Dzul Khalasah, Ka’bah Tandingan di Yaman yang Sulit Dihancurkan (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Dzul Khalasah, Ka’bah Tandingan di Yaman yang Sulit Dihancurkan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Setelah menjelaskan pandangan ulama terkait Dzul Khalasah, kemudian Mulhis, muhakkik kitab Akhbar Makkah, menyebutkan hadis wanita-wanita suku Daus yang telah disebutkan di atas, dan menyimpulkan:

1) Orang-orang Arab (non-Quraisy) dulu menyembah berhala-berhala, dan berhala ini ditempatkan di kuil pemujaan yang mirip Kabah, karena bangunan kuil ini diperlakukan sama seperti Kabah, yakni adanya pemberian kain penutup Kabah, penyembelihan kurban, dan bahkan sampai dikelilingi seperti thawaf di Kabah Masjidil Haram;

2) Dzul Khalasah merupakan kuil yang di dalamnya terdapat berhala-berhala yang disembah. Kuil ini disebut juga Kabah atau Kabah Yamaniyyah. Mulhis juga melihat adanya kesalahan tulis dalam riwayat-riwayat ulama terdahulu, terkait penamaan Dzul Khalasah sebagai Kabah Yamamah [bukan Yamaniyyah]. 

Namun sebenarnya bukan kesalahan tulis, tapi lebih pada adanya kemungkinan orang-orang Yamamah [tempat munculnya Musailamah al-Kadzdzab] melakukan ritual di kuil ini, mengingat letak kuil ini tidak jauh dari Yamamah, yakni di sebelah selatan wilayahnya. Muhakkik kitab Akhbar Makkah kemudian menambahkan bahwa Dzul Khalasah juga dinamakan sebagai al-Waliyyah.

3) Mulhis kemudian menyebut riwayat Abdullah al-Bajali mengenai penghancuran bangunan Dzul Khalasah, seperti telah disebut di atas dan menyimpulkan bahwa:

“Tampaknya Abdullah al-Bajali, sahabat Nabi, tidak mampu menghancurkan bangunan Dzhul Khalasah karena kuatnya bangunan tersebut. Atau bisa jadi al-Bajali cukup menghancurkan bagian kecilnya saja, atau mungkin hanya menghancurkan berhala-berhala yang ada di dalamnya dan membiarkan dinding-dinding bangunan mirip Kabah tersebut tetap kokoh.”

Mulhis kemudian menceritakan bahwa di masa-masa akhir ini (masa awal berdirinya kerajaan Saudi), sebagian orang Arab di kawasan pegunungan Daus kembali lagi ke praktik penyembahan berhala. Mulhis kemudian mengatakan:

“Orang-orang Arab kembali ke zaman Jahiliyyah dulu dengan melakukan bidah-bidah dan khurafat-khurafat. Mereka kembali ngalap berkah dari mencium batu-batu dan pohon-pohon. Kabilah Daus dan kabilah-kabilah sekelilingnya kembali menyembah dan mencium Dzul Khalasah dan mempersembahkan sesajen mereka kepadanya.”

Namun kemudian bangunan Dzul Khalasah dihancurkan oleh pasukan raja Abdul Aziz al-Faisal:

“Salah seorang saksi mata yang mengawal pasukan Raja Abdul Aziz al-Faisal mengatakan bahwa bangunan Dzul Khalasah sangat besar. Satu bongkah batu saja tidak cukup dihancurkan oleh empat puluh orang. Kekokohan bangunan Dzul Khalasah menunjukkan kepiawaian dan keahlian pembuatannya.”

Jauh sebelumnya, Imam Saud juga menghancurkan sebagian bangunan mirip Kabah ini, dan membiarkan sisanya tetap kokoh sampai tahun 1344 H. Di tahun tersebut Raja Abdul Aziz memerintahkan untuk menghancurkannya.

Keterangan yang disampaikan oleh Rusydi as-Salih Mulhis ini cukup menarik. Namun sayangnya dia tidak menyebutkan alasan dan motif Dzul Khalasah muncul di kawasan Yaman. 

Jelas Kabah tandingan ini sebenarnya muncul dari persaingan yang cukup tajam antara Arab Selatan keturunan Qahthan dan Arab Utara keturunan Adnan: suku-suku Yaman dan sekitarnya ingin melawan dan menyaingi kabilah Quraisy di Mekkah dan sekitarnya.

Persaingan ini, salah satunya, mewujud nyata dalam level keagamaan. Jika Arab Utara memiliki Kabah yang menjadi kiblat keagamaan bagi suku-suku Quraisy dan Arab lainnya di masanya, maka Arab Selatan menciptakan tandingannya, Dzul Khalasah, yang disebut juga dengan Kabah al-yamaniyyah atau al-Yamamah.

Kelak ketika muncul Muhammad SAW sebagai Nabi di wilayah Arab Utara, muncul pula nabi-nabi palsu di wilayah Arab selatan yang meniru kenabian ala Quraisy. Sebut saja al-Aswad al-Anasi dari kabilah Anas yang merupakan keturunan kabilah Mudzhih di Yaman. Kabilah ini tinggal di wilayah tengah utara Yaman.

Hal demikian juga diikuti oleh suku-suku Arab yang anti terhadap dominasi Quraisy. Di kalangan mereka, muncul nabi-nabi palsu seperti Tulaihah al-Asadi, Sajjah at-Tamimi, Dzi at-Taj (di Oman) dan lain-lain, sebagai bentuk perlawanan, bukan hanya karena ingin murtad, tapi juga sebagai penolakan atas dominasi Quraisy (minna nabiyy wa minkum nabiyy).

Related

Moslem World 2694012248130949560

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item