Hajar Aswad di Mekkah Ternyata Pernah Hilang 22 Tahun karena Dicuri


Naviri Magazine - Selama hampir dua abad, dari tahun 894 hingga 1078 M, kaum Qaramithah memainkan peran penting dan mengancam di jantung dunia Islam.

Sebuah sekte Syiah kecil, Qaramithah relatif sedikit, secara geografis tersebar, dan dianggap sesat oleh mayoritas Muslim Sunni dan bahkan oleh sebagian besar Syiah lainnya.

Sejarah sekte ini tidak jelas; namun sejarawan setuju bahwa asal-usulnya dimulai pertama kali di Irak selatan pada masa pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah (750–1258 M) sebagai bagian dari gerakan umum Ismailiyah.

Seak 900 M, Qaramithah menguasai Bahrain, Basra, dan banyak kota lain antara Mesopotamia dan Arabia. Tanah yang mereka kuasai sangat kaya dan sebagian besar dibangun dari kerja paksa.

Negara Qaramithah di Bahrain diorganisir dengan prinsip egaliter yang kuat. Mereka yang miskin atau berutang dapat memperoleh pinjaman sampai mereka menyelesaikan urusan mereka. Tidak ada bunga yang diambil untuk pinjaman. Semua pinjaman negara tersebut bebas bunga.

Perbaikan properti pribadi dan pabrik dilakukan atas biaya negara, sementara biji-bijian digiling gratis di pabrik negara.

Qaramithah begitu makmur hingga mengizinkan pembiayaan pengeluaran militer yang besar dan serangkaian kampanye penyerangan dan petualangan militer yang tak terhitung jumlahnya di negeri-negeri yang jauh.

Kecerdasan dan daya tahan masyarakat egaliter mereka ternoda setelah sekte tersebut melakukan penistaan yang akan tetap menjadi noda gelap.

Pada tahun 930 M, orang-orang Qaramithah, di bawah kepemimpinan Abu Thahir Sulaiman (923 – 944 M), melancarkan serangan ke Mekah selama musim haji. Aksi ini memuncak dalam pembantaian jamaah haji dan banyak penduduk kota.

Korban tewas dilaporkan mencapai puluhan ribu dan jumlah orang yang diperbudak dikatakan sekitar tiga puluh ribu. Banyak mayat yang dibuang di sumur Zam Zam.

Tidak puas dengan kekejaman ini, mereka kemudian merebut penutup pintu Ka'bah. Akhirnya mereka mencuri Hajar Aswad yang tak tergantikan dan membawanya ke ibukota baru mereka di Hajar, Bahrain.

Hajar Aswaj baru dikembalikan ke tempatnya semula, 22 tahun setelah dicuri, pada 951 SM. Tepatnya setelah penguasa ketiga Dinasti Fatimiyyah Al-Mansur, meminta kepada pengganti Abu Thair Sulaiman, yakni Ahad Ibnu Abu Sa'id Al Qaramanthah untuk mengembalikannya.

Permintaan itu disetujui oleh pemimpin Qaramithah ke-5. Sejak itu, Hajar Aswad selalu berada di tempatnya hingga sekarang.

Related

History 2667183764442666290

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item