Kisah Nyata Mengerikan di Balik Film The Conjuring (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Nyata Mengerikan di Balik Film The Conjuring - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Suatu hari, Maurice dan tetangga yang mengunjungi rumah menemukan salah satu anak berteriak, “Aku tidak bisa bergerak! Sosok itu memegang kakiku!” Keduanya membantu anak itu lepas dari sosok apapun yang dikatakan memegangi kakinya.

Suara-suara ketukan yang terdengar merupakan salah satu hal paling menakutkan dalam kasus ini. Suara itu terdengar di dalam dinding, lalu menghilang dan muncul lagi sehingga membuat keluarga itu ketakutan. Saking ketakutannya, mereka semua tidur sekamar dengan lampu menyala.

Kebanyakan peristiwa terjadi di sekitar Janet. Dia kerasukan. Dan saat kerasukan, orang-orang di sekitarnya merasa trenyuh. Suatu ketika, perapian besi di kamar tidurnya terlempar dari dinding oleh kekuatan tak terlihat.

Anggota keluarga itu juga mengaku melihat dia melayang di udara melintasi ruangan. “Saya merasa digunakan oleh sebuah kekuatan yang tidak dimengerti siapa pun. Saya tidak memikirkan hal itu terlalu sering. Saya tidak yakin jika poltergeist benar-benar jahat. Sosok itu seakan ingin menjadi bagian dari keluarga,” terang Janet.

“Sosok itu tidak ingin melukai kami. Dia mati di sana dan ingin beristirahat. Satu-satunya cara makhluk itu berkomunikasi adalah lewat saya dan saudari saya,” tambahnya. 

Suatu ketika, saat Janet kerasukan, beberapa peneliti mewawancarai sosok yang merasuki Janet, bernama Bill Willkins. Wawancara itu bahkan direkam, dan rekaman suara ini masih beredar di internet hingga saat ini.

Para peneliti beranggapan, Janet memang dirasuki oleh makhluk lain. Sosok yang mengaku bernama Bill itu kadang-kadang membuat lelucon dan menunjukkan sifat yang sangat pemarah. Dia menggunakan kosakata orang dewasa, suaranya terdengar berat dan tidak terdengar seperti suara anak perempuan berusia 11 tahun. 

Kata-kata dan suara sosok Bill ini dianggap susah ditiru dan dipakai anak 11 tahun di tahun 1970-an. Putera Bill, Terry, mengkonfirmasi jika Bill memang meninggal seperti yang dijelaskan oleh suara dalam rekaman.

Beberapa pihak meragukan apa yang dialami keluarga itu. Dua ahli SPR memergoki anak-anak membengkokkan sendok sendiri, dan mereka penasaran kenapa tidak ada seorang pun yang diperbolehkan berada di ruangan yang sama saat Janet mengeluarkan suara yang diakui sebagai suara Bill Wilkins.

Janet mengakui jika mereka memalsukan beberapa peristiwa. Dia berkata kepada ITV News pada 1980, “Oh yeah, satu atau dua kali (kami memalsukan fenomena), hanya untuk melihat jika Tuan Grosse dan Tuan Playfair bisa tahu. Mereka selalu tahu.”

Janet sekarang berusia 45 tahun dan tinggal di Essex dengan suaminya, pensiunan penjual susu. “Saya tidak terlalu senang mendengar soal film itu, saya tidak tahu apapun soal itu. Ayah saya baru saja meninggal, dan hal itu membuat saya kesal saat memikirkan peristiwa itu diungkit-ungkit lagi,” kata Janet. Dia mengaku trauma dengan apa yang dialaminya saat kecil.

“Kasus itu merupakan kasus luar biasa. Salah satu kasus aktivitas paranormal yang paling dikenal di dunia. Tapi untuk saya, peristiwa itu menakutkan. Saya pikir kejadian itu meninggalkan bekas, aktivitas-aktivitas, perhatian media, orang-orang berbeda keluar masuk rumah. Itu bukanlah masa kecil yang normal,” kata Janet.

Saat ditanya berapa banyak peristiwa yang terjadi di rumahnya dulu yang dipalsukan, dia berkata, “Mungkin sekitar 2 persen.”

Dia mengaku jika dia bermain papan “Ouija“ dengan kakaknya, sesaat sebelum gangguan-gangguan muncul di rumah. Dia juga mengaku tidak sadar saat kerasukan, sampai dia melihat foto-foto. 

“Saya ingat, saya merasa sangat terganggu saat melihat foto-foto saat saya kecil. Saya merasa sangat kesal. Saya tahu saat ada suara-suara, seakan sesuatu berada di belakang saya setiap waktu. Mereka melakukan berbagai tes, mengisi mulut saya dengan air dan lain-lain, tapi suara-suara itu tetap muncul,” terang Janet.

Janet bahkan pernah dimasukkan ke Maudsley Pyschiatric Hospital di London. Di sana, dia diuji kesehatan mentalnya, tapi hasil tes membuktikkan dia normal. 

“Saat saya melayang, saya merasa takut karena tidak tahu di mana saya akan mendarat. Saya ingat ada gorden melilit leher saya. Saya berteriak, saya pikir akan mati. Ibu menggunakan segenap kekuatannya untuk merobek gorden itu. Pria yang berbicara melalui saya, Bill, sepertinya marah karena kami masuk ke rumahnya,” kata Janet.

Di usia 16 tahun, Janet meninggalkan rumah itu, dan menikah muda. “Saya tidak berurusan lagi dengan segala sesuatu, segala ulasan kasus terkait rumah itu di buku-buku paranormal. Ibu saya merasa dimanfaatkan,” katanya.

Segera setelah perhatian media memudar, adik Janet, Johnny, meninggal karena kanker saat berusia 14 tahun. Peggy juga menderita kanker payudara, dan mati pada 2003. Janet sendiri kehilangan putranya yang mati saat tidur di usia 18.

Dia menolak tuduhan jika cerita-ceritanya palsu dan dibuat demi ketenaran dan uang. Saat ditanya jika roh yang dulu masih di rumah itu, dia berkata, “Bertahun-tahun kemudian, saat ibu masih hidup, ada sebuah kehadiran di sana, sesuatu mengawasi Anda. Selama orang tidak ikut campur seperti yang kami lakukan dengan papan Ouija, sosok itu cukup tenang. Roh itu jauh lebih tenang dibandingkan saat saya masih kecil, tapi dia akan selalu ada di sana.”

Janet mengatakan situasi berubah saat seorang pendeta mengunjungi rumahnya di Green Street di musim gugur 1978. Gangguan-gangguan mulai berangsur-angsur menghilang, walaupun tidak berhenti sepenuhnya. Peggy masih mengaku jika dia mendengar suara-suara di rumah semasa hidup.

“Bahkan saudara saya, sampai hari dia meninggalkan rumah setelah ibu meninggal, berkata, ’Masih ada sesuatu di sana.’ Anda merasa seseorang mengawasi Anda,” katanya. Janet mengaku dia tetap percaya dengan fenomena poltergeist.

Siapakah yang sekarang tinggal di rumah di 284 Green Street? Setelah Peggy Hodgson meninggal, rumah itu sempat didiami oleh Clare Bennett dan keempat putranya. 

“Saya tidak melihat apapun, tapi saya merasa tidak nyaman. Jelas ada sebuah kehadiran di rumah ini. Saya merasa seseorang mengawasi saya,” katanya.

Putra-puternya terbangun di malam hari, mendengar ada orang turun dari tangga. Clare lalu mengetahui sejarah rumah itu. “Tiba-tiba segala sesuatunya masuk akal,” katanya. Mereka pindah dua bulan kemudian.

Shaka, 15, salah satu putra Clare, berkata, “Malam sebelum kami pindah, saya bangun dan melihat seorang pria masuk ke dalam kamar. Saya lari ke kamar ibu, dan berkata, ’Kita harus pindah,’ dan kami pindah keesokan harinya.”

Tahun 2015, rumah itu didiami keluarga lain yang tidak ingin disebutkan namanya. Sang ibu berkata, “Saya memiliki anak-anak, mereka tidak tahu tentang rumah ini. Saya tidak ingin menakuti mereka.”

Related

Film 4512679753633270900

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item