Sejarah Berdirinya Sinovac dan Asal Usul Vaksin Covid-19 Buatan China (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Berdirinya Sinovac dan Asal Usul Vaksin Covid-19 Buatan China - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Karena kerjasama riset ini, klaim Weidong Yin, Sinovac hanya ingin menghadirkan produk berkualitas. "Saya ingin memastikan setiap orang memperoleh vaksin berkualitas tinggi, sama seperti yang diperoleh masyarakat AS," katanya.

Lalu muncullah COVID-19.

Akhir November lalu, dunia yang terpuruk akibat pandemi Corona dibuat gembira oleh perusahaan bernama Moderna, Pfizer (asal AS) dan BioNTech (asal Jerman). 

Perusahaan-perusahaan tersebut mengabarkan vaksin Corona yang mereka kembangkan memiliki efektivitas mencapai 95 persen, usai melewati uji coba fase ke-3 alias babak yang paling krusial dalam pengembangan vaksin karena langsung diujicobakan pada manusia. Cina tentu tak mau ketinggalan.

Pada waktu hampir bersamaan, muncul empat vaksin "made in China" yang siap disuntikkan untuk menghentikan pandemi Corona. Dua vaksin di antaranya dikembangkan BUMN Cina, China National Pharmaceutical Group alias Sinopharm, dari dua markas mereka: Beijing dan Wuhan--episentrum Corona. 

Vaksin ketiga lahir dari tangan CanSino Biologics, hasil kerjasama dengan tim riset militer Cina. Terakhir, tentu, buatan Sinovac.

Vaksin Corona buatan Sinovac, CoronaVac, mulai dikembangkan semenjak Corona melanda seluruh dunia. CoronaVac masuk uji coba fase ke-1 pada pertengahan April dengan 144 sukarelawan. Fase ke-2 dilakukan pada pertengahan Mei, melibatkan lebih dari ribuan sukarelawan, termasuk 1.620 dari Indonesia. 

Hasilnya, sebagaimana tertuang dalam publikasi The Lancet berjudul "Safety, Tolerability, and Immunogenicity of an Inactivated SARS-CoV-2 Vaccine in Healthy Adults Aged 18–59 Years: A Randomised, Double-blind, Placebo-controlled, Phase 1/2 Clinical Trial" (November 2020), CoronaVac "menimbulkan respons humoral terhadap SARS-CoV-2 yang baik dan dapat ditoleransi" serta tidak menimbulkan "reaksi parah" pada sukarelawan, atau dengan kata lain, "menjanjikan". 

Tak lama berselang, CoronaVac memasuki ujicoba fase ke-3.

Namun, jika Moderna, Pfizer, dan BioNTech telah mempublikasikan hasil ujicoba fase ke-3, Sinovac beserta kandidat vaksin "made in China" lainnya belum. Sebagaimana dilaporkan Lili Pike untuk Vox, Sinovac baru sebatas mengklaim keberhasilan ujicoba tahap awal fase ke-3.

Yang menarik, meskipun sama-sama bertitel "kandidat vaksin Corona", metode yang digunakan untuk menciptakan vaksin antara perusahaan Barat dan Cina berbeda.

Suh-Chin Wu, dalam studi berjudul "Progress and Concept for COVID-19 Vaccine Development" yang terbit pada Biotechnology Journal edisi Juni 2020, menyebut bahwa isolat virus SARS-CoV-2 termasuk ke dalam genus Betacoronavirus, bagian dari keluarga Coronaviradae. 

Isolat ini merupakan virus RNA untai, yang mengandung genom sebesar 30 kb dengan 14 open reading frames--kerangka dari molekul DNA si virus yang mengandung asam amino yang bertanggung jawab untuk menyediakan protein replikasi dan struktural untuk virus. 

Dalam open reading frames tersebut, terdapat empat protein utama, yakni spike (S), membrane (M), envelope (E), dan nucleocapsid (N). Secara sederhana, open reading frames ini bertanggung jawab untuk melindungi sekaligus menduplikasi virus.

Protein S adalah protein fusi transmembran yang memainkan peran penting dalam menembus inang dan memulai infeksi (pada manusia atau hewan). Tanpa protein S, SARS-CoV-2 tidak akan pernah dapat berinteraksi dengan sel inang. Maka, tulis Suh-Chin, protein S adalah target utama pengembangan vaksin.

Pada kandidat vaksin yang dikembangkan Barat, peneliti menggunakan RNA duta (messenger RNA alias mRNA)--suatu RNA (molekul polimer yang terlibat dalam berbagai peran biologis dalam mengkode, dekode (decoding), regulasi, dan ekspresi gen) yang memberikan petunjuk kepada sel (manusia atau hewan) untuk memasang pertahanan terhadap virus yang tidak ada di sana. 

Katakanlah, ini seperti Microsoft langsung memasangkan Windows Defender secara default, meskipun si komputer belum terserang virus. 

Sementara itu, vaksin yang dikembangkan Sinovac, juga perusahaan Cina lainnya, memilih mengembangkan vaksin dengan cara "inactivated Covid". Vaksin Corona dibuat secara kimiawi dengan menonaktifkan seluruh partikel virus, khususnya protein S. 

Dalam bahasa sederhana, vaksin Corona buatan Sinovac menyuntikkan versi mati dari virus Corona untuk menghasilkan kekebalan. Secara teori, vaksin semacam ini dapat menghasilkan respons antibodi yang lebih luas karena mengandung set lengkap protein virus, bukan satu protein tertentu.

Tentu, karena kandidat vaksin Corona "made in China" memilih menyuntikkan versi mati dari Corona, kekhawatiran utama adalah vaksin SARSCoV-2 yang tidak aktif dapat memicu penyakit yang lebih parah, yang dikenal sebagai “penyakit pernapasan yang ditingkatkan”, khususnya pada orang yang sebelumnya positif terkena Corona. 

Ini terjadi karena pada dasarnya jika vaksin memicu antibodi yang tidak efektif, vaksin dapat membentuk kompleks imun yang menyumbat paru-paru.

Meskipun memiliki efek samping yang kurang sedap, hingga hari ini tercatat ada empat negara yang siap menyuntik warganya dengan vaksin buatan Sinovac, yakni Brazil, Chili, Turki, dan Indonesia. Secara umum, vaksin-vaksin ini memang lebih menyasar negara-negara Asia. 

Resty Woro Yuniar, dalam laporannya untuk South China Morning Post, menyebut bahwa disebarkannya vaksin "made in China" ke Indonesia, dapat dilihat sebagai unjuk "soft power" Cina. 

Bagi Cina, tulis Resty, "memenangkan negara terbesar di Asia Tenggara dengan populasinya sebesar 270 juta akan menempatkan Cina di jalan menuju kemenangan di wilayah yang sudah menjadi pusat perjuangan antara Washington dan Beijing, yakni Laut China Selatan dan wilayah Mekong".

Bagi Cina, Indonesia adalah "kunci". Sebagai kekuatan terbesar Asia Tenggara, Cina dapat menjadikannya pintu untuk mengajak Filipina, Malaysia, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, dan Myanmar untuk turut menggunakan vaksin "made in China".

Related

News 5666401834826163414

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item