Bagaimana Cara Membuat Zombie di Dunia Nyata? Ini Jawaban Ilmuwan


Naviri Magazine - Berdasarkan film-film yang kita saksikan, zombie adalah sosok manusia tanpa jiwa, yang digambarkan sebagai mayat hidup pemakan bangkai manusia, dan biasa berjalan terseok-seok, serta tampak dungu. Menurut kepercayaan ilmu hitam Afrika Barat dan Haiti, tubuh zombie tak ubahnya boneka yang dikendalikan para penyihir. 

Mungkinkah kita membuat zombie—benar-benar di dunia nyata? Pertanyaan yang terdengar sinting itu rupanya juga telah dipikirkan beberapa orang yang memiliki gelar profesor, di antaranya Profesor Steven C. Schlozman, di Harvard University. 

Sebagai pakar psikiatri, ia menulis buku teori mengenai zombie, berjudul Zombie Autopsies. Berdasarkan penelitiannya, dia memperkirakan kita bisa membuat zombie seperti yang biasa kita saksikan di film-film.

Untuk membuat zombie, Steven C. Schlozman menyatakan, “Perlu suatu cara efektif yang membidik dan mematikan bagian tertentu dari otak. Setelah itu, manusia akan menjadi mayat hidup yang lobus frontalnya—bagian otak yang berfungsi menangani moralitas, perencanaan, menghambat tindakan impulsif—seperti tidak ada. Sedangkan otak kecil—bagian otak yang berfungsi mengontrol koordinasi—masih ada namun tidak sepenuhnya berfungsi.”

Bagaimana cara melakukan perusakan otak semacam itu? Salah satu jawabannya adalah dengan menggunakan prion, yaitu partikel protein yang bisa menularkan penyakit. Prion bukan virus, bahkan bukan makhluk hidup, sehingga prion tidak mungkin dihancurkan, dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkannya.

Di dunia medis, prion mulai dikenal luas pada 1990-an sebagai agen yang menyebabkan penyakit sapi gila. Apabila prion masuk ke dalam tubuh manusia, seperti halnya pada kasus sapi gila, otak kita akan berlubang seperti spons. Jika otak yang terinfeksi prion tersebut dipindai, otak akan terlihat seperti ditembak senapan berburu. 

Untuk menciptakan zombie, cara yang mungkin dilakukan adalah dengan menyematkan prion pada virus, agar dapat tersebar luas. 

Virus yang dibutuhkan dalam hal itu adalah yang memiliki kemampuan menyebar dengan cepat di dalam tubuh manusia, dan membawa prion ke lobus frontal serta otak kecil. Merancang serangan ke bagian tersebut memang sulit, namun tetap penting untuk membuat mayat hidup seperti yang diinginkan.

Teori pembuatan zombie yang diutarakan Steven C. Schlozman di atas memang terdengar logis dan meyakinkan, namun mendapat sanggahan dari Jay Fishman, direktur transplantasi penyakit menular di Massachusetts General Hospital, Boston. 

Menurut Jay Fishman, skenario penyematan prion pada virus sulit dilakukan, serta memiliki kemungkinan kecil untuk berhasil. Karena, menurutnya, “Setelah infeksi terjadi, kita harus bisa menghentikan pengambilalihan kontrol otak oleh prion, sebelum zombie berada dalam kondisi koma yang menjadikan otaknya sama sekali tidak berguna.”

Itu pekerjaan sulit. Namun, suatu kebetulan mencengangkan kemudian membuka mata orang tentang zombie, sekaligus memungkinkan banyak orang mengetahui asal mula atau bagaimana kisah tentang zombie muncul dalam kepercayaan masyarakat.

Pada 2006, terjadi kasus misterius yang menimpa Wilfred Doricent, seorang remaja Haiti. Ia dinyatakan meninggal dunia dan dimakamkan di sana, namun muncul kembali sebulan kemudian dan berperilaku seperti zombie—tampak dungu, dan berjalan terseok-seok. Kenyataan itu menggemparkan masyarakat Haiti, hingga menarik perhatian Dr. Costas J. Efthimiou, seorang fisikawan di University of Central Florida.

Bagi sebagian masyarakat Haiti yang masih mempercayai sihir, keberadaan Wilfred Doricent yang bangkit dari kuburnya dan muncul sebagai zombie adalah karena kutukan. Namun, berdasarkan penelusuran dan penelitian Costas Efthimiou, kenyataan itu tidak lebih dari sekadar keracunan.

Di perairan Haiti, terdapat spesies ikan puffer yang jika dibuat menjadi bubuk dapat digunakan untuk membuat orang tampak seperti mati—kehilangan detak jantung dan denyut nadi—tapi sebenarnya masih hidup. Ikan itu memiliki kemampuan membuat seseorang tampak mati, tanpa benar-benar membunuh. 

Dr. Costas Efthimiou memperkirakan Wilfred Doricent telah diracuni dengan bubuk tersebut, dan kemudian dikubur ketika sebenarnya ia masih dalam kondisi hidup. Pada waktu berada di bawah tanah, Wilfred Doricent menderita kekurangan oksigen, yang menyebabkan terjadinya kerusakan otak. 

Ketika akhirnya efek racun dalam tubuhnya mulai menghilang dan Wilfred terbangun, ia pun mencakar-cakar jalan keluar dari kuburannya (makam di Haiti rata-rata dangkal). Kemudian, dalam kondisi otak yang rusak, ia berjalan di pedesaan selama berhari-hari, sampai akhirnya kembali ke desanya.

Kisah itu mungkin terdengar seperti kasus kejahatan ala Sherlock Holmes atau kisah detektif Agatha Christie. Tapi perkiraan Dr. Efthimiou memang benar. Zombie yang merupakan sosok Wilfred Doricent itu memang terjadi karena efek racun yang masuk ke tubuhnya. 

Dr. Roger Mallory, seorang ahli saraf di Haiti, melakukan scan MRI pada otak Wilfred. Ia menemukan otak Wilfred rusak dengan cara yang konsisten dengan kekurangan oksigen, sementara tubuhnya masih menyisakan bekas racun bubuk ikan puffer yang telah menguap. 

Tampaknya, berdasarkan kenyataan itu, zombification tidak lebih dari keracunan.

Fakta:

“Jalan zombie” adalah nama gerakan atau aksi sosial yang bertujuan menentang konsumerisme. “Jalan zombie” pertama kali berlangsung pada 2001 di pusat perbelanjaan di Sacramento, California. Dalam acara itu, para demonstran mengenakan busana dan bertingkah seperti mayat berjalan, dan memasuki pusat perbelanjaan sebagai protes menentang konsumerisme.

Related

Science 8645195055626636135

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item