Singgung Jokowi Tiga Periode, AHY: Kita Kembali ke Masa Kelam


Naviri Magazine - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menanggapi soal wacana Presiden Jokowi tiga periode yang kembali bergulir di tengah-tengah masyarakat.

AHY berharap, wacana tersebut tidak benar-benar terjadi dan diputuskan dalam bentuk undang-undang (UU).

Maka dari itu, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini meminta masyarakat mengawal wacana tersebut agar tidak diajukan ke badan legislatif untuk disahkan dalam bentuk UU.

Pasalnya, kata AHY, pemerintah menurutnya kerap mengesahkan sesuatu hal secara tiba-tiba. Padahal, menurutnya, apa yang mereka sahkan menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Kami bukannya skeptis atau pesimistis, tapi berdasarkan pengalaman-pengalaman, ini kok gampang sekali ngutak-ngatik, ngakal-ngakalin, seperti tadi (UU Ciptaker), seolah-olah gak dibahas lagi, tiba-tiba jeleger muncul (disahkan). Saya gak tahu apakah nanti wacana 3 periode ini tiba-tiba diselipkan juga dan tiba-tiba langsung diketuk (disahkan) saja,” ujar AHY.

Menurutnya, andaikan wacana Presiden Jokowi tiga periode itu benar-benar menjadi kenyataan maka Indonesia seolah mengkhianati sejarahnya.


Ia pun menyinggung soal peristiwa sejarah reformasi 1998 dimana hal yang paling fundamental pada masa itu yakni pembatasan masa jabatan presiden.

“Kita ahistoris. Kalau kita lupa ingatan, boleh saja. Tapi, kita masih sehat, kan? Dulu tahun 1998, salah satu yang paling fundamental dari reformasi adalah pembatasan masa jabatan presiden,” tutur AHY.

Oleh karena itu, kata AHY, jika wacana masa jabatan presiden tiga periode tersebut disahkan maka bangsa Indonesia akan kembali ke masa-masa kelam sebelum 1998.

“Kalau (presiden) 3 periode, gak akan pernah puas. Setelah itu 4 periode, setelah itu ujung-ujungnya seumur hidup. Dengan alasan masih hebat, masih kuat, masih diperlukan. Kalau seperti itu, darah perjuangan para reformis tidak ada harganya. Kita kembali ke masa-masa kelam sebelum reformasi,” ungkapnya.

AHY juga menegaskan ketidaksetujuannya terhadap wacana tersebut bukan lantaran pihaknya takut bersaing atau berkompetisi, melainkan ada hal lain yang jauh lebih substansial.

“Kita justru harus menjadi contoh. Kalau tidak, ini akan terjadi berulang-ulang. Jadi presiden buruk. Semudah itu kekuasaan mengubah jalannya sejarah. Bukannya kita takut berkompetisi, tapi, ya jangan gitu-gitu banget, lah kalau ingin berkuasa, harus ingat sejarahnya,” ujarnya.

Related

News 792267597841783919

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item