Ngeri, Ini yang Akan Terjadi jika Kutub Bumi Terbalik


Naviri Magazine - Salah satu tanda kiamat yang terkenal adalah terbitnya Matahari dari arah barat. Ada banyak skenario kiamat bagi kehidupan Bumi, dan salah satunya jika kutub terbalik—kutub utara pindah ke selatan, dan kutub selatan pindah ke utara. 

Dalam skenario ini, kiamat akan terjadi karena ketika kutub terbalik maka benua akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain, memicu gempa besar, perubahan iklim secara mendadak, dan, tentu saja, kepunahan spesies di Bumi.

Kutub bisa terbalik jika susunan atom besi yang ada di lapisan dalam Bumi berubah, seperti magnet-magnet kecil yang berubah arah. Jika susunan atom-atom besi berubah, maka secara umum medan magnet Bumi pun akan mengalami perubahan. 

Bumi yang kita tinggali dapat diibaratkan sebutir telur. Kulit telur adalah daratan dan lautan tempat kita hidup. Cairan telur adalah material vulkanis logam cair dan inti Bumi, sedang kuning telur adalah logam padat bersuhu tinggi. 

Inti Bumi memiliki medan magnet yang keluar dari kutub utara menuju kutub selatan, yang disebut Sabuk Van Hallen. Medan magnet itu melindungi Bumi dari sinar kosmis Matahari, yang memungkinkan kehidupan di Bumi berjalan normal.

Yang mengkhawatirkan, investigasi lanjutan mengenai anomali-anomali yang terjadi saat ini menggiring kesimpulan pada kemungkinan terjadinya perubahan kutub magnet Bumi—yang merupakan siklus ribuan tahun dari planet dan bintang—dalam beberapa tahun mendatang. 

Menggunakan analisis NASA, pada tahun 2001, bintang kita, yakni Matahari, telah mengalami perubahan kutub tersebut. Namun, karena kita tidak tinggal di sana, kita pun tidak merasakan perubahan itu.

Dalam beberapa dekade terakhir, dinyatakan bahwa kutub utara telah bergeser dalam derajat yang signifikan, dan tidak ada yang bisa memastikan kapan terjadi pergeseran total kutub utara menjadi kutub selatan. 

Bisa dalam hitungan puluhan tahun, ratusan, atau bahkan masih ribuan tahun lagi. Kenyataan itu—jika memang terjadi—tidak berarti Bumi berputar terbalik, melainkan posisi inti dan kerak Bumi yang berputar, karena inti Bumi dan kerak Bumi berisi cairan. Itu bisa diilustrasikan kuning telur yang berputar dalam telur yang sedang diam.

Terbaliknya kutub Bumi, menurut para ilmuwan, memang nyata. Sejarah pernah mencatat bahwa terakhir kali kutub terbalik terjadi pada masa 780.000 tahun yang lalu, atau pada Zaman Batu. Dan, yang mengejutkan, Bumi saat ini sedang dalam proses pembalikan kutub semacam itu. 

Jean-Pierre Valet, peneliti yang melakukan riset tentang putaran geomagnetik, menyatakan, “Perubahan paling dramatis jika kutub terbalik adalah adanya penurunan besar total intensitas medan magnet Bumi.”

Monika Karte Niemegk, pakar geomagnetik Jerman, menguraikan, proses terbaliknya kutub bisa terjadi dalam waktu seribu sampai sepuluh ribu tahun. Proses itu tidak terjadi tiba-tiba, dan didahului proses melemahnya medan magnet Bumi. 

Sementara John Tarduno dari University of Rochester, menambahkan, medan magnet Bumi sangat berpengaruh pada perlindungan terhadap badai Matahari. “Beberapa partikel terkait lontaran massa korona akan diblok dari Bumi. Jika medan magnet lemah, perlindungan pun kurang efisien,” ujarnya.

John Tarduno juga menyatakan bahwa partikel Matahari yang masuk ke atmosfer tanpa perlindungan medan magnet bisa membentuk lubang ozon melalui reaksi kimia. Lubang tersebut tak akan permanen, tapi bisa bertahan selama 10 tahun, dan itu artinya akan meningkatkan risiko kanker kulit. 

Jean-Pierre Valet menyetujui perkiraan dampak tersebut, bahkan ia menulis paper ilmiah pada awal 2012 yang menguraikan bahwa kepunahan Neanderthals terjadi pada periode yang sama ketika medan magnet Bumi melemah.

Medan magnet yang melemah akan mengganggu banyak spesies yang mengandalkan geomagnetik untuk navigasi, seperti lebah, salmon, paus, dan penyu. Selain itu, melemahnya medan magnet Bumi juga membawa dampak yang bisa merusak teknologi yang ada, jika badai Matahari menghantam. 

Pendeknya, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika kutub Bumi terbalik diyakini dapat memicu terjadinya kiamat. Tetapi, seperti biasa, prediksi semacam itu segera mendapat sanggahan dari para ilmuwan lain yang meragukannya. Bagi mereka, skenario kiamat akibat terbaliknya kutub Bumi hanyalah fantasi, atau akibat yang terlalu dibesar-besarkan.

Alan Thompson, dari British Geological Society, mengatakan, “Tak ada bencana akibat benua bergeser. Geolog bisa melihat dari fosil dan bukti lain.” 

Pernyataannya itu ditujukan untuk menyanggah simpulan yang menyatakan bahwa terbaliknya kutub dapat mengakibatkan bencana akibat benua bergeser, dan juga gempa. 

Bahkan jika medan magnet Bumi melemah, ujarnya, kita yang ada di permukaan akan dilindungi oleh atmosfer. “Sama halnya kita tak melihat dan merasakan medan magnet, kita juga tak akan merasakan perubahannya.”

Meski terdapat silang pendapat, namun para ilmuwan sama-sama sepakat bahwa perubahan susunan atom besi memang sedang terjadi di bagian bawah Brazilia dan Atlantik Selatan. Medan magnet berkurang sejak 160 tahun terakhir, dan itu memicu spekulasi adanya pembalikan kutub. 

Namun, Alan Thompson juga menyatakan bahwa pembalikan kutub bisa saja batal. Bumi adalah sistem yang terlalu kompleks untuk diketahui masa depannya. Selain itu, waktu perubahan yang masih ribuan tahun bisa memberi kesempatan bagi manusia untuk beradaptasi.

Mungkin Alan Thompson terlalu optimistis, dan kenyataannya sebagian besar ilmuwan di dunia lebih memihaknya. Jika opsinya kiamat atau tidak, tentu kita akan memilih opsi yang kedua. 

Bahkan kalau pun terjadi kerusakan cukup parah, hal itu diperhitungkan hanya akan mempengaruhi peralatan elektronik, satelit, GPS, pembangkit listrik, sarana telekomunikasi, atau piranti teknologi lainnya, akibat terjadinya gangguan magnetik. Selebihnya baik-baik saja. 

Selain itu, jika kutub Bumi akhirnya benar-benar terbalik, yang paling mencolok terlihat hanyalah jarum kompas kita tidak akan lagi menunjuk ke arah utara, karena kutub magnet utara sudah pindah ke selatan.  

Ya, kedengarannya tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja. Tapi... tunggu dulu. Jika kutub magnetik utara Bumi ada di selatan, kira-kira dari mana Matahari akan terbit?

Fakta:

Sepanjang sejarah manusia, gempa Bumi terkuat yang pernah tercatat adalah 9,5 SR yang terjadi Chile pada 22 Mei 1960, menurut US Geological Survey (USGS).

Tempat terpanas di muka Bumi ada di El Azizia, Libya. NASA Earth Observatory mencatat, daerah ini pernah dilanda suhu hingga 57,8 derajat Celcius pada 13 September 1922.

Related

Science 6363649421660726273

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item