Indonesia Akan Masuk Resesi Ekonomi, Tapi Mungkin Tak Akan Lama (Bagian 2)

Indonesia Akan Masuk Resesi Ekonomi, Tapi Mungkin Tak Akan Lama

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Indonesia Akan Masuk Resesi Ekonomi, Tapi Mungkin Tak Akan Lama - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pendapatan yang berkurang menurunkan daya beli. Harga-harga pun mulai berguguran. Deflasi akhirnya terjadi. Namun jika deflasi ini terus berlanjut, maka bisa sangat membahayakan.

Deflasi adalah sebuah fenomena penurunan sekelompok harga suatu barang atau jasa. Ketika deflasi terjadi, maka valuasi mata uang meningkat. Orang akan cenderung memilih uang tunai sembari menunggu harga semakin turun.

Imbasnya akan dirasakan oleh pelaku usaha. Penurunan demand berarti penurunan penjualan (sales). Persaingan akan diwarnai dengan strategi banting harga yang membuat harga barang semakin jatuh.

Tanpa ada kenaikan demand yang berarti, tidak hanya likuiditas korporasi saja yang terkuras tetapi juga profitabilitasnya. Akhirnya korporasi maupun pelaku usaha akan mengurangi investasinya. Tanpa investasi permintaan tenaga kerja menjadi susut. Lingkaran setan (vicious cycle) ini harus dipatahkan.

Deflasi memang kejam. Lihat saja Negeri Sakura yang terjerat dalam downward spiral of deflation selama lebih dari satu dekade. Pertumbuhan ekonominya melambat. Sehingga deflasi dua bulan beruntun di dalam negeri menjadi suatu warning! Jika masih terus deflasi, RI bisa resesi.

Peluang Indonesia masuk resesi memang ada. Namun jika melihat dari sudut pandang inflasi saja tentu tidak cukup. Dalam laporan terbarunya pada 14 Agustus 2020, bank investasi global Morgan Stanley melakukan kajian terhadap perkembangan pandemi Covid-19 dan perekonomian di negara-negara Asia non-Jepang.

Secara epidemiologi, Indonesia dikelompokkan bersama dengan India dan juga Filipina. Landasan Morgan Stanley mengelompokkan Indonesia bersama dua negara ini tak lain dan tak bukan adalah kurva pertambahan kasus Covid-19 yang terus menanjak.

Meski kasus terus menanjak, tetapi Morgan Stanley melihat adanya pemulihan yang terjadi secara gradual di negara-negara tersebut terutama di Indonesia.

Dengan menggunakan beberapa indikator seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga penjualan barang tahan lama seperti motor dan mobil Morgan Stanley menilai fenomena kontraksi output perekonomian AxJ bukan lah double dip melainkan gradual recovery. Resesi tidak akan bertahan lama, pemulihan akan segera terjadi meski bertahap.

Perbaikan IKK serta penjualan barang tahan lama di Indonesia bulan Juli menjadi sorotan bank investasi asal AS itu. BI mencatat, meski konsumen masih pesimis dalam memandang perekonomian, sentimen berangsur membaik. Hal ini tercermin dari kenaikan IKK tiga bulan beruntun sejak terbenam di zona bawah pada bulan Mei.

Pelonggaran PSBB yang diterapkan terutam di ibu kota yang sumbangsihnya terhadap kue ekonomi nasional sebesar 17,2% menjadi faktor pemicu membaiknya sentimen konsumen.

Penjualan sepeda motor dan mobil pun terbang sejak PSBB transisi di DKI Jakarta diterapkan di bulan Juni. Selain itu, perbaikan mobilitas di wilayah lain juga menjadi faktor yang turut berpengaruh.

Hanya saja, saat ekonomi mulai digeber dan stimulus mulai dicairkan untuk create demand. Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan memberikan kebijakan yang mengejutkan yaitu dengan menarik rem darurat.

PSBB ibu kota tak lagi berstatus transisi. PSBB diperketat. Namun nyatanya sampai dengan hari ini, PSBB a la Anies tak seseram seperti yang dibayangkan. Orang-orang masih diperbolehkan untuk mobile ke pasar hingga kantor dengan catatan ada pembatasan kapasitas dan law enforcement lain seperti denda untuk para pelanggar aturan.

Masalahnya, kuartal ketiga tinggal hitungan minggu. Kurang lebih dua pekan lagi, kita telah meninggalkan kuartal ketiga ini. Potensi kontraksi ekonomi lanjutan di triwulan ketiga ini masih ada. Sehingga jangan kaget kalau Indonesia berpotensi besar masuk menjadi anggota world recession club yang kini jumlahnya lebih dari 40 negara di dunia.

Related

News 3185906875848539170

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item