Bisnis Hewan Kurban di Tengah Corona: Ada yang Berjaya, Ada yang Tak Laku

Bisnis Hewan Kurban di Tengah Corona: Ada yang Berjaya, Ada yang Tak Laku, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pandemi COVID-19 membuat seluruh sektor ekonomi selama lima bulan terakhir tiarap, mulai dari usaha kecil sampai korporasi besar. Beberapa usaha malah banyak yang gulung tikar.

Namun di tengah kelesuan ini, para pedagang hewan kurban di pusat wilayah pandemi, Jakarta, malah kebanjiran order. Mereka mengaku penjualan meningkat beberapa kali lipat, dibanding Iduladha tahun lalu.

Peternak dan penjual sapi kurban, Hariawan Bowo, mengaku sudah menjual 500 sapi. Permintaan mulai muncul sejak Idulfitri lalu. “Tahun kemarin paling hanya 180-an sapi yang bisa saya jual,” katanya.

Selain sapi, ia juga mengaku sudah menjual 150 kambing. Bowo menduga naiknya permintaan terjadi karena para pedagang di daerah tidak berani datang ke Jakarta untuk berjualan—biasanya dipinggir jalan. Permintaan hewan kurban di Jakarta lantas banyak diambil alih oleh para peternak dan penjual yang ada di kawasan Jabodetabek, termasuk dia.

“Kalau Iduladha bersaingnya dengan pedagang daerah, banyak yang mangkal di pinggir jalan. Tapi karena ada pembatasan, orang takut datang ke Jakarta,” katanya. “Awalnya takut jual karena kan kondisinya lagi Corona gini, agak takut juga sepi. Ternyata malah di luar dugaan.”

Ia sempat dititipi hewan kurban dari beberapa peternak dari Bali, Lampung, Pati sampai Madura. Bowo mengaku strategi ini lebih efisien ketimbang para pedagang datang langsung ke Jakarta. “Daripada untung sejuta tapi capek luar biasa, mending dapat Rp500 ribu tapi tahu beres.”

Selain menjual sapi milik rekanan di daerah, ia juga sudah mulai membeli kambing yang masih kurus sejak Maret 2020. Proses penggemukan kambing dan sapi membutuhkan waktu lima bulan. Meski permintaan hewan kurban tinggi, “harganya standar, enggak ada bedanya.”

Untuk jenis kambing yang siap untuk dikurban harganya Rp2,2 juta sampai Rp2,5 juta, sementara harga sapi lebih beragam, namun tetap tergolong normal.

Evan juga kebanjiran order. Sejak sebulan lalu ia mengaku sudah menjual 650 sapi. “Permintaannya bagus, tapi memang ada beberapa segmen yang hilang. Misalnya segmen sekolah yang biasanya siswa iuran untuk beli hewan kurban untuk latihan kurban,” katanya.

Sementara Acil, yang memiliki lahan peternakan di Bogor, mengaku sudah menjual 1.000 kambing. “Tahun kemarin bisa jual 800, tahun ini 1.000,” katanya.

Permintaan tetap berdatangan, dan oleh karenanya saat ini ia tengah mencari kambing di rekanan. “Kami kewalahan. Kami lagi cari kambing di daerah untuk dijual lagi ke pembeli, banyak permintaan dari Jakarta.”

Pedagang kecil tak diuntungkan 

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, peternak/penjual besar hewan ternak di Jabodetabek bisa bertahan di tengah turunnya konsumsi masyarakat akibat COVID-19. Hal serupa tak terjadi di pedagang kecil.

Pengusaha besar punya kemampuan untuk memenuhi syarat protokol kesehatan, misalnya dokumen bebas COVID-19 dari sopir angkut.

“Biaya tes rapid maupun swab tidak murah meskipun sudah ada batas atas dari Kemenkes. Tetap saja ada cost tambahan yang dibebankan ke angkutan logistik. Ini yang membuat terjadinya kesenjangan antara pengusaha besar dan peternak kecil,” katanya.

Ia menilai ini semacam “konsentrasi persaingan usaha hewan ternak di kota besar di tangan segelintir pemain besar.”

“Bisnis hewan kurban masih menjanjikan, tapi di situasi normal bukan saat pandemi, di mana banyak hambatan untuk peternak kecil bersaing di kota besar,” katanya.

Bhima berharap situasi ini terjadi tahun ini saja. “Tahun depan harapannya sudah normal lagi, jadi kompetisi bisa lebih fair.”

Related

News 4086918607807758857

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item