Penting! Ini Penjelasan Dokter Terkait Mitos-mitos Kesehatan yang Kita Percaya (Bagian 1)


Naviri Magazine - Semua orang pasti pernah mengalaminya. Ada benjolan aneh muncul di sekitar kaki, atau bagian mana saja di tubuh kalian. Apa yang kalian lakukan pertama kali? Sudah pasti googling. Satu jam kemudian, kamu akan merasa 'tercerahkan' soal sisi medis. 

Masalahnya, yang kamu baca belum tentu kabar baik. Seringkali yang terjadi, kamu malah yakin sudah menderita kanker langka stadium akhir, lalu mengira umurmu tinggal hitungan bulan.

"Daripada hanya mengandalkan informasi di Internet, akan lebih baik jika anda mencari bacaan pendukung dari buku-buku medis resmi," kata Jay Parkinson, pendiri sekaligus CEO Sherpaa, sebuah situs layanan kesehatan yang memetakan data penyakit ribuan pasien setiap minggu.

Media mewawancarai Parkinson dan Neal Barnard, pendiri sekaligus Presiden Komite Dokter untuk Layanan Medis Bertanggung Jawab (PCRM) di Amerika Serikat. Apa saja rata-rata ketakutan tidak berdasar orang-orang terhadap kesehatan tubuh, yang dipicu informasi menyesatkan dari Internet? Berikut jawaban mereka.

"Makan kedelai bisa memicu kanker." 

Ketakutan ini banyak muncul di negara-negara Barat selama satu abad terakhir. Awalnya gara-gara ada penelitian ilmiah akhir abad 19 yang menyatakan kedelai mengandung struktur kimia menyerupai estrogen. Struktur ini disebut isoflavone. Oleh orang-orang awam, kesamaan struktur dicampuradukkan dengan hormon estrogen. 

"Informasi menyesatkan paling banyak disebar adalah tudingan mengonsumsi kedelai terlalu banyak bisa membuat laki-laki mandul, Sementara jika perempuan yang makan banyak kedelai berisiko tinggi mengidap kanker payudara," kata Barnard.

Setelah satu abad, berkat penelitian berulang kali, para dokter tahu jika selentingan soal kedelai keliru besar. Faktanya, kedelai justru sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Dua meta-analisis menyatakan tidak ada kaitan antara konsumsi kedelai—dalam bentuk tahu, susu, atau tempe—bisa memicu kanker payudara ataupun kanker prostat. Jadi, jika menemukan artikel semacam itu di masa mendatang, abaikan saja.

"Disuntik vaksin malah membuat kita menderita flu." 

Orang yang pernah disuntik serum anti-flu, biasanya akan mengeluh tidak enak badan setelahnya. "Disuntik vaksin malah membuat saya kena flu, buat apa coba suntik kalau begitu?"

Informasi ini lalu disebarluaskan oleh orang-orang anti-vaksin. Kenyataannya, Parkinson menyatakan vaksin itu tidak diolah dari virus influenza langsung. "Jadi mustahil kita mengidap flu setelah disuntik vaksin," ujarnya. Yang disuntikkan kepada orang hanyalah sebagian kecil partikel, supaya tubuh kita menyadari ada unsur asing yang bisa memicu sakit.

Lalu, kenapa kita jadi tidak enak badan setelah disuntik vaksin? Ternyata, ini respon tubuh alamiah untuk setiap aktivitas suntik apapun. Bisa saja kalian mengalami gatal-gatal sampai penurunan suhu tubuh. Itu wajar saja. Beberapa gejala tidak enak badan memang sejak lama diakui sebagai efek samping vaksinasi. 

Ingat, influenza yang sudah menyebar dalam tubuh bukan cuma demam satu hari. Sementara vaksinnya akan benar-benar bermanfaat bagi tubuh paling cepat dua minggu setelah suntik.

"Pembalutku tersangkut, aku pasti akan mati."  

Di kalangan perempuan, ada informasi menyesatkan semacam ini. Mari kita belajar anatomi dasar. Vagina bukan lubang tanpa dasar yang bisa menelan pembalut ataupun tampon.

Ketakutan lainnya terkait terlalu lama memakai pembalut, biasanya lebih dari delapan jam, dikhawatirkan bisa memicu keracunan. Ada informasi beredar di Internet, mengklaim pembalut yang dipakai nyaris seharian bisa memicu berjangkitnya bakteri. Parkinson menyatakan itu semua omong kosong. 

Memang ada alergi parah karena salah menggunakan pembalut. Tapi peluang perempuan di dunia mengidap penyakit yang disebut toxic shock syndrome itu sangat tipis, hanya 1 dibanding 100 ribu orang. 

Kalaupun memang kamu merasa gatal, demam, diare, atau bahkan muntah-muntah setiap menggunakan pembalut tertentu, jangan terlalu polos hanya mengandalkan google. Segera temui dokter.

"Anuku tidak bisa bangun sewaktu 'gituan' tanpa obat kuat. Aku kecanduan obat." 

Penis layu memang menyebalkan. Masalahnya, jangan buru-buru mengira pria akan seumur hidup mengalami disfungsi ereksi. Barnard menyatakan ketidakmampuan ereksi nyaris selalu dipicu masalah psikologis. Bisa saja si lelaki sedang stres atau kondisi tubuhnya memang sedang turun. 

Baca lanjutannya: Penting! Ini Penjelasan Dokter Terkait Mitos-mitos Kesehatan yang Kita Percaya (Bagian 2)

Related

Health 2616376902355601582

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item