Bitcoin, Menghasilkan Kekayaan tapi Ternyata Merusak Lingkungan


Naviri Magazine - Mata uang kripto bukanlah medium yang netral. Sebagai praktek artistik, sebagai investasi, atau sebagai komoditas populer semata, Bitcoin memiliki biaya-biaya tak terduga. Salah satu yang paling jelas adalah penggunaan listriknya. 

Di seluruh dunia, mata uang ini ditengarai mengonsumsi daya listrik setara dengan total konsumsi listrik beberapa negara kecil, yang disebabkan oleh hardware penambang. 

Seniman Man Bartlett membeli sebagian kecil pecahan Bitcoin ketika harganya masih di bawah $1.000. Dia sempat melupakannya, kemudian menyadari bahwa nilainya telah jauh meningkat—dan memutuskan bahwa dia tidak ingin mempertahankannya. 

“Saya menjualnya karena saya tidak ingin berpartisipasi dalam ekosistem yang kian menyebabkan kerusakan lingkungan,” katanya.

Seperti cadangan minyak di benua Arktik atau kulit hewan yang terancam punah, Bitcoin mungkin memang langka dan berharga, tetapi memperoleh Bitcoin tidak serta-merta sepadan dengan harga yang harus dikeluarkan, baik kepada lingkungan atau dalam konteks ekonomi daring. Kemewahan tidak dapat dipisahkan dari obsesi terhadap kelangkaan. 

Selama sesaat, pada 1990-an dan 2000-an, internet berkembang dengan premis bahwa kelangkaan dapat diatasi untuk selamanya, dan bahwa kita semua dapat saling berbagi sumberdaya digital tanpa harus menguranginya. Blockchain kemudian mengembalikan kemungkinan untuk kelangkaan ini, dan ini mungkin akan membuat semuanya semakin buruk.

Teknologi blockchain seharusnya menciptakan order yang baru, terdesentralisasi, dan anarkis. Akan tetapi, ironisnya, ledakan mata uang kripto kembali menciptakan ketidakmerataan yang menjadi ciri khas kapitalisme: hanya 4 persen pemegang Bitcoin yang memiliki 95 persen Bitcoin yang saat ini beredar. 

Komodifikasi mata uang kripto sebagai barang mewah mengaburkan kapasitas revolusionernya untuk menempatkan uang di luar kendali pemerintah. Yang lebih mendesak lagi, hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa arti kemewahan pada abad ke-21 ini. 

Seperti yang ditanyakan Sterling Crispin, “Apa gunanya Bitcoin, atau apalah itu, kalau kamu tidak punya air bersih untuk diminum?”

Related

Technology 1502043517274098633

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item