Sejarah Berdirinya Sinovac dan Asal Usul Vaksin Covid-19 Buatan China (Bagian 1)


Naviri Magazine - Pada 29 Februari 2020, hampir dua bulan semenjak SARS-CoV-2 alias COVID-19 muncul ke dunia, Chen Wei, jenderal sekaligus pemimpin tim ilmuwan militer Cina, disuntik vaksin Corona. 

Kala itu, sebagaimana ditulis Jon Cohen dalam artikel berjudul "China's Vaccine Gambit," yang terbit pada Science Magazine vol. 370 (11 Desember 2020), vaksin yang disuntikkan pada tubuh Chen bukanlah vaksin ujicoba, melainkan vaksin betulan.

Masalahnya, karena di akhir Februari itu belum banyak negara yang mengumumkan kasus positif Corona, acara pemberian vaksi Corona pada Chen tak terasa spesial. "Stasiun televisi atau media cetak bahkan tidak memberitakan kejadian bersejarah tersebut," tulis Cohen. 

Belum lagi pemberitaan People's Daily, corong Partai Komunis Cina, menyatakan bahwa vaksin Corona yang disuntikkan pada Chen adalah berita bohong. Meski demikian, Hou Li-Hua, ilmuwan militer Cina, menegaskan bahwa vaksin tersebut adalah berita benar.

Perjalanan waktu lebih memihak pada pemberitaan People's Daily alih-alih Chen atau Hou. Vaksin Corona yang diberikan pada Chen memang hoaks. Terlebih, tutur Cohen, Amerika Serikat saja baru mengaktifkan Operation Warp Speed senilai USD 10,8 miliar guna mengakselerasi penelitian untuk menemukan vaksin Corona. 

Vaksin Chen hanya dianggap upaya sebagian kalangan petinggi Cina meredam kekhawatiran sekaligus tuduhan bahwa Cina adalah biang kerok COVID-19.

Meskipun upaya Beijing menciptakan vaksin Corona diawali dengan hoaks, keadaan dalam negeri Tirai Bambu di dunia medis sesungguhnya sangat memungkinkan mereka menciptakan vaksin Corona. 

Akhirnya, pada November kemarin, perusahaan-perusahaan farmasi Cina melakukan fase ke-3 untuk 5 kandidat vaksin. Bulan ini, empat kandidat vaksin masuk ke titik paling ujung fase tersebut. Satu di antaranya yang dibuat oleh perusahaan bernama Sinovac Biotech telah siap disuntikkan ke masyarakat Indonesia.

Sinovac: Virus Baru, Vaksin Cara Lama

"Pasar kesehatan Cina tengah bersiap lepas landas," tulis Sarah E. Frew dalam studi berjudul "Chinese Healt Biotech and The Billion-Patient Market" yang terbit pada jurnal Nature Biotechnology Volume 26 Nomor 1, Januari 2008. 

Frew menyebut industri kesehatan Cina tumbuh 30 persen tiap tahun sejak 2000. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rerata pertumbuhan industri kesehatan global yang cuma 19 persen. 

Masalahnya, jika diperhatikan mendalam, pertumbuhan industri kesehatan Cina hanya berkutat di segmen umum, sedangkan segmen khusus (atau biotech) semisal vaksin, antibodi, hingga obat genetik terbilang kecil. Bioteknologi hanya menyumbang 7,4 persen industri kesehatan Cina.

Sumbangsih bioteknologi pada industri kesehatan Cina memang kecil. Namun, Frew menegaskan bahwa pengaruhnya cukup besar. Beijing Wantai Biological Pharmacy Enterprise dan Shanghai Huaguan Biochip, misalnya, termasuk dua dari sedikit perusahaan farmasi di dunia yang mengembangkan teknologi tes darah guna mendeteksi HIV, Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV) dan rotavirus. 

Dua perusahaan ini menciptakan teknologi untuk dipasarkan di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, negara-negara yang masyarakatnya sukar menjangkau teknologi canggih dari AS dan Eropa karena harga yang tinggi. 

Tak cuma itu, perusahaan Cina yang disokong pemerintah, semisal Shenzhen SiBiono GeneTech dan Sunway Biotech, mengembangkan teknologi terapi baru di bidang gen dan sel punca. Salah satu produknya yakni Gendicine, produk yang menginjeksi adenovirus-p53 pada manusia sebagai bagian dari pengobatan Kanker Kepala dan Leher.

Perusahaan Cina lainnya yang berkutat di segmen biotecknologi adalah Sinovac Biotech.

Keberadaan Sinovac, tutur Frew, dapat dilacak hingga awal dekade 1980-an. Kala itu, Cina sedang ditimpa musibah bernama Hepatitis A. Banyak warga Cina meninggal dunia. Di kota Shanghai saja, lebih dari 300.000 jiwa jadi korban. 

Seorang dokter bernama Weidong Yin pun kesal pada kenyataan bahwa sesungguhnya vaksin Hepatitis A telah ada, tetapi sukar dijangkau sebagian besar masyarakat Cina karena harga yang mahal. Vaksin harus didatangkan dari luar negeri dan tidak ada padanannya di dalam negeri. 

Saking kesalnya, Weidong mendirikan lembaga riset sendiri. Semenjak 2001, berkat dukungan dana dari China Bioway Biotech Group dan Peking University, Sinovac Biotech terbentuk.

Salah satu produk pertama Sinovac merupakan vaksin Hepatitis A bernama Healive yang diciptakan ilmuwan-ilmuwan Cina pada 1999. Sinovac membanderol vaksin tersebut seharga 94 yen, setara dengan USD 12. Ini harga yang paling murah dibandingkan produk sejenis. 

Usai merilis vaksin Hepatitis A, Sinovac merilis produk kedua bernama Bilive, vaksin untuk menyembuhkan Hepatitis A dan Hepatitis B. Pada 2006, mereka merilis vaksin influenza bernama Anflu.

Vaksin-vaksin buatan Sinovac telah menggenggam sertifikat cGMP dari otoritas Cina. Sebelum 2020, Sinovac tengah mengembangkan vaksin untuk Ensefalitis Jepang (infeksi otak), SARS, dan H5N1.

Mengapa perusahaan farmasi yang belum genap berusia 20 tahun dapat memiliki portofolio produk yang kuat? Sederhana, Sinovac didukung oleh kekuatan riset yang cukup mumpuni. Masih merujuk studi Frew, dari 260 karyawan yang dimilikinya, 80 di antaranya merupakan periset. 

Kerja riset yang dilakukan Sinovac didukung dana minimal 10 persen dari pendapatan. Agar riset yang dihasilkan lebih mendalam, Sinovac membuka pendanaan dari banyak pihak, termasuk Pemerintah Cina yang saban tahun menyalurkan uang senilai USD 7 juta untuk perusahaan ini.

Tak hanya itu, Sinovac bekerjasama dengan lembaga riset lain, termasuk Laboratory Animal Science, Chinese Academy of Medical Science, National Institute for the Control of Pharmaceutical and Biological Products, National Institute for Viral Disease Control and Prevention, National Institute for Epidemic Disease, dan Chinese Center for Disease Control and Prevention, yang semuanya berasal dari Cina. 

Di luar Cina, Sinovac bekerjasama dengan University of Hong Kong, LG Life Sciences, Glovax CV, bahkan GlaxoSmithKline, salah satu perusahaan farmasi terkemuka dunia.

Baca lanjutannya: Sejarah Berdirinya Sinovac dan Asal Usul Vaksin Covid-19 Buatan China (Bagian 2)

Related

News 2851758405206917666

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item