Tips Hemat Belanja dengan Skala Tiga Puluh Hari

Naviri Magazine - Anda pasti kenal dengan istilah yang disebut ‘gila belanja’. Apa yang disebut sebagai gila belanja itu bukan sekedar orang...


Naviri Magazine - Anda pasti kenal dengan istilah yang disebut ‘gila belanja’. Apa yang disebut sebagai gila belanja itu bukan sekedar orang yang hobi berbelanja, namun orang yang hobi berbelanja—tak peduli apakah barang itu dibutuhkannya atau tidak, tak peduli uangnya akan mencukupi atau tidak. 

Karenanya, si hobi belanja belum tentu orang yang kaya-raya, dan para pengidap ‘penyakit’ ini seringkali berurusan dengan kredit macet di bank karena penggunaan kartu kredit yang tak bertanggung jawab.

Sebagai media penjualan, swalayan, supermarket ataupun mal-mal besar memang menggunakan banyak cara yang menarik bahkan menggiurkan dalam memajang dan mempromosikan barang-barang yang mereka tawarkan kepada para calon pembeli dan pelanggan. 

Karenanya, setiap kali kita melewati deretan counter di swalayan atau menyusuri rak-rak barang di supermarket, setiap kali pula kita tergelitik, bahkan terbakar oleh hasrat untuk membeli, membeli dan membeli. 

Itu belum cukup. Ketika langkah kaki kita baru saja memasuki sebuah pintu swalayan, atau ketika kita akan pulang meninggalkan gerbang sebuah mal, tidak jarang telah ada seorang atau beberapa orang yang menyodorkan dan membagi-bagikan brosur penawaran aneka barang. 

Hasrat kita pun kembali tergelitik dan menjadi penasaran dengan barang yang ditawarkan dalam brosur atau selebaran itu, dan sekali lagi keinginan untuk membeli terjadi kembali.

Hasrat konsumtif ini memang sesuatu yang tengah menjadi masalah dewasa ini. Namun masyarakat sekarang ini sepertinya memang tengah ‘dididik’ untuk menjadi masyarakat yang konsumtif. Mungkin kita bisa saja menghindar dari godaan dengan tidak mengunjungi mal atau swalayan dan membatasi waktu selama berada di supermarket ketika berbelanja. 

Namun godaan untuk konsumtif itu juga hadir di rumah kita, ketika kita tengah duduk-duduk bersama keluarga. Godaan itu bisa muncul dalam iklan-iklan televisi, display-display advertorial di koran, pariwara-pariwara di radio, atau bahkan salesman yang mengetuk-ngetuk pintu rumah kita. Bagaimana masyarakat sekarang tidak menjadi konsumtif…?

Karenanya, kalau Anda sekarang ini memang sudah terjangkit ‘penyakit’ gila belanja atau menyadari kalau Anda telah mengidap ‘virus’ konsumtif, sekaranglah saatnya untuk melakukan ‘pengobatan’ dengan cara menggunakan ‘skala tiga puluh hari’. Skala ini juga bisa digunakan sebagai antisipasi atau ‘vaksin kekebalan’ bagi Anda yang belum terserang penyakit atau virus di atas demi penghematan uang Anda.

Apa yang dimaksud dengan skala tiga puluh hari itu?

Penjelasan mudahnya seperti ini; kalau suatu waktu Anda menginginkan untuk membeli suatu barang, tak peduli itu barang yang ditawarkan di toko, di swalayan, di mal, di supermarket, di radio, televisi, koran atau bahkan barang yang ditawarkan oleh salesman sekalipun, tunggu dan tunggulah sampai tiga puluh hari mendatang. Jangan lakukan keputusan untuk membeli sebelum mencapai waktu tiga puluh hari semenjak rencana pembelian itu muncul pertama kali.

Setelah waktu tiga puluh hari itu terlewati, Anda akan sampai pada suatu keputusan yang jernih dan objektif untuk menakar dan menimbang apakah Anda memang benar-benar memerlukan atau membutuhkan barang itu ataukah tidak. Penggunaan skala tiga puluh hari ini biasanya akan menghasilkan tiga hal:

Pertama, Anda tetap memutuskan untuk membeli barang itu karena menyadari dengan objektif bahwa Anda memang membutuhkan, atau setidaknya memerlukan, barang itu. Jika ini kesimpulannya, silakan teruskan rencana pembelian.

Kedua, Anda membatalkan keinginan untuk membeli barang tersebut karena kemudian menyadari bahwa sebenarnya Anda tidak memerlukan atau membutuhkan barang itu. Jika ini hasil akhirnya, Anda akan menghemat uang Anda atau dapat menggunakannya untuk hal lain yang lebih Anda butuhkan.

Ketiga, waktu penawaran atas suatu barang itu telah lewat masanya, atau stok atas produk itu telah habis. Apabila hal semacam ini yang terjadi, Anda tidak perlu menyesal. Apabila Anda memang merasa membutuhkan barang itu, Anda dapat mencari penawaran yang lain atau di tempat lain. Namun jika Anda kemudian merasa tidak membutuhkannya, maka Anda telah terbebas dari tindakan membeli karena emosi semata dan Anda bisa menghemat uang Anda.

Mengapa ‘skala tiga puluh hari’ ini penting? Karena ada lebih banyak tindak pembelian yang didasari oleh emosi semata dibanding karena pemikiran yang objektif atau pikiran yang jernih. Para penjual dan produsen barang tahu psikologi ini, dan mereka amat menyadari bahwa orang lebih banyak membeli karena digerakkan oleh emosi daripada karena pikiran yang jernih dan objektif. 

Karenanya, cara produsen dan penjual menawarkan barangnya kepada kita pun lebih sering menyentuh emosi kita dibanding pikiran kita. Nah, ‘skala tiga puluh hari’ ini berfungsi untuk meredam hasrat dari emosi dan merangsang objektivitas serta kejernihan pikiran kita sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu.

Related

Tips 7647901136877193791

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item