Apakah Jodoh Merupakan Takdir? Ini Penjelasan Sains


Naviri Magazine - Apakah Anda percaya dengan konsep jodoh? Jika iya, Anda tidak sendirian. Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Marist, 73% orang Amerika percaya pada konsep jodoh, lebih banyak kaum pria sekitar 74%, sedangkan sisanya 71% adalah kaum wanita. 79% orang yang percaya tentang konsep jodoh, usianya di bawah 45 tahun, 69% sisanya berusia di atas 45 tahun.

Fakta ini mungkin mengejutkan sebab ternyata ada begitu banyak orang percaya pada konsep jodoh. Namun, apakah konsep ini membantu atau justru akan menyakiti Anda? Apakah hubungan Anda memang memiliki takdir? Atau apakah Anda percaya bahwa benar-benar ada seseorang yang memang ditakdirkan untuk Anda?

Dilansir dari scienceofpeople.com, seorang peneliti bernama Raymond Knee dan beberapa rekannya mencari tahu tentang beberapa pertanyaan di atas. Mereka menemukan ada dua tipe orang yang percaya pada konsep jodoh.

Pertama, mereka yang percaya dirinya memang takdir bagi seseorang lainnya di luar sana, dan ada seseorang lainnya yang memang ditakdirkan untuk dirinya. Kedua, mereka yang percaya bahwa hubungan ada prosesnya sendiri dan membutuhkan pengorbanan untuk menumbuhkan cinta. Termasuk yang manakah Anda?

Tidak ada jawaban yang salah, namun simak berita besarnya. Orang-orang yang percaya pada konsep jodoh, bahwa seseorang di luar sana memang ditakdirkan untuknya cenderung untuk mengalami perpisahan, menyerah, dan mengalami hubungan yang sulit.

Orang-orang yang percaya pada konsep jodoh cenderung menggunakan energi mereka untuk terus bertanya-tanya tentang, "Apakah orang ini benar-benar untuk saya? Bisakah saya melakukan yang lebih baik lagi? Inikah hal terbaik yang bisa saya lakukan? Ini saja?"

Sedangkan bagi mereka yang percaya bahwa hubungan harus dibina untuk menghasilkan rasa cinta memiliki pertanyaan yang sangat berbeda, seperti, "Apakah kita sudah cukup serasi? Bagaimana saya bisa menjadi pasangan yang lebih baik? Bagaimana caranya agar kita semakin dekat? Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat hubungan ini semakin baik?"

Jika Anda adalah salah satu yang percaya bahwa hanya ada satu orang di luar sana sebagai takdir, Anda cenderung menghabiskan waktu dan energi untuk mencari sosok tersebut, daripada membina hubungan yang ada.

Orang-orang yang percaya pada konsep jodoh ada pada takdir sangat bergairah, intens, dan berapi-api dalam menjalani hubungan jangka pendek. Namun seringkali menjadi kecewa dan frustasi ketika ada satu hal yang tidak beres di dalamnya.

Mereka terus menerus mencari orang yang sempurna dan berpikir bahwa sesuatu yang negatif terjadi di dalam hubungan yang sedang dibina, lebih baik pergi dan menemukan orang baik lainnya.

Berbeda dengan orang-orang yang percaya bahwa hubungan harus dibina, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk berkomitmen. Di awal hubungan, mereka akan berusaha mencari solusi, kompromi, dan mengeksplorasi ide-ide baru. Mereka cenderung melihat kompromi sebagai sebuah pengorbanan dan berpikir ketika sesuatu yang negatif terjadi di dalam hubungan yang sedang dibina, lebih baik mencari penyelesaiannya.

Langkah untuk memahami konsep jodoh

Sebenarnya konsep jodoh dapat meningkatkan motivasi Anda untuk membuat hubungan terus berjalan. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda coba.

Langkah pertama: Temukan polanya

Apa yang terjadi di masa lalu? Cobalah untuk memeriksa pola hubungan yang pernah Anda jalani di masa lalu dan hubungan dengan konsep jodoh yang Anda percaya. Jika Anda percaya akan takdir, lihat kembali apakah takdir ini adalah yang Anda percayai juga di masa lalu? Jika Anda percaya pada perngobanan, periksa kembali apa yang bisa dipelajari dari masa lalu?

Langkah kedua: Berubah atau tidak berubah

Tidak semua masalah di dalam hubungan adalah sesuatu yang kecil. Tentu saja semua perpisahan terjadi karena ada alasannya. Namun, ada perbedaan antara masalah mendasar dengan yang benar-benar sepele. Pikirkan kembali apakah masalah di masa lalu masih bisa diperbaiki? Atau dikompromi? Atau diubah?

Langkah ketiga: Adaptasi adalah kemajuan

Fleksibilitas, pertumbuhan, dan kompromi adalah tanda dari kekuatan, bukan kelemahan. Tidak masalah untuk beradaptasi dengan ide-ide dari orang lain, dan ini sama sekali bukan tanda dari kelemahan. Faktanya, orang-orang terkuat adalah yang memahami nilai diri sendiri dan percaya bahwa kompromi dapat menjadi sebuah anugerah.

Ketika Anda mencintai seseorang, Anda tumbuh untuknya, tumbuh bersamanya, dan Anda berubah bersama-sama. Tidak ada sosok sempurna, tanpa cacat, semua orang berhak menjadi lebih baik. Bantu orang-orang yang Anda cintai untuk menjadi lebih baik, tantang mereka untuk mengeluarkan versi terbaiknya, dan minta mereka melakukan hal yang sama kepada Anda.

Related

Science 2237344600834829760

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item