Beda Pendapat Soal Covid-19, Akun Twitter Dokter Andi Khomeini Diblok Faheem Younus


Naviri Magazine - Perbedaan pendapat dalam penanganan COVID-19 di dunia merupakan hal yang banyak terjadi. Sebab, pandemi ini disebabkan virus corona tipe baru SARS-CoV-2 yang masih terus dipelajari.

Perbedaan pendapat ini salah satunya terlihat dari perdebatan Founder Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, dengan Kepala Bidang Penyakit Menular di University of Maryland Upper Chesapeake Health, dr. Faheem Younus.  

Faheem selama ini dikenal kerap mencuit soal penanganan corona di Indonesia. Bisa dibilang, dia menjadi selebtwit di Indonesia. 

Seiring dengan popularitasnya di Indonesia yang kian menanjak, tak jarang dia mencuit dalam bahasa Indonesia.
        
Sedangkan Andi Khomeini Takdir yang akrab disapa dokter Koko juga dikenal sebagai pegiat medsos. Dia pernah menjadi vaksinator dalam kick off vaksinasi nasional yang dihelat di Istana Kepresidenan pada Januari 2021. 

Blokir ini bermula dari cuitan dokter Koko. Jika ditelisik ke belakang, ini bukan kali pertama mereka berbeda pendapat.

"Dr. @FaheemYounus ternyata pernah ngetwit susu, vitamin, ivermectin & plasma tak ada peran dalam terapi Covid-19. Baru melintas di TL pagi ini. Saya beda gak apa-apa ya. Pasien2 kuberi susu & vitamin D, zinc & probiotik, saya termasuk periset ivermectin & plasma. Sel punca juga," tulis dokter Koko.
          
Pernyataan ini kemudian direspons oleh Younus Faheem. Ia mengisyaratkan agar pembaca bisa memilih pendapat siapa yang dapat dipercaya, milik dokter Koko atau miliknya.

"Orang bebas memilih antara pendapat Anda vs bukti ilmiah yang dipraktikkan di rumah sakit terbaik dunia dan didukung oleh WHO, dan CDC," balas Faheem dalam bahasa Indonesia.

Tak lama setelah itu, dokter Koko menyampaikan bahwa akun Twitter-nya diblokir oleh Faheem. 

Penjelasan Dokter Koko

Saat dikonfirmasi, dokter Koko beranggapan bahwa bisa jadi adanya kesalahpahaman antara keduanya lantaran perbedaan bahasa.

"Mungkin nge-block karena lelah, bisa. Nggak jadi musuh, sih. Mungkin beliau lagi lelah dan mungkin karena Google Translate. Ada teman-teman yang memberi tahu itu hasil translate-nya agak kurang," katanya.

Padahal, menurutnya, referensi yang ia dapat untuk merawat pasien COVID-19 telah berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang juga dilakukan oleh peneliti asal negara Faheem Younus berasal, yakni Amerika Serikat.

"Referensi yang menyatakan yang kita pakai untuk memberikan pasien-pasien itu vitamin, terus zink, probiotic, yogurt, basically risetnya dari sana juga, dari teman-teman dia di Amerika juga," tutur dokter internis ini.

"Dikira saya agen CDC atau WHO. Kan kita di sini ada Kemenkes juga, jadi tiap negara punya otoritas kesehatan. Tiap negara punya organisasi profesi yang tidak saling ngebossy satu sama lain dong, sekarang zamannya kolaborasi," imbuh dia.

Dokter Koko menambahkan, kalau nanti sudah ada penelitian lebih valid dan pernyataannya salah, dia tak segan mengakuinya.

"Kalau hari ini saya memberikan info seperti ini kemudian terbukti salah, saya harus admit bahwa ternyata data saya kemarin beda, sudah tidak signifikan," ungkapnya.

"Dan ke publik pun jarang kita berikan treatment yang kita berikan ke pasien seperti apa. Kalau diperhatikan, dr Faheem memberikan nama-nama obatnya," sambung dia.
        
Dokter Koko menegaskan dia hanya menginformasikan apa yang menjadi pengetahuannya. Tapi belum sempat menjelaskan, dia sudah diblok Faheem.

"Tolong koreksi kalau saya salah. Kalau saya pendekatannya apa yang bisa dibikin dari rumah. Apa yang bisa mereka lakukan untuk sehat bukan hanya untuk melawan COVID. Karena kalau mereka sehat, dampak COVID akan ringan. Kalau titik pijakannya berbeda semua bisa didialogkan, tapi sudah diblokir duluan," ungkapnya.

Related

News 5764284997067599068

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item