Seniman Mulai Gelisah: Korupsi Menggurita Jadi Otoritarianisme, Sementara Aktivis Diam Mengabdi


Naviri Magazine - Kegelisahan atas kondisi negeri ini ternyata telah menjalar hingga ke para pegiat seni. Mereka mulai “keluar kandang” untuk ke jalan meneriakan kegelisahan tersebut.

Salah satunya dilakukan oleh para budayawan, pemain teater, dan model yang menggelar aksi teatrikal di depan Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu lalu.
 
Dipimpin seniman kawakan Bambang Isti Nugroho (BIN) mereka menggelar aksi teatrikal berjudul “Persidangan Koruptor Bansos”. Puncak aksi ini dua model cantik menyuntik vaksin ke sebuah manekin yang wajahnya sudah ditempel gambar Juliari P. Batubara, politisi PDIP yang terjerat kasus korupsi bansos saat menjabat sebagai Menteri Sosial.

Kepada redaksi, Bambang menjelaskan bahwa teatrikal ini dilakukan dalam rangka untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Bambang tidak ingin aksi yang dilakukan justru menimbulkan kerumunan dan berujung pada penularan virus.

“Aksi ribuan orang kan tidak diperbolehkan. Jadi saya ingin menyampaikan kritik lewat teater,” ujarnya.

Aksi ini sendiri tidak lepas dari pemikiran bahwa korupsi dan otoritarianisme sudah memiliki hubungan yang erat. Sebab korupsi yang dilakukan diduga kuat sudah menggurita di lingkar pemerintah.

Bambang yakin Juliari tidak sendirian. Ada unsur-unsur elit lain yang ikut terlibat dalam korupsi bansos. Dalam hal ini, dia turut menyinggung soal ramainya pemberitaan “Anak Pak Lurah” dan “Madam Bansos”.

“Ya KPK harus membuktikan dugaan-dugaan itu,” tekannya.

Aksi teatrikal ini, sambung direktur Eksekutif Indemo itu, juga bertujuan untuk menggugah para aktivis yang cendurung diam. Khususnya mereka yang kini sudah berada di lingkaran pemerintah.

Dia berharap para aktivis bangun dari tidur dan kembali menyampaikan pesan-pesan dari rakyat kepada penguasa.

“Yang banyak korupsi itu otoriter, juga mematikan cara berpikir kritis. Saya kira mereka yang di dalam kekuasaan pura-pura tidak tahu dan menjadi bodoh,” tegasnya.

“Jadi kita juga membangunkan (aktivis), jangan mereka yang di dalam cuma diam mengabdi,” sambung Bambang.

Aksi suntik vaksin pada Juliari sendiri merupakan sebuah metafor untuk menggambarkan bahwa korupsi yang dilakukan tidak dapat diterima akal sehat dan harus diberi efek jera yang setimpal.

“Ini (korupsi bansos) sungguh tidak dapat diterima. Itu betul-betul nggak bisa ngomong saya. Kok bisa korupsi dari hak orang miskin,” demikian Bambang Isti Nugroho.

Related

News 3476197584268849592

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item