Kisah Lahirnya Kamera di Dunia, dan Tragedi yang Dialami Penemunya (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Lahirnya Kamera di Dunia, dan Tragedi yang Dialami Penemunya - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Selanjutnya, pada 1884 Eastman bermitra dengan William Hall Walker. Selain mengembangkan bisnis, kolaborasi itu juga dilakukan untuk mengembangkan dunia fotografi. Fotografi dengan gulungan film pengganti fotografi plat kaca, salah satunya diinisiasi oleh mereka. Selain film, kolaborasi antara Eastman dengan Walker melahirkan sesuatu yang fenomenal di dunia fotografi: Kodak.

Mengutip laman Metropolitan Museum of Art, Kodak berarti “teman kamera”. Istilah kodaking, kodakers, dan kodakery, kemudian muncul dan memiliki arti seperti istilah googling pada masa kini.

“You press the button, we do the rest” adalah moto Kodak kala itu. The Kodak, kamera yang diluncurkan pada 1888, merupakan salah satu tonggak sejarah fotografi modern. Kamera ini mengubah kesulitan-kesulitan orang yang hendak membuat foto menjadi mudah. 

Kala itu, kemampuan kamera yang bisa digunakan untuk 100 pengambilan gambar seharga US$25. Pemakai hanya perlu mengembalikan kamera ke Kodak untuk diproses dengan biaya cetak sebesar US$10. Hingga 1898, ada 1,5 juta roll film yang dihasilkan para fotografer amatiran.

Kisah Hidup Eastman yang Tragis

Eastman lahir pada 12 Juli 1854 di Waterville, New York, AS. Ia putra pasangan Maria Kilbourn dan George Washington Eastman. Dalam buku berjudul “George Eastman: A Biography” oleh Elizabeth Brayer, disebutkan bahwa keluarganya berasal dari daratan Inggris. 

Thomas Kilbourn, leluhur sang ibu, berlayar menggunakan perahu kayu bernama “Increase” dari Inggris ke Connecticut pada 1635. Sementara Roger Eastman, leluhur sang ayah, merantau dari Wales ke New Hampshire, memanfaatkan kapal layar bernama “Confidence” pada 1638. 

Sebagai imigran, dua keluarga itu hidup dalam kesederhanaan. Trah Eastman memulai hidup di tanah Amerika dengan bekerja sebagai tukang kayu. Meskipun keluarga sederhana, cita-cita tinggi tersemat di anak-cucu keluarga ini. Ayah Eastman, George Washington, ingin menciptakan lembaga pendidikan. 

Ketika Eastman berumur 5 tahun, keluarganya pindah ke daerah bernama Rochester. Sang ayah memulai lembaga pendidikannya, bernama Eastman Commercial College. Sayangnya, nasib mujur tak menyertai keluarga ini. Tak berselang lama, George Washington meninggal. Eastman Commercial Collage kemudian menghadapi masalah finansial. Keluarga kecil itu tak luput dari masalah ekonomi.

Eastman tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Di umur 14 tahun, ia mesti bekerja membantu keuangan keluarganya, juga membantu pembiayaan saudara perempuannya yang terkena polio. Pekerjaan pertamanya ialah sebagai pembawa pesan di perusahaan asuransi. Uang sebesar US$3 sepekan jadi imbalan. Kemudian, di perusahaan asuransi lainnya, Eastman memperoleh kerja baru, sebagai office boy.

Posisi yang rendah dan bergaji kecil tak mematahkan semangat Eastman. Selepas bekerja, ia mempelajari ilmu akuntansi. Setelah 5 tahun, ia naik pangkat. Eastman bekerja di bank lokal di tempat tinggalnya, sebagai staf junior. Uang sebesar US$15 per pekan mampu ia kantongi.

Artikel tentang ramuan emulsi fotografi yang ia baca di akhir dekade 1870-an, dan kelahiran Kodak, mengubah hidup Eastman. Sayangnya, kejayaan itu tak hidup selamanya. 

Pada masa tua Eastman, justru penuh dengan masalah. Robert I. Simon, dalam buku berjudul “Suicide Assessment and Management”, mengatakan bahwa masalah yang diderita Eastman bercabang. Mulai dari kesehatan, kehilangan anggota keluarga, isolasi sosial, hingga depresi.

Pada 14 Maret 1932, atau saat ia berusia 78 tahun, bersama isapan rokoknya dan selepas dikunjungi beberapa orang, mulai asisten pribadi hingga eksekutif Kodak, Eastman mengakhiri hidupnya. Ia mati dengan menembak diri di kamarnya. Pesan terakhir berbunyi: “Kepada teman-temanku. Pekerjaanku telah usai. Kenapa harus menunggu? GE”.

Beberapa dekade setelah kematian Eastman, nyatanya dunia fotografi tak pernah usai berinovasi. Kehadiran kamera digital yang menggantikan teknologi konvensional telah mengubah segalanya, termasuk bisnis perusahaan-perusahaan fotografi seperti Kodak. Kemunculan smartphone dengan fitur kamera juga menegaskan perubahan seabad lebih sejak Eastman sempat berjaya dengan temuan yang revolusioner pada zamannya. 

Related

Technology 4101428762558994367

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item