3 Prinsip Penting yang Harus Dipahami Sebelum Nekat Berinvestasi


Naviri Magazine - Salah satu cara melipatgandakan aset kekayaan adalah melalui kegiatan investasi finansial. Melalui kegiatan ini, Anda bisa mendapatkan passive income atau pendapatan yang terus mengalir ke rekening Anda tanpa harus aktif bekerja.

Dengan kata lain, Anda pasif dan tak perlu ngapa-ngapain, namun pendapatan investasi bisa terus datang. Bayangkan jika saat Anda aktif bekerja (entah sebagai manajer, reseller bisnis, atau self-employed), namun pada sisi lain Anda bisa menghasilkan passive income. Maka hidup Anda tentu makin menyenangkan.

Inti investasi adalah membiarkan uang yang bekerja keras untuk Anda. Bukan Anda yang kerja keras untuk menghasilkan uang.

Sebelum mengulik lebih deteil manfaat dan kelebihan setiap instrumen investasi, ada empat prinsip investasi yang sebaiknya Anda ingat.

Tujuan Investasi Anda Mau Apa?

Jika tujuan investasi Anda untuk menyiapkan dana pendidikan kuliah anak Anda 15 tahun ke depan, atau untuk persiapan hari tua Anda 20 tahun lagi (agar tidak hidup  nestapa saat sudah renta), maka instrumen investasi saham atau reksadana barangkali pilihan yang reasonable.

Kenapa? Sebab return dua instrumen ini terbukti memberikan hasil yang bagus dalam periode yang panjang (10 hingga 15 tahun investasi).

Dalam jangka investasi yang panjang (minimal 10 tahun), kedua instrumen di atas mampu memberikan return yang lebih superior dibanding emas atau deposito. Dengan return yang bagus dan terus tumbuh dalam jangka panjang, dana awal investasi Anda bisa juga tumbuh pesat, dan cukup untuk keperluan biaya pendidikan anak atau untuk bekal hari tua.

Sebaliknya, kalau tujuannya untuk memproteksi kekayaan Anda agar tidak tergerus laju inflasi (dan bukan bertujuan untuk memberikan peningkatan harga yang maksimal), maka investasi dalam bentuk instrumen emas barangkali lebih cocok.

Sebaliknya, jika Anda ingin mendapatkan side income selama masih bekerja, maka investasi dalam instrumen properti yang bisa disewakan adalah pilihan yang menjanjikan.

Dengan investasi pada instrumen properti seperti apartemen, kos, atau ruko, Anda bukan saja akan menikmati kenaikan harga dalam jangka panjang, namun juga bisa mendapatkan pendapatan dari sewa properti tersebut.

High Return High Risk, Low Return Low Risk

Ini adalah hukum besi dalam dunia investasi. Jika Anda menginginkan potensi return yang tinggi, Anda juga harus berani menanggung risiko kerugian yang tinggi.

Misal: potensi return saham memang relatif lebih tinggi dibanding deposito. Namun potensi anjloknya harga saham yang dibeli juga selalu mengintai. Sementara return deposito relatif rendah, namun dana Anda tidak mungkin anjlok seperti harga saham yang salah pilih.

Karena itu, jika ada orang yang menawarkan investasi dengan imbalan super tinggi, dan janji risikonya nol, hampir pasti orang itu mau menipu. Sialnya, banyak orang yang termakan tipuan investasi ini, dan baru menyesal setelah semua dana investasinya hilang ditelan impian indah penuh kepalsuan.

Karena Anda bukan termasuk orang yang mudah ditipu investasi bodong, maka lakukan strategi yang lebih ilmiah, yakni diversifikasi risiko investasi.

Diversifikasi investasi sebaiknya dilakoni sesuai dengan “risk appetite” atau selera risiko yang berani Anda kelola. Ada pepatah yang mengatakan: Jangan taruh semua investasi Anda dalam keranjang yang sama. Lakukan diversifikasi investasi.

Dengan prinsip diversifikasi, Anda bisa mendapatkan manfaat dari setiap instrumen investasi, sekaligus bisa menyebar risiko ke berbagai instrumen investasi yang dipilih.

Ketersediaan Dana Investasi

Pada akhirnya, Anda hanya akan bisa melakukan investasi jika ada dananya. Selama ini, ada semacam aturan agar Anda mengalokasikan sekitar 20 – 30% dari total annual income untuk investasi. Jadi misalkan gaji bulanan Anda sekitar Rp 10 juta/bulan atau Rp 120 juta/tahun, maka 30% atau Rp 36 juta sebaiknya Anda sisihkan untuk keperluan investasi.

Harapannya, Anda bisa selalu menyisikan minimal 20% penghasilan Anda tiap tahun untuk keperluan investasi. Sebab jika diinvestasikan pada instrumen yang tepat, dana Rp 36 juta yang Anda investasikan bisa tumbuh menjadi Rp 360 juta dalam jangka 10 tahun.

Tanpa investasi, sesungguhnya Anda bisa mengalami “opportunity loss”. Misal dengan contoh hasil investasi seperti di atas (yang sudah terbukti bisa didapatkan).  Jika uang Rp 36 juta tadi hanya habis buat belanja atau liburan dan senang-senang; maka Anda kehilangan potensi pendapatan investasi sebesar Rp 324 juta (hasil investasi Rp 360 juta – dana awal Rp 36 juta).

Itulah yang disebut “opportunity loss” yang masif.  Tanpa melakukan investasi, sejatinya Anda kehilangan pendapatan potensial dalam jumlah yang besar.

Related

Tips 2372565549745979190

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item