Hasil Penelitian: 1 dari 25 Pemimpin Bisnis Bisa Jadi Seorang Psikopat


Naviri Magazine - Satu dari 25 pemimpin perusahaan diyakini memiliki gangguan mental psikopat, dalam sebuah penelitian terbaru. Gangguan psikopat ini tidak terlihat, sebab pemimpin bisnis tersebut mampu melakukan penyamaran karena memiliki daya tarik tinggi, status tinggi, dan melakukan manipulasi perilaku di tempat kerja.

Dengan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti memiliki keluarga dan anak, dan diperhitungkan di lingkungan sosial, para pemimpin bisnis yang psikopat ini bisa hidup nyaman tanpa dicurigai.

Survei tersebut dilakukan oleh psikolog asal New York, Dr Paul Babiak, yang membuat pertanyaan di 111 tempat untuk mengetahui berapa banyak bos di perusahaan yang bisa jadi psikopat. 

Survei ini dilakukan bersama dengan Prof Bob Hare dari University of British Columbia, Kanada. Dr Babiak dan Prof Hare mengemukakan penemuannya ini dalam program BBC "Horizon: Are You Good Or Evil?".

Hasil survei menemukan, hampir 4 persen pemimpin bisnis memiliki gejala-gejala psikopat dibanding dengan 1 persen populasi umum. Pemimpin bisnis ini adalah mereka yang mempunyai posisi di puncak perusahaan, seperti presiden direktur, wakil presiden direktur, dan level direktur.

"Penemuan ini cukup mengejutkan, karena mereka adalah orang yang berada di puncak organisasi," kata Dr Babiak seperti dilansir dari dailymail.

Hasil penelitian menujukkan bahwa psikopat sebenarnya punya kinerja manajerial yang buruk, tetapi mereka mampu menaikkan karirnya hingga di puncak pimpinan karena mampu menutupi kelemahannya dari atasan maupun bawahan secara baik dan menawan.

Kondisi ini, kata Dr Babiak, membuat orang sulit membedakan mana pemimpin yang benar-benar berbakat dan mana yang psikopat. "Semakin tinggi jabatan seorang psikopat, maka semakin tampak baik mereka terlihat, dengan kharisma dan gaya bicaranya yang baik," timpal Prof Hare.

Tapi jika melihat hasil kinerja mereka yang sesungguhnya dengan tingkat produktivitas yang dihasilkan, menurut Prof Hare, itu sangat menyedihkan. Psikopat ini terlihat berprestasi karena mampu menggunakan pesonanya, melakukan manipulasi, intimidasi atau apa pun yang diperlukannya.

"Mereka terlihat seolah mampu menebak apa yang Anda pikirkan, dapat melihat bahasa tubuh Anda, dapat mendengarkan apa yang Anda katakan, tetapi sebenarnya mereka tidak benar-benar melakukan atau merasakan apa yang Anda rasakan," kata Prof Hare.

Faktor penting yang bisa mendeteksi psikopat adalah kurangnya empati yang mendalam, yang merupakan perasaan yang umum dirasakan banyak orang. Psikopat 'berkulit' intelektual, bukan emosional.

"Ini adalah orang-orang tanpa hati nurani. Mereka suka mencari sensasi, mudah bosan, dan selalu ingin suasana yang berubah, karena itulah tempat yang sempurna buat seorang psikopat," kata Dr Babiak.

Beberapa psikopat secara lahiriah bersifat agresif dan destruktif, namun faktor-faktor seperti pola asuh dan pendidikan dapat membantu mereka untuk meniru rekannya dan menyesuaikan diri di tempat kerja.

Kapasitas 'psikopat yang sukses' ditampilkan pada kualitas pemimpin perusahaan yang dikagumi, dan membantu mereka menaiki tangga karir dengan cepat meskipun kemampuan manajerialnya kurang memadai.

"Hal ini membuat kita hampir mustahil untuk membedakan mana seorang psikopat dan seorang bos yang benar-benar baik," kata Paul Babiak, psikolog terkemuka dari New York.

"Psikopat benar-benar bukan jenis orang yang seperti Anda bayangkan. Anda bisa hidup atau menikah dengan salah satu di antara mereka selama 20 tahun atau lebih, dan tidak tahu bahwa ternyata dia adalah seorang psikopat," ujarnya.

"Masalahnya adalah, hal yang sangat kita cari dalam diri para pemimpin dimiliki oleh para psikopat, yaitu mereka dapat meniru dengan mudah. Kecenderungan alami mereka dapat menarik Anda dengan pesonanya, dan menempatkannya dalam bahasa bisnis yang tepat. Terdengar seperti pemimpin yang karismatik," jelas Babiak.

Hasil scan otak terhadap psikopat, seperti psikopat dalam kasus pembunuhan, menunjukkan adanya ketidaknormalan di beberapa bagian otaknya, seperti korteks orbital yang berada tepat di atas mata, dan berada di depan lobus temporal -- yang merupakan rumah amygdale yang bertanggung jawab terhadap aktivitas respons emosi seseorang. Pada psikopat, daerah otak ini rusak sehingga tidak mampu memberikan respons emosional.

Sebuah gen yang dikenal dengan nama 'warrior gene' juga dikaitkan dengan tingkat kekerasan dan sifat agresif dalam merespons sebuah provokasi yang sangat umum terjadi pada seorang psikopat.

Related

Science 5210135551369388518

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item