Mengapa Kita Bisa Jatuh Cinta? Ini Penjelasan Ilmiahnya


Naviri Magazine - Meskipun orang sering mengatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang tak bisa dijelaskan, namun cinta tetap saja merupakan bagian yang tak dapat lepas dari kausalitas—hukum sebab akibat. Tidak ada akibat tanpa sebab, begitu pula tak ada orang jatuh cinta jika tak memiliki “penyebab cinta”. 

Mungkin orang kadang mengatakan, “Aku sungguh tak tahu mengapa aku mencintainya,” tetapi yang jelas tetap saja ada alasan mengapa orang sampai jatuh cinta kepada orang yang lainnya. 

Jadi, mengapa kita bisa jatuh cinta?

Setidaknya, di dalam diri setiap orang terdapat lima unsur yang bisa menyebabkannya jatuh cinta pada orang yang lainnya. Lima unsur itu adalah unsur emosi, unsur naluri, unsur watak, unsur nafsu, dan unsur rasio. Kita akan mempelajarinya satu persatu.

Pertama, unsur emosi atau unsur emosional, adalah cinta yang berdasarkan perasaan—dan bukan rasio. Ketika orang jatuh cinta karena faktor ini, maka cinta menjadi tidak masuk akal bagi orang lain—meskipun mungkin tetap saja masuk akal bagi orang yang merasakannya—dan biasanya cinta jenis ini banyak menghinggapi cowok-cewek yang masih belia. 

Jadi, ada orang yang baru bertemu sekali dengan seseorang dan kemudian jatuh cinta. Mengapa ini bisa terjadi? Karena emosi itulah jawabannya. Cinta jenis ini tidak membutuhkan jawaban atau pertanyaan “mengapa” karena emosi menyebabkan orang melakukan sesuatu tanpa alasan.

Yang kedua, unsur naluri, adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang untuk mencintai orang lain dengan dasar kebutuhan untuk melengkapi dirinya. Ini bisa dianalogikan dengan cinta Adam kepada Hawa yang terjadi karena Adam menganggap Hawa tercipta dari tulang rusuknya, dan ia merasa akan dapat hidup lengkap dengan “memiliki kembali” tulang rusuknya yang hilang.

Pada jaman sekarang ini analogi tersebut tetap saja berlaku meskipun mungkin dalam bentuk dan versi yang berbeda. Kebutuhan orang untuk melengkapi dirinya bisa berupa kecenderungannya untuk melengkapi kepribadiannya yang mungkin ia anggap kurang; semisal cowok pemarah menginginkan cewek yang penyabar, atau cewek pendiam mengharapkan memiliki cowok yang periang. 

Bisa pula unsur naluri ini terjadi pada seorang cewek belia yang jatuh cinta kepada sosok cowok yang dua puluh atau tiga puluh tahun lebih tua darinya. Mengapa hal semacam ini bisa terjadi? 

Karena cinta si cewek berasal dari unsur naluri, misalnya karena dia telah kehilangan ayahnya semenjak kecil, dan kemudian mengharapkan mendapat pasangan yang memiliki naluri kebapakan. Hal semacam itu juga dapat terjadi pada seorang cowok yang cenderung jatuh cinta kepada cewek yang usianya lebih tua darinya—alasannya juga bisa tak jauh beda.

Yang ketiga, unsur watak. Apa yang disebut unsur watak ini bisa dikatakan hampir sama dengan unsur naluri di atas, namun memiliki perbedaan kecil yang esensial. Coba perhatikan fakta kecil ini. 

Ada orang yang baru bertemu sekali dengan seseorang, dan mereka belum begitu saling kenal, tapi dia merasakan suatu “rasa tidak suka” terhadap orang itu. Berbeda dengan “cinta pada pandangan pertama”, hal ini mungkin bisa disebut sebagai semacam “benci pada pandangan pertama”.

Mengapa hal semacam ini bisa terjadi? Jika orang dapat jatuh cinta pada pandangan pertama mungkin karena pesona fisik, maka benci pada pandangan pertama biasanya terjadi karena didorong oleh unsur watak ini. Jadi, di dalam diri kita ada suatu unsur watak yang oleh beberapa pakar disebut sebagai “unsur watak hewani”. 

Ingat jenis-jenis shio? Mengapa shio-shio itu dilambangkan dengan nama-nama hewan? Karena shio-shio tersebut mengacu pada watak hewani yang terdapat di dalam diri setiap manusia—dalam diri setiap kita.

Nah, ada orang-orang yang memiliki watak ayam (memiliki kepribadian shio ayam). Karena dia memiliki unsur watak ayam di dalam dirinya, maka unsur watak ini pulalah yang kemudian—tanpa disadarinya—mendorong dirinya untuk membenci pada orang-orang tertentu yang kebetulan berwatak ular (memiliki kepribadian shio ular). 

Ayam selalu merasa terancam dengan ular, kan? Meskipun perasaan benci ini mungkin terkesan subjektif, namun itulah dorongan yang biasanya “secara alami” membuat kita merasa tidak suka dengan orang lain meskipun kita baru melihatnya pertama kali.

So, unsur watak ini pula yang kemudian juga mendorong orang untuk jatuh cinta kepada orang lainnya yang kebetulan memiliki watak yang “sesuai” dengan dirinya. 

Umpama, orang yang memiliki watak pekerja keras, tidak mudah menyerah, gigih dalam berjuang akan mudah jatuh cinta dengan orang yang memiliki watak ambisius, haus pengetahuan dan rajin belajar. Ini pulalah yang kemudian menjadi dasar dari “peletakan ramalan jodoh ideal” antar shio—dengan mengacu pada watak-watak hewani yang terdapat dalam dua belas shio.

Kemudian unsur keempat, yakni unsur nafsu, adalah unsur paling “terkenal”. Yeah, ada banyak orang yang jatuh cinta karena unsur fisik semata-mata, dimana dia begitu mengagumi—atau bahkan memuja—keindahan fisik orang yang dicintainya. Ini tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut karena masing-masing dari kita pun tentu sudah memahami maksudnya. 

Yang kelima, unsur rasio, adalah unsur yang membuat kita jatuh cinta karena (atau dengan) adanya beberapa (atau banyak) pertimbangan tertentu. Ini biasanya terjadi pada cowok-cewek yang sudah cukup “matang”. 

Jadi, untuk unsur ini, orang tidak dapat jatuh cinta secara sembarangan. Ada hal-hal yang harus dipikirkan sebelum menjatuhkan pilihan terhadap orang yang dicintai atau yang cintanya akan diterima. Apakah dia sudah cukup layak, baik secara fisik sampai jaminan masa depan? Apakah keluarganya dapat menerima kehadiran orang itu? Apakah menjadi pasangannya akan membuatnya bahagia? Bagaimana statusnya dalam kehidupan sosial? Serta sederet pertanyaan lain yang bisa saja memenuhi isi buku ini. 

Karena setiap orang memiliki lima unsur yang membuatnya jatuh cinta inilah yang kemudian juga akan menentukan bagaimana dia memilih pasangannya. 

Di antara kelima unsur di atas itu, selalu ada unsur yang dominan, dan unsur dominan itulah yang biasanya akan menjadi faktor paling kuat bagi setiap orang dalam menjatuhkan pilihannya terhadap orang yang dicintainya atau yang akan dijadikannya sebagai pasangan. 

Masing-masing dari kelima unsur itu tentu saja saling melengkapi, tapi satu yang paling dominanlah yang biasanya menggerakkan orang untuk jatuh cinta. 

Karena adanya lima unsur ini pula, kadang ada orang yang merasa ragu-ragu dalam memutuskan orang manakah yang akan dijadikannya sebagai pasangan. Terdengar familier? Ya, ada banyak orang yang cukup bingung dalam memutuskan atau menjatuhkan pilihannya karena ia naksir beberapa orang sekaligus, atau kebetulan menerima pernyataan cinta dari beberapa orang sekaligus. 

Namun, kelak unsur paling dominan di dalam dirinyalah yang kemudian akan mendorongnya untuk memutuskan pilihannya. Dan ketika itu terjadi, pilihannya tentu saja menjadi relatif dan amat pribadi sifatnya.

Related

Relationship 2018145106985825126

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item