Kisah Penipuan Berkedok Lowongan Kerja di Instansi Pemerintah (Bagian 1)


Naviri Magazine - Tidak mudah mencari pekerjaan membuat orang harus melakukan inovasi demi dapur tetap ngebul. Kemajuan teknologi masih dapat membantu bagi mereka yang ingin berusaha untuk mendapatkan rupiah.

Namun, pernah terjadi, demi mendapatkan pekerjaan di tempat yang ‘wah’, tidak sedikit orang harus mengeluarkan ratusan hingga jutaan rupiah terlebih dulu. Iya kalau akhirnya pekerjaan itu didapat, uang yang dipakai untuk nyogok masuk kerja bisa kembali modal. Bagaimana bila sebaliknya?

Tabloid NOVA edisi April 1988 pernah mengulas penipuan para pencari kerja, yang dituangkan dalam tulisan Janji-janji Tak Bertepi dan Dirayu Lantas Ditipu, berikut ini.

***

Berdasarkan akte notaris pendiriannya, yayasan itu sebetulnya bergiat di bidang pendidikan dan pengajaran. Tapi pengurusnya menyalahgunakan. Sebanyak 430 orang colon tenaga kerja pun tertipu. Dn, seorang wanita, mendalangi semua itu.

Pada mulanya adalah sebuah ide di kepala DRS, SH ingin mendirikan suatu lembaga pendidikan berbentuk yayasan. Ide baik dan mulia ini kemudian diutarakan pada Dn, istrinya.

Gayung bersambut. Dn setuju. Maksud serupa juga diutarakan pada Nur, teman dekatnya. Seperti juga Dn, Nur yang pengangguran itu mendukung. Apalagi, DRS mengajaknya pula bergabung. Ketiganya lantas mengadakan pertemuan, dan sepakat memberi nama yayasan itu: Yayasan Wawasan Nusantara.

DRS menjadi ketuanya, sementara Dn dan Nur masing-masing menjabat sekretaris dan bendahara. Ditambah tujuh orang lagi sebagai anggota, makin lengkaplah susunan kepengurusan yayasan.

Tanggal 11 Februari 1987, DRS dan Dn menghadap notaris Ny. Sulami Mustafa, untuk membuat akte. Pada akte bernomor 14 itu, secara jelas disebutkan yayasan bergiat di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan modal kerja 1 juta rupiah.

Tidak sampai sebulan, DRS, Dn dan Nur, mengadakan pertemuan lagi di sebuah restoran, tanpa sepengetahuan tujuh personil yayasan lainnya. Pada pertemuan ini, Dn mengemukakan pikirannya untuk mengubah tujuan awal yayasan, dari bidang pendidikan dan pengajaran menjadi penyalur tenaga kerja.

Alasannya, seperti diutarakan Nur di depan sidang pengadilan, Dn punya banyak kenalan pejabat di berbagai departemen.

Ingat bahwa dengan modal 1 juta rupiah, yayasan pasti tak mungkin merealisasikan tujuan untuk mendirikan gedung perguruan tinggi, lebih-lebih setelah melihat adanya peluang mendapat uang banyak tanpa perlu bersusah-susah, DRS menyetujui saja gagasan Dn.

Yang terbayang di matanya hanyalah tumpukan uang bergepok-gepok. Sementara akibat-akibatnya, tak lagi diperdulikan. Demikian pula halnya dengan Nur.

Langkah berikutnya adalah mencari calon tenaga kerja. Untuk keperluan ini, terlebih dulu dibentuk koordinator-koordinator sebanyak tiga orang. Direkrut dari tujuh anggota yayasan lainnya.

Terpilih sebagai koordinator untuk wilayah Jakarta Pusat adalah Antemas. Jakarta Timur Elly Sumarliyanto. Jakarta Utara Abdul Rachim. Sementara empat anggota yayasan lainnya, memilih bersikap pasif.

Antemas, Elly dan Abdul Rachim pun mulai heraksi. Dengan menyebut kalau di salah satu departemen atau instansi pemerintah tertentu terdapat lowongan pekerjaan, masing-masing lalu mencoba menawarkan kepada orang-orang yang dikenalnya.

Untuk itu, bagi yang berminat, harus mampu menyediakan sejumlah uang. Konon, uang itu akan digunakan sebagai pelicin. Besarnya tergantung departemen atau instansi pilihan peminat.

Untuk departemen atau instansi seperti Perdagangan, Sosial, Pertanian, Tenaga Kerja, dan DPR, jumlahnya berkisar 500-750 ribu rupiah. Sementara untuk Bank Indonesia dan perusahaan penerbangan Garuda adalah 1 - 1,5 juta rupiah.

Kepada setiap calon tenaga kerja, dijanjikan pula bisa langsung diterima, berikut NIP (Nomor Induk Pegawai) dan SK pengangkatan.

Dengan iming-iming muluk seperti itu, tak heran kalau banyak yang tergiur. Apalagi, Elly sebelumnya mempunyai reputasi baik dalam pekerjaan serupa, sementara Abdul Rachim adalah karyawan di Departemen Tenaga Kerja.

Sejumlah calon tenaga kerja, kebanyakan lulusan SMA, semakin yakin dan menyatakan berminat.

Banyak di antara mereka terpaksa menjual tanah, sapi, atau menguras tabungannya, bahkan hutang sana hutang sini, demi pekerjaan yang sudah lama diidamkan. Mereka memang telah menggantungkan harapan bulat-bulat pada Antemas, Elly dan Abdul Rachim.

Tapi apa lacur. Semua itu ternyata angin surga belaka. Harapan tetap tinggal harapan. Pekerjaan yang dijanjikan tak kunjung jadi kenyataan, sementara uang sudah telanjur diserahkan.

Para calon tenaga kerja itu mulai resah dan menuntut kepastian. Namun, baik Antemas, Elly maupun Abdul Rachim, selalu meminta mereka bersabar.

Karena Antemas, Elly maupun Abdul Rachim terus mengulur-ulur waktu, para calon tenaga kerja yang jumlahnya 430 orang itu lantas meminta uangnya dikembalikan.

Antemas, Elly dan Abdul Rachim tentu saja gelagapan. Soalnya, seluruh uang itu telah disetorkan kepada Nur, bendahara yayasan.

Merasa tak bisa berbuat banyak, ketiganya lalu melemparkan persoalan ke kantor Yayasan Wawasan Nusantara di Jl. Kerawang No. 2 Menteng, Jakarta Pusat. Di tempat ini, para calon tenaga kerja yang mulai merasakan adanya ketidakberesan, bertemu dengan DRS.

Diancam

Seperti halnya Antemas, Elly dan Abdul Rachim, DRS pun meminta para calon tenaga kerja itu bersabar.

Sambil menunjukkan daftar nama para calon tenaga kerja yang tertera pada sejumlah surat berkop suatu instansi atau departemen, DRS kembali mengumbar janji, dan mengatakan para calon masih perlu dites.

Untuk itu, DRS meminta agar para calon datang kembali pada tanggal yang sudah ditentukan. "Saudara-saudara akan dibagikan nomor tes," demikian kurang lebih kata DRS waktu itu, seperti diungkapkan Nur dalam persidangan.

Kecurigaan para calon tenaga kerja makin menjadi-jadi, karena sebelumnya banyak di antara mereka dijanjikan tanpa tes. Tapi, mereka toh datang juga ke kantor yayasan pada tanggal yang sudah ditentukan.

Untuk kesekian kalinya, DRS ingkar janji. Karena itu, para calon bermaksud mengecek sendiri ke kantor departemen atau instansi pilihannya. Tapi DRS berusaha mencegah. Bahkan mengancam akan mencoret setiap calon yang berani melanggar.

Baca lanjutannya: Kisah Penipuan Berkedok Lowongan Kerja di Instansi Pemerintah (Bagian 2)

Related

Indonesia 4489999094211626299

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item