Mengapa Pilot Kamikaze Jepang Mengenakan Helm? Ternyata Ini Jawabannya


Naviri Magazine - Jepang memiliki sejumlah kelompok khusus yang terdiri dari penerbang berani mati, yang terkenal dengan sebutan kamikaze. 

Aksi kamikaze Jepang menjadi populer di seluruh dunia ketika para penerbang berani mati itu menghajar pangkalan militer Amerika habis-habisan dalam Perang Dunia II. Agar kita tahu seperti apa yang dilakukan “orang-orang nekat” itu, berikut ini beberapa cuplikannya.

Pagi hari, 25 Oktober 1944, dalam riuhnya Perang Dunia II, dua pesawat tempur Jepang—A6M Mitsubishi Zero—meluncurkan tembakan simultan ke arah kapal USS White Plains milik AS. 

Amerika membalas serangan itu dengan menembakkan senjata berat antipesawat udara. Serangan balasan itu berhasil, kedua pesawat Jepang jatuh, namun ledakannya membakar dan menghanguskan kapal milik AS.

Pada 6 Januari 1945, serangan kamikaze Jepang kembali menyerang AS, kali ini dengan sasaran light cruiser USS Columbia. Pesawat kamikaze itu menabrak kapal, dan meledakkan bom yang ada di dalamnya. 

Kebakaran hebat pun terjadi, meluluhlantakkan seisi kapal, sementara tentara-tentara Amerika tewas bergelimpangan. Sisanya mencoba bertahan di atas kapal yang kini mengapung tak berdaya, berharap pertolongan segera datang. Tetapi tiga hari kemudian kamikaze lain menyerang, menabrakkan pesawatnya pada kapal yang telah tak berdaya itu, dan kerusakan pun semakin parah.

Sebulan kemudian, pada 21 Februari 1945, enam pesawat kamikaze kembali menyerang armada AS, kali ini dengan sasaran kapal induk USS Saratoga. Pesawat-pesawat itu menabrak kapal, meledakkan bom di lambung kapal, dan kebakaran pun terjadi bersama lebih dari seratus orang tewas di pihak Amerika.

Serangan mematikan itu belum berhenti. Pada 11 Mei 1945, Jepang mengirimkan dua pesawat kamikaze ke laut Filipina, tempat kapal induk USS Bunker Hill milik AS sedang berlayar. Salah satu pesawat kamikaze itu menjatuhkan bom 550-lb, menghancurkan bagian luar sisi kapal, lalu menerjang sendiri ke dek penerbangan. 

Akibat yang terjadi benar-benar mengerikan. USS Bunker Hill segera berubah menjadi bola api raksasa. Sebanyak 30 pesawat yang sedang parkir di atas kapal induk itu meledak, dan bahan bakarnya yang penuh menjadikan efek ledakannya menciptakan kebakaran hebat. 

Di tengah-tengah kepanikan akibat serangan dan kebakaran hebat itu, pesawat kamikaze lainnya kembali menyerang. Tiga puluh detik setelah pesawat kamikaze yang pertama meledak, pesawat kamikaze kedua menjatuhkan bom yang sama, dan kemudian menabrakkan pesawat ke dek penerbangan dekat menara kontrol. 

Bom serta terjangan pesawat kamikaze itu meledakkan bagian dek, dan menyebabkan kebakaran semakin berkobar. 

Aksi bunuh diri heroik yang kelak terkenal dalam sejarah itu menimbulkan kerugian yang amat besar di pihak AS. Sementara para pilot Jepang yang ada dalam pesawat-pesawat kamikaze meninggal sebagai pahlawan.

Jika kita cermati, aksi-aksi di atas jelas aksi bunuh diri, dalam arti pilot-pilot yang menerbangkan pesawat kamikaze menyadari sepenuhnya bahwa mereka akan mati. Terbukti pesawat-pesawat itu menerjang dan menabrakkan diri ke sasaran tanpa ragu. Pertanyaannya, kenapa pilot-pilot yang jelas akan mati itu harus repot-repot mengenakan helm, toh akhirnya juga akan mati?

Kita menanyakan helm-helm yang ada di kepala pilot kamikaze, karena selama ini diberitahu bahwa helm adalah sarana pengamanan, untuk menghindarkan luka pada kepala jika terjadi kecelakaan. Jadi, mengapa pilot kamikaze mengenakan helm?

Pesawat tempur yang digunakan dalam Perang Dunia II sebagian besar memiliki kokpit terbuka. Karena itu, penutup kepala atau helm lebih berfungsi untuk melindungi pilot dari hujan dan angin. 

Beberapa pesawat tempur memang ada yang memiliki kokpit tertutup, namun sering kali pesawat itu lepas landas dan mendarat dengan kokpit terbuka, dengan tujuan untuk memudahkan melarikan diri jika sesuatu terjadi. Pada masa itu, pendaratan dan lepas landas masih menjadi bagian paling berbahaya dalam penerbangan.

Selain itu, pilot-pilot kamikaze mengenakan helm karena mereka menggunakan radio earphone yang dibutuhkan dalam kemiliteran. Karenanya, helm bagi pilot kamikaze lebih berfungsi untuk membantu menyelesaikan pekerjaan, bukan untuk bertahan atau sebagai pengamanan. 

Omong-omong, mempertanyakan helm di kepala pilot kamikaze tak jauh beda dengan mempertanyakan jarum suntik yang disterilisasi untuk orang yang akan dihukum suntikan mati. Jika seseorang dihukum mati dengan suntikan, kenapa jarum suntiknya harus disterilisasi dulu, toh pada akhirnya si terhukum tetap akan mati? 

Fakta:

Nama “Kamikaze” terkait dengan legenda Jepang tentang angin topan dewa, yang dipercaya telah menyelamatkan Jepang dari invasi Mongol pada tahun 1281. Di Jepang, skuadron udara bunuh diri kamikaze disebut Shinpu Tokubetsu Kogeki Tai. 

Ide melakukan kamikaze dicetuskan oleh Vice Admiral Kimpei Teraoka (Kepala Staf Komandan Angkatan Laut Jepang di Filipina), dan direalisasikan oleh Vice Admiral Takejiro Onishi, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Kamikaze. 

Dalam Perang Dunia II, diperkirakan sekitar 2.550 penerbangan serangan kamikaze dilakukan dari 25 Oktober 1944 sampai berakhirnya perang, 15 Agustus 1945. 

Sebanyak 363 serangan kamikaze mengenai sasaran, atau nyaris mengenai, tetapi tetap menimbulkan kerusakan pada kapal-kapal yang diserang. 

Di antara serangan-serangan itu, tidak kurang 71 kapal Sekutu tenggelam ke dasar laut, atau hancur, dan tak mungkin diperbaiki lagi. 

Lebih dari 6.600 personel Sekutu dilaporkan terbunuh akibat serangan kamikaze. 

Related

Science 6969679808656433749

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item