Mengapa Kita Bisa Ikut Gatal Ketika Melihat Orang Lain Garuk-garuk?


Naviri Magazine - Gatal di tubuh bisa dirasakan setiap orang, dan umumnya diatasi dengan cara menggaruk. Rasa gatal muncul sebagai reaksi akibat rangsangan pada saraf sakit yang terdapat pada kulit. Ketika saraf kulit mendapatkan sedikit rangsangan, kita tidak merasakan sakit, tetapi menimbulkan gatal dan membuat kita ingin menggaruk.

Gigitan nyamuk, misalnya, merangsang saraf sakit di kulit, sehingga menimbulkan rasa gatal. Kulit kering atau luka pada kulit serta berbagai macam alergi juga bisa menimbulkan rasa gatal. 

Seperti disebutkan di atas, umumnya cara mudah mengatasi gatal adalah dengan menggaruknya. Yang masih jadi misteri, mengapa kita bisa ikut gatal ketika melihat orang lain garuk-garuk? Jika di satu ruangan ada seseorang yang sedang garuk-garuk, sering kali kita jadi merasa ikut gatal, dan tanpa sadar melakukan hal sama.

Dulu, sebagian orang memperkirakan bahwa gatal yang menular tak jauh beda dengan batuk yang menular—akibat lompatan virus atau bakteri dari satu orang ke orang lain. 

Tetapi perkiraan itu tidak bertahan lama, karena gatal akibat reaksi alergi juga menimbulkan orang lain terangsang untuk menggaruk. Padahal gatal akibat reaksi alergi dianggap tidak mungkin menular, karena berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas yang berbeda pada tiap individu.

Akhirnya, untuk menemukan jawaban pasti atas keanehan tersebut, sekelompok ilmuwan dari Wake Forest University di North Carolina mengadakan penelitian yang secara khusus ditujukan untuk mengetahui kenapa kita bisa ikut gatal ketika melihat orang lain garuk-garuk. Hasilnya, berdasarkan penelitian itu, ternyata rasa gatal bisa dipicu dari rangsangan visual.

Dr. Gill Yosipovitch, yang memimpin penelitian tersebut, menyatakan, “Ada mekanisme di otak tengah yang memicu gatal meski tidak ada rangsang gatal yang sebenarnya, tapi hanya penafsiran otak berdasarkan rangsang visual.”

Penelitian itu melibatkan 25 relawan, dan satu per satu diminta masuk ke sebuah ruangan yang telah disediakan. Sebagian relawan diminta menyaksikan serangkaian video yang masing-masing berdurasi 5 menit. 

Video itu menampilkan adegan orang-orang yang sedang terserang gatal, yang menggaruk-garuk permukaan kulitnya. Sementara sebagian relawan yang lain hanya diminta masuk ke ruangan, tetapi tidak diminta menyaksikan video. 

Hasilnya, relawan yang diminta menyaksikan video kemudian terserang gatal-gatal, sementara relawan yang tidak menyaksikan video tidak mengalami hal sama. Kenyataan itu menunjukkan bahwa rangsang visual—bahkan melalui video yang menampilkan orang gatal-gatal—dapat memicu reaksi gatal pada yang menonton atau menyaksikannya. 

Bahkan, masih berdasar penelitian di atas, ketika masing-masing relawan secara khusus diberi rangsang gatal, reaksinya lebih kuat jika si relawan menonton video orang gatal-gatal. Dr. Gill Yosipovitch mengoleskan larutan histamin, semacam pemicu alergi, ke kulit para relawan. Mereka yang tidak menyaksikan video merasa biasa-biasa saja, atau merasa gatal sewajarnya. Tetapi mereka yang telah menyaksikan video merasakan gatal yang lebih kuat.

Kenyataannya, menggaruk kulit ketika merasa gatal menimbulkan semacam kenikmatan, sehingga menyaksikan orang yang sedang garuk-garuk merangsang kita untuk ikut menikmatinya. Itu tak jauh beda dengan menyaksikan orang yang sedang asyik menikmati es krim, dan kita meneteskan air liur. 

Bahkan kadang kita sampai mencari-cari sesuatu yang dapat digunakan untuk menggaruk jika kebetulan bagian tubuh yang gatal sulit digaruk dengan tangan. Karenanya, tidak sedikit orang yang secara khusus membeli “alat penggaruk punggung”.

Francis McGlone, pakar kesehatan kulit dari Liverpool John Moores University, Inggris, menyatakan bahwa menggaruk kulit yang gatal tak jauh beda dengan kenikmatan makan atau kesenangan lainnya. 

“Saat kita meredakan rasa gatal dengan menggaruk, kita merasakan kenikmatan. Ada alasan evolusi terkait hal ini, semacam kebutuhan yang menyenangkan. Seks adalah hal menyenangkan yang mendorong kita untuk bereproduksi. Makan juga menyenangkan. Begitu pula dengan menggaruk, karena membuat kita mencari sumber gatal dan berusaha menghilangkannya.”

Meski begitu, ia menjelaskan, tidak semua rasa gatal dapat dihilangkan dengan cara menggaruk. Rasa gatal yang kronis, akibat suatu penyakit, dapat membuat penderitanya tersiksa karena terus-menerus merasa gatal. Namun, gatal jenis itu biasanya tidak sembuh ketika digaruk, karena membutuhkan penanganan atau penyembuhan pada penyakitnya.

Fakta:

Morgellon adalah penyakit yang berhubungan dengan gatal-gatal di kulit, namun masih misterius. Penderitanya akan merasa gatal, namun tidak pernah diketahui penyebabnya. 

Meski telah ada banyak keluarga yang mengaku terjangkit penyakit tersebut, pihak kedokteran belum mampu menjawab latar belakang masalahnya. Bahkan nama “Morgellons” pun tidak diberikan oleh dokter, melainkan oleh kelompok advokasi masyarakat. 

Penyakit itu sudah dilaporkan sejak abad ke-17 oleh Thomas Browne, dan sejak itu tidak ada lagi kasus dilaporkan, hingga penyakit itu muncul kembali pada 2002. Hingga saat ini, pihak medis masih sebatas menyebut Morgellon sebagai, “Penyakit yang berhubungan dengan suatu kondisi kulit, yang tidak memiliki definisi medis tertentu yang bisa diterima.”

Related

Science 5915674043188600984

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item