Pengguna Internet di Indonesia Terus Bertambah, tapi Kecepatan Internet Tak Juga Meningkat

Pengguna Internet di Indonesia Terus Bertambah, tapi Kecepatan Internet Tak Juga Meningkat

Naviri Magazine - Menurut survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2019-2020 (kuartal-2), 196,71 juta dari 266,91 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. 

Dengan kata lain, 73,7 persen populasi Indonesia aktif di dunia maya. Angka tersebut meningkat dari yang dilaporkan survei 2018. Kala itu, jumlah pengguna internet di Indonesia sebesar 171,17 juta dari 264,16 juta jiwa total penduduk Indonesia. Pada 2018, 64,8 persen populasi Indonesia adalah pengguna internet.

Dari 2018 hingga 2019-2020, jumlah pengguna internet Indonesia tumbuh 8,9 persen atau bertambah lebih dari 25,5 juta jiwa.

Yang menarik, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, merujuk survei APJII, mayoritas ditopang oleh kian masifnya penggunaan ponsel di tengah masyarakat. Dari 7.000 responden yang disurvei APJI, 95,4 persen responden mengaku terhubung dengan internet melalui ponsel. 

Bahkan, 73,2 persen responden mengaku tidak pernah terhubung pada internet melalui komputer dekstop, dan 63,1 persen responden mengaku tidak pernah menggunakan laptop untuk terhubung dengan internet. 

Sebanyak 97,1 persen responden mengaku terhubung dengan internet melalui paket data operator seluler. Sayang, ponsel sesungguhnya tidak dirancang untuk bekerja/sekolah dari rumah, yang saat ini jadi kewajiban gara-gara pandemi Corona.

Hasil survei APJII senada dengan data yang dipublikasikan Statista. Merujuk Statista, per April 2020 lalu, tatkala kerja/belajar dari rumah digalakkan, Telkomsel menjadi penyedia internet paling unggul di Indonesia, disusul oleh Indosat Ooredoo. Layanan internet rumahan seperti IndieHome pun kalah.

Fakta ini sesunguhnya tak terlalu mengejutkan. Ananya Bhattacharya, dalam laporannya untuk Quartz (2017), menyatakan Indonesia, India, Filipina, dan Brazil, memang mengutamakan ponsel sebagai medium pengakses internet. 

Ketika laporan itu dirilis pada 2017, 72,3 persen pengakses internet Indonesia menggunakan ponsel. Karena menggunakan ponsel, kebutuhan akan paket data pun tak terelakkan. Sayangnya, menurut Caesar Sengupta, Vice President Product Management Google, paket data punya "masalah".

Sengupta menyebut, terdapat empat tantangan terkait paket data, yakni membingungkan, sulit dikendalikan, mahal, dan adanya rasa tak pernah cukup.

“Data mobile hari ini bisa sangat membingungkan," tutur Sengupta. Lanjutnya, "hari ini mayoritas orang Indonesia adalah pengguna prabayar, (mereka) rutin top-up. Paket data 500 MB apa artinya? Lima video, satu jam browsing. Tidak ada yang tahu pasti apa gunanya. Ini jelas merupakan sumber daya yang mahal. Itulah yang harus mereka keluarkan dan pikirkan," ujarnya.

“Paket data terkadang merupakan sesuatu yang sulit dikontrol. Saya bertemu orang di Bandung, (ia bilang) telpon saya menjilati data (seperti es krim),” terangnya.

Sengupna menerangkan bahwa di negara-negara seperti Indonesia dan India, para pengguna internet acap-kali mengakali penggunaan paket datanya, semisal mengaktifkan mode pesawat, penjadwalan, merasionalkan pemakaian, hingga memilih paket-paket khusus yang disediakan operator. Ini membuat kekuatan internet tidak dapat dimaksimalkan.

Kembali ke hasil survei APJII, pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tahun 2020 disokong terutama oleh penduduk di wilayah Jawa yang menyumbang 56,4 persen penetrasi internet secara nasional. Kontribusi Jawa disusul oleh Sumatera (22,1 persen), Sulawei (7,0 persen), Kalimantan (6,3 persen), Bali dan Nusa Tenggara (5,2 persen), serta Maluku dan Papua (3 persen).

Jumlah pengguna internet di DKI Jakarta tumbuh dari 8,3 juta jiwa menjadi 9 juta jiwa. Sebanyak 28,2 juta jiwa pengguna internet di Jawa Barat di tahun 2018, tumbuh menjadi 35 juta jiwa di survei terbaru APJII. 

Sementara itu, hanya ada sekitar 300 ribu pengguna internet baru di Papua. Di tahun 2018, jumlah pengguna internet di Papua berada di angka 2,7 juta jiwa. Kini, angkanya mencapai 3 juta jiwa. Lalu, di Papua Barat, jumlah pengguna internetnya kini berada di angka 722,7 ribu jiwa, meningkat dari 564,8 ribu jiwa.

Artinya, ada kesenjangan internet antara Jawa dan non-Jawa, khususnya dengan Papua. Padahal, selepas 74 tahun Indonesia merdeka dari Belanda, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pemerintah Indonesia sukses menyelesaikan konstruksi jaringan tulang punggung (backbone) Palapa Ring paket Timur pada pertengahan Agustus 2019 silam. 

Pembangunan infrastuktur internet ini tentu ditujukan untuk memberikan akses internet kepada rakyat di wilayah Timur Indonesia.

Sayangnya, tatkala Palapa Ring paket Timur usai dikerjakan, pemerintah Indonesia mematikan internet di sana sekitar akhir Agustus 2019 untuk merespons aksi-aksi protes.

Merujuk pernyataan Johanis Gabriel Fofid, seorang warga Agats sekaligus pegawai Kominfo, di Papua--khususnya di wilayah Agats--terdapat hampir 4.000 pelanggan Telkomsel, satu-satunya operator seluler yang tersedia. 

Masalahnya, paket internet yang mereka bayarkan dengan harga yang sama--atau bahkan lebih mahal--dibandingkan warga Jawa menghasilkan "lola alias 'loading lambat'. “4G, tetapi rasa 2G,” tutur Johanis, Agustus tahun lalu.

“Kita bagai anak tiri, kalau di Jawa perbedaan (kecepatan internet) terasa sekali. Wah, kita di Papua dengan kekayaan Sumber Daya Alam tidak difasilitasi sarana telekomunikasi yang lebih baik,” tegas John. “Kami bayar sama (dengan pelanggan di Jawa), tetapi yang didapatkan berbeda. Ibaratnya, kami hanya beli loading,” tutur Johanis.

Di tengah-tengah gerakan bekerja/belajar dari rumah, kesenjangan internet yang ada di Indonesia tetap memprihatinkan.

Related

Internet 4143232917154488427

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item