Kisah Al Capone, Gangster Kejam yang Dermawan Pada Orang Miskin (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2020/09/kisah-al-capone-gangster-kejam-page-1.html
Naviri Magazine - Dunia banyak mendengar tentang Chicago dari dua orang: Michael Jordan dan Al Capone. Satu adalah pemain basket, lainnya merupakan bos gangster yang tak segan membunuh demi mencapai tujuan. Capone menjadi legenda di dunia kriminal. Satu film yang dibuat berdasarkan sosok Capone diberi judul The Untouchables (si tak tersentuh).
Capone lahir bukan dari keluarga kriminal. Ayahnya, Gabriele Capone, adalah pembuat roti di Italia dan sedikit punya keahlian memasak pasta—hal lumrah bagi orang Italia. Bersama istri dan kedua anaknya, Gabriele datang ke Amerika di paruh pertama 1895.
Bersama hampir 50 juta orang Italia yang masuk ke Amerika tahun itu, Gabriele ingin mencari penghidupan yang lebih layak. Namun keterbatasan dana membuatnya banting setir jadi pekerja serabutan. Selain menjadi tukang cukur, Gabriele melakukan pekerjaan berat seperti membangun jalan, gorong-gorong, dan gedung pencakar langit.
Istrinya, Teresa, juga mencari penghasilan tambahan dengan pekerjaan di pelbagai pabrik garmen. Pada 1899, kehidupan mereka membaik. Gabriele tidak lagi bekerja sebagai tukang cukur di bawah orang lain, tapi membangun kiosnya sendiri. Di atas kios itulah, keluarga Capone tinggal.
Pada 17 Januari tahun yang sama, Alphonse Gabriel Capone lahir. Setelahnya, Teresa melahirkan lima anak lain. Keduanya terus memotivasi anak-anak mereka agar bisa sukses dengan mengenyam pendidikan.
Hanya saja seluruh anak laki-laki mereka tidak bisa hidup sesuai arahan orang tua. Satu per satu dari mereka terjun dalam dunia kriminal, dan Al Capone, seperti dideskripsikan Deirdre Bair melalui Al Capone: His Life, Legacy, and Legend (2016), “satu-satunya yang mencapai kesuksesan luar biasa.”
Sejak kecil, Al Capone, yang dikenal juga dengan sebutan Big Al, mempunyai badan bongsor dan otot kekar. Pada umur antara 10-12 tahun, tinggi Al Capone mencapai 182 cm dan berat badan 90-113 kilogram.
Pada satu kesempatan, Al Capone melempar botol minuman kepada orang-orang di bar, kemudian melarikan diri. Dia tak segan menantang mereka berkelahi, meski umur lawannya hampir dua kali lebih tua darinya. Hasilnya? Capone menang. Dia tak mengenal kata kalah sejak belia.
Kendati demikian, tidak ada orang yang menyangka Capone akan menjadi salah satu gangster paling terkenal di dunia. Daniel Fuchs, orang yang mengenal Capone, seperti dikutip Bair, menggambarkan Capone sebagai “orang yang tidak mencolok, ramah, bicaranya lembut, dan biasa-biasa saja dalam segala hal, kecuali menari.”
Berawal dari tukang semir sepatu
Sewaktu umur delapan tahun, Capone didapuk menjadi maskot kelompok remaja bernama The Boys of Navy Street oleh Frank Nitti atau Frank Nitto. Kerjaannya masih sebatas perkelahian antar remaja. Musuh yang dipilih Frank dan Capone adalah orang Irlandia yang juga pendatang di Amerika.
Ketika Capone berusia 11 tahun, Gabriele menyadari anaknya sering terlibat perkelahian. Awalnya, Capone membantu Gabriele di bisnis potong rambut, tapi dia tidak menyukai itu. Gabriele akhirnya memberikan solusi di samping kegemaran Capone bergelut: satu kotak perlengkapan semir sepatu.
“Aku tidak memaksamu bekerja di tokoku. Tapi ketika seluruh saudaramu berusia 12 tahun, aku selalu mencoba memotivasi mereka untuk menghasilkan uang sendiri,” kata Gabriele, seperti dikutip William dan John Baisamo lewat Young Al Capone: The Untold Story of Scarface in New York, 1899-1925 (2011).
Gabriele menyuruh Capone bersiaga di Columbia Street yang bisa ditempuh hanya sekitar 40 menit dari kediamannya di Garfield Place, Brooklyn, New York. Di sana ada jam besar yang menjadi patokan Capone. Selain kotak sepatu, Gabriele membekalinya dengan uang nikel lima sen.
Satu hal yang tidak diperhitungkan Gabriele: Capone bukan saja mengenal perkelahian, tapi juga judi. Uang logam itu dijadikan modal taruhan oleh Capone, alih-alih untuk transportasi. Memang Capone tak butuh uang untuk menumpang. Berbekal kenekatan, dia suka menemplok di belakang mobil untuk pergi ke manapun dia mau.
Satu hal lagi yang tidak diantisipasi Gabriele: Ketika dia menyuruh Capone menyemir sepatu, di saat itu pula dia makin membuka jalan putranya menjadi gangster kelas wahid. Pekerjaan yang seharinya saja sulit mendapat satu dolar itu mengantar Capone bertemu Giuseppe Battista Balsamo, mafia Brooklyn yang dikenal sebagai "Gubernur" Union Street dan godfather pertama di Brooklyn.
Dengan melihat pria yang kerap disapa Don Balsamo itu, Capone mendapat inspirasi bisnis. Don Balsamo mendapat uang dari toko setempat sebagai ganti keamanan. Capone juga demikian, hanya saja targetnya adalah bocah-bocah penyemir sepatu lainnya. Mereka harus membayar sejumlah uang agar tak diganggu Capone dan gerombolannya, yang menamakan diri South Brooklyn Rippers.
Kegiatan Capone dalam gangster berlanjut ketika bergabung dengan gang James Street Boys yang punya hubungan dengan Johnny Torrio, salah satu anggota Five Points Gang, kelompok gangster yang terkenal di Lower Manhattan. Capone belajar banyak dari Torrio dan mendapat pengalaman paling baik, sekaligus paling buruk darinya.
Baca lanjutannya: Kisah Al Capone, Gangster Kejam yang Dermawan Pada Orang Miskin (Bagian 2)