Masalah Covid-19 di Indonesia: Pasien Corona Terus Bertambah, Kapasitas RS Makin Sedikit (Bagian 2)

Masalah Covid-19 di Indonesia: Pasien Corona Terus Bertambah, Kapasitas RS Makin Sedikit, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Masalah Covid-19 di Indonesia: Pasien Corona Terus Bertambah, Kapasitas RS Makin Sedikit - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Juru Bicara IDI, Halik Malik, menyebut di tengah tren peningkatan kasus Covid-19, tenaga medis harus berjibaku supaya tidak terpapar virus mematikan tersebut.

"Kesulitannya karena karena kita juga menghindari korban Covid di kalangn tenaga medis, karena cukup banyak laporan tenaga medis yang terpapar positif corona kemudian harus diisolasi dan dirawat, bahkan tidak sedikit yang gugur dalam pelayanan Covid ini," ujar juru bicara IDI, Halik Malik.

Merujuk data IDI, lebih dari 150 tenaga medis meninggal akibat Covid-19. Jumlah itu terdiri dari 75 dokter, 55 perawat, 15 bidan, dan delapan dokter gigi.

Cukupkah kapasitas tempat tidur rumah sakit?

Sementara itu, Kementerian Kesehatan pada 7 Agustus 2020, mencatat 40,1% dari 37.828 kapasitas tempat tidur isolasi rumah sakit telah digunakan dalam penanganan pasien Covid-19.

Melihat data itu, Firdza Radiany menghitung bahwa kapasitas tempat tidur rumah sakit sudah diisi oleh 15.182 pasien Covid-19.

Mengingat di Indonesia terdapat 38.076 pasien kasus aktif pada saat itu, artinya hanya 39,9% yang masuk dalam kategori pasien isolasi di rumah sakit. Adapun sisanya, yakni 22.894 kasus aktif dikategorikan sebagai pasien isolasi mandiri.

Kasus aktif adalah pasien Covid-19 yang masih dinyatakan positif. Cara menghitungnya adalah dengan mengurangi seluruh kasus positif dengan jumlah kematian dan pasien yang sembuh.

"Sejak awal [pandemi] active cases (kasus aktif) kita cukup konsisten di 30-40%, bayangkan nanti kalau active cases sudah sampai 200.000, kami yakin sudah mulai jebol," ujar Firdza.

Firdza menambahkan, jika Indonesia tidak ada upaya untuk menekan kasus aktif sampai dibawah 10% dan tetap konsisten di kisaran 30-40%, dalam waktu tiga hingga enam bulan ke depan okupansi tiap provinsi akan semakin penuh.

"Saat ini baru 12 provinsi yang [memiliki] tingkat okupansi di atas rata-rata 40%. Jangan sampai ke-34 provinsi melewati rerata 40% tersebut," kata dia.

Juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, mengungkapkan selama beberapa hari terakhir kasus aktif menurun.

"Kita harus memastikan bahwa kasus aktif yang ada setiap hari harusnya makin kecil, dan kasus kesembuhannya makin besar dan kasus kematiannya makin kecil," kata Wiku dalam konferensi pers.

Dibandingkan negara-negara lain, lanjut Wiku, kasus aktif Indonesia di bawah rata-rata kasus aktif di seluruh dunia. Sementara kematian di Indonesia lebih tinggi daripada dunia.

Data Kementerian Kesehatan juga mengungkap bahwa kapasitas tempat tidur rumah sakit di Papua di ambang batas, yakni 94,3% dari total kapasitas 473 tempat tidur. Artinya, hanya 27 tempat tersedia.

Satgas Covid-19 Kabupaten Jayapura, Papua, yang sebelumnya terpaksa membuat rumah sakit darurat dengan menyewa hotel karena pasien rumah sakit rujukan di kabupaten itu melebihi kapasitas, kini telah menyiapkan antisipasi jika terjadi lonjakan pasien kembali.

"Waktu pertama kita membuat rumah sakit darurat dengan menyewa hotel, tetapi waktu itu kapasitas rumah sakit kita hanya di bawah 10 tempat tidur, kemudian kita sudah kita upgrade menjadi 44 tempat tidur," ujar Khairul Lie, yang juga menjabat sebagai juru bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Jayapura.

"Kemudian kepala daerah kita memerintahkan untuk menyiapkan wisma atlet di Sentani, tetapi memang ada beberapa kendala. Jadi kita mungkin menyiapkan beberapa tempat, karena di Sentani tidak punya tempat yang cukup representatif, jadi kita masih mengandalkan untuk bisa merujuk ke rumah sakit di Jayapura," imbuhnya kemudian.

Adapun, pakar matematika epidemiologi dari Insitut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, meyakini hingga saat ini Indonesia belum mencapai puncak gelombang wabah. Dia memperkirakan pandemi akan berlangsung hingga tahun depan.

"Saya masih percaya pada situasi bahwa kita belum mencapai puncak, itu yang terjadi. Kalaupun akhir tahun sudah mulai turun, itu sudah bagus menurut saya," katanya.

Related

News 1927435426316955773

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item