Mengenal Coronasomnia, Susah Tidur Gara-gara Pandemi Corona
https://www.naviri.org/2021/08/mengenal-coronasomnia-susah-tidur-gara.html
Naviri Magazine - Saat seseorang terpapar COVID-19, tubuh biasanya mengalami gejala demam, flu, batuk, hingga sesak nafas. Tidur pun juga turut terganggu. Saat seseorang susah tidur itulah terjadi Coronasomnia atau Covidsomnia. Apa itu Coronasomnia atau Covidsomnia?
Dokter spesialis kejiwaan dari RSU dr Soetomo, dr Yunias Setiawati SpKJ, menjelaskan, insomnia adalah gangguan tidur. Tetapi jika Coronasomnia atau Covidsomnia yakni gangguan tidur karena tekanan pada situasi pandemi COVID-19.
"Coronasomnia ini gangguan tidur akibat tekanan pada kondisi pandemi COVID-19 ini. Dan itu menyerang di segala usia," kata dr Yunias.
Hal ini bisa terjadi karena kondisi diri sedang dalam tekanan atau cemas. Datangnya kecemasan itu bisa dari internal maupun eksternal.
"Salah satunya perubahan kehidupan yang dulunya teratur, sekarang apa-apa harus lewat virtual, terutama PPKM tidak bisa bergerak. Tekanan dalam pekerjaan, perubahan tubuh, juga kehilangan orang-orang yang dicintai. Biasanya karena cemas, depresi, ketakutan. Dan paparan berita yang membuat cemas," jelasnya.
Saat orang tidur, kata Yunias, biasanya ada irama sirkadian. Tetapi, karena Corona, semua menjadi cemas. Irama sirkadian atau ritme sirkadian adalah istilah yang digunakan untuk mengatur kebiasaan fisiologis atau kegiatan yang dilakukan setiap hari.
"Nah itu bisa internal dari dalam dirinya, memang orang itu pencemas atau sedang menderita Corona. Biasanya kan ada gejala long COVID-19, salah satunya tidak bisa tidur," tuturnya.
Yunias mengaku gangguan tidur tidak hanya terjadi pada orang dewasa, bisa terjadi pada anak. Hal ini bisa jadi karena tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
"Kalau dari anak-anak, biasanya bisa sekolah. Sekolah itu walaupun kayaknya itu ngantuk pagi-pagi bangun, tapi dia senang. Mandi, ganti baju, lari-lari ketemu teman. Lah ini tidak bisa. Akhirnya terjadi gangguan tidur," ujarnya.
Jika terjadi pada remaja hingga dewasa, aktivitasnya tak terlepas dari HP maupun laptop untuk zoom sekolah atau pekerjaan lainnya. Akhirnya terpapar sinar biru dari cahaya ponsel atau laptop juga bisa membuat gangguan tidur.
"Karena kurang gerak itu. Juga karena tertekan kondisi, ketakutan, seperti membawa kabar di WhatsApp teman meninggal, di IG juga gitu, kan merinding. Akibat tekanan akibat situasi pandemi ini," katanya.
Dia mengaku setiap hari mendapati pasien dengan gangguan tidur. Terutama terjadi pada ibu-ibu dan paruh baya. "Akibat tekanan, dia sendiri sudah terkena COVID-19, baru sembuh, suaminya meninggal, keluarganya meninggal, kasihan, kan beban," ujarnya.
Dokter spesialis kejiwaan ini mengatakan, beberapa kali ia mendapatkan pasien yang belum terpapar COVID-19 tetapi mengalami Coronasomnia. Hal tersebut disebabkan ketakutan, sehingga membuat gangguan tidur.
"Ada yang sebelum terpapar (ada gangguan Covidsomnia), tergantung kepribadiannya dia, kalau memang dirinya terkena juga risiko Coronasomnia. Yang terpapar juga kasihan, sudah sembuh kena tekanan lingkungan. Seperti tekanan, stigma ‘gara-gara kamu menyebarkan Corona’, sampai panik keadaan pasien saya," pungkasnya.