima kembali mereka. Ditambah pula dengan kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik orang-orang Eropa di Uganda. Idi Amin benar-benar "memusingkan banyak orang".

Baca lanjutannya: Biografi Idi Amin, Orang Bodoh yang Menjadi Diktator Uganda (Bagian 2)

Related

History 5488961872425317864

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item