Ongkos Kawin Kian Mahal, Jutaan Pria Terancam Tak Punya Istri (Bagian 1)


Naviri Magazine - Perkawinan antara pria dan wanita adalah hal umum yang terjadi di mana saja, dan hal itu pun bisa terus berlangsung karena selalu ada pria yang lajang dan wanita yang lajang. Bagaimana jika suatu saat jumlah wanita lebih sedikit dibanding pria? 

Bayangkan saja, ada seribu pria lajang, tapi hanya ada 600 wanita lajang. Berdasarkan perbandingan sederhana itu, maka setidaknya akan ada 400 pria yang terancam tidak punya pasangan.

Kenyataan semacam itulah yang kini terjadi di Cina. Jumlah pria jauh lebih banyak dibanding jumlah wanita. Kenyataan itu menjadikan uang mahar semakin mahal, karena wanita-wanita di sana hanya mau dinikahi pria yang bisa menyediakan uang dalam jumlah banyak, plus jaminan lain terkait masa depan perkawinan mereka.

Fenomena itu telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir di Cina. Bibitnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1990-an, ketika populasi kaum Hawa di Cina kalah oleh kaum Adam. Jumlah yang lebih sedikit membuat para perempuan berani meninggikan daya tawar dalam konteks uang mahar pernikahan. Seolah persis hukum ekonomi.

Menurut studi “Global Gender Gap Report” yang disusun oleh World Economic Forum dan dikutip South China Morning Post, perbandingannya 115 bayi laki-laki yang lahir untuk tiap 100 bayi perempuan secara nasional. Di beberapa provinsi, ada yang rasionya mencapai 130 bayi laki-laki.

The Economist melaporkan di Provinsi Shandong, Cina bagian timur, rasionya sangat tidak seimbang. Tercatat 123 bayi laki-laki lahir per 100 bayi perempuan. Para perempuannya tak bertahan untuk menunggu lamaran pria lokal, melainkan memutuskan untuk pergi ke kota. Selain mencari kerja, mereka juga paham bahwa tawaran mahar laki-laki urban jauh lebih tinggi. 

Di Zhongdenglou, sebuah desa di Shandong bagian barat, pada pertengahan 2000-an kaum laki-lakinya bisa menikah dengan modal 2.000 hingga 3.000 yuan. Namun, satu dekade kemudian nominalnya sudah melonjak jadi 200.000 yuan hingga 300.000 yuan, atau 100 kali lipat. Angka ini tergolong rata-rata. Ada juga laki-laki yang menyerahkan mahar hingga 500.000 yuan atau lebih.

Melamar = Punya Jaminan Masa Depan 

Sistem transaksi jodoh yang berkembang di Cina nyatanya kurang lebih demikian: pihak perempuan harus diberi jaminan masa depan selayak-layaknya dari pihak laki-laki. Jadi hak laki-laki juga harus membiayai pernikahan, dan uang mahar biasanya satu paket dengan apartemen (rumah), mobil, dan properti lainnya.

Komite Industri Jasa Perjodohan, yang dikelola Asosiasi Pekerja Sosial Cina dan situs Baihe, merilis hasil survei bertajuk “Situasi Perkawinan di Cina”. Ada lebih dari 50.000 kuesioner yang disebar ke responden. Hasilnya, sebagaimana dilaporkan situs All-China Women's Federation, menunjukkan bahwa 92 persen perempuan Cina memandang laki-laki idealnya menikah setelah punya properti sendiri.

Sebanyak 80 persen responden menilai gaji laki-laki yang berniat kawin minimal harus mencapai 4.000 yuan. Dari 80 persen itu, sebanyak 27,1 persen mematok angka yang lebih fantastis lagi, di atas 10.000 yuan atau sekitar Rp100 juta. Di sisi lain, 57 persen responden sepakat bahwa suami yang baik penting untuk membangun karier.

Situasinya sangat tak menguntungkan bagi laki-laki miskin, terutama yang tinggal di pedesaan. Dalam kondisi masih banyak yang buta huruf, mereka terjebak di kampung dengan pekerjaan seadanya. Hanya cukup untuk makan sehari-hari serta menopang hidup orangtua. Orangtua ala Cina punya visi seragam: anak adalah investasi yang kelak akan mengurus mereka saat usia senja. 

Baca lanjutannya: Ongkos Kawin Kian Mahal, Jutaan Pria Terancam Tak Punya Istri (Bagian 2)

Related

International 2203806500133419415

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item