Asia Tenggara Kini Punya 12 Startup Unicorn, Ini Daftarnya

Asia Tenggara Kini Punya 12 Startup Unicorn, Ini Daftarnya

Naviri Magazine - Partner and Leader, Bain & Company's Southeast Asia Private Equity Practice, Alessandro Cannarsi mengatakan bahwa Asia Tenggara merupakan rumah bagi 12 unicorn alias startup kelas kakap bervaluasi di atas US$1 miliar.

"Asia Tenggara merupakan rumah bagi 12 perusahaan Unicorn. Bigo, Bukalapak, Gojek, Grab, Lazada, Razer, OVO, Sea Group, Traveloka, Tokopedia, dan VNG. Pada tahun 2020, kami meminta VNPay bergabung sehingga total 12 unicorn," ujar Cannarsi dalam paparannya secara virtual di Jakarta.

Dia melanjutkan, perjalanan investasi di bidang teknologi di Asia Tenggara terus berlanjut di mana jumlah transaksi mengalami peningkatan sebesar 7% antara 2018 sampai 2019. Angka ini terus berlanjut pada Semester pertama 2019 dan 2019 (yoy) yang mengalami peningkatan 17%.

Namun, nilai transaksi telah menurun sejak 2018 didorong oleh perlambatan dari perusahaan unicorn. Dalam laporan e-Conomy SEA tahun 2020, investasi perusahaan unicorn hingga semester pertama 2020 turun menjadi US$ 6,3 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat US$ 7,7 miliar.

Meski begitu, investasi perusahaan non-unicorn terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Momentum sebagian besar dipertahankan pada semester pertama 2020, meskipun beberapa kesepakatan kemungkinan tercapai sebelum pandemi.

"Ke depan, investor terus melakukannya tetap optimis, meskipun hati-hati, tentang peluang investasi," tegasnya.

Informasi saja, Laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkap ketangguhan ekonomi digital Indonesia. Dalam laporan tahunan kelimanya, berjudul "At full velocity: Resilient and Racing Ahead", ekonomi internet tanah air secara keseluruhan diperkirakan bernilai US$ 44 miliar pada 2020 dan diperkirakan mencapai US$ 124 miliar pada 2025.

Memadukan analisis Google Trends, Temasek, dan Bain & Company serta sumber dari industri dan wawancara dengan pakar, laporan ini memerinci sektor mana saja yang menunjukkan performa terbaik dan yang paling terdampak pandemi. E-commerce naik 54% menjadi US$ 32 miliar pada 2020, dari 21 miliar USD pada 2019.

"Laporan tahun ini menunjukkan ekonomi digital Indonesia terus bertumbuh dua digit, dipimpin oleh e-commerce dan media online," jelas Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf.

"Dengan adanya pandemi, sektor tertentu seperti perjalanan dan transportasi memang terhambat tetapi, seperti yang ditunjukkan laporan ini, hingga 2025 keduanya diperkirakan akan bangkit dalam jangka pendek hingga menengah," imbuhnya.

Pertumbuhan ekonomi internet yang mantap seperti ini juga terjadi di Asia Tenggara. Laporan menemukan bahwa ekonomi digital kawasan ini bertumbuh kian cepat akibat pandemi, mencapai US$ 100 miliar pada 2020 dan akan melampaui US$ 300 miliar pada 2025.

Related

News 2314018612362964300

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item