Negara-negara dengan UMR Terendah di Dunia


Naviri Magazine - Upah Minimum Regional atau UMR adalah besaran upah untuk pekerja, yang disesuaikan dengan tempat tinggalnya. Di Indonesia, misalnya, UMR untuk pekerja di Jakarta berbeda dengan UMR pekerja di Semarang, atau di kota lain.

Perbedaan besaran UMR itu biasanya dilatari oleh tinggi atau rendahnya biaya hidup di wilayah bersangkutan. Biaya hidup di kota-kota besar umumnya lebih mahal dibanding biaya hidup di kota-kota kecil. Karenanya, UMR di kota-kota besar juga umumnya lebih besar dibanding UMR di kota-kota kecil.

Terkait UMR, masing-masing negara bahkan memiliki standar berbeda. Ada yang memiliki UMR tinggi, ada pula yang rendah. Berikut ini adalah tiga negara dengan UMR paling rendah di dunia.

Sierra Leone

Upah minimum di Sierra Leone hanya US$ 0,03 atau sekitar Rp. 330 per jam. Jumlah itu menjadi standar sejak 2013. Sebelumnya, upah di sana lebih rendah lagi. Karenanya, seorang pekerja di Sierra Leone hanya mendapat gaji bulanan sekitar US$ 6 atau terkadang lebih rendah. 

Dengan penghasilan tahunan yang cuma US$ 60, tentunya para pekerja di Sierra Leone tidak bisa mengumpulkan terlalu banyak uang. Untungnya, biaya hidup di Sierra Leone tergolong rendah. Sebotol air bersih dalam kemasan 10 liter hanya seharga kurang dari US$ 1, dan sepotong roti hanya seharga US$ 0,20. 

Selain itu, harga rumah di sana juga relatif murah. Untuk bisa memiliki sebuah rumah mewah, hanya diperlukan dana sekitar US$ 150.000.

India

Para pekerja di India mendapatkan upah sebesar US$ 0,28 atau sekitar Rp. 3.080 per jam. Karenanya, setiap pekerja bisa mendapatkan antara US$ 2 sampai US$ 3 per hari, atau sekitar US$ 700 per tahun.

Jumlah itu memang tidak terlalu banyak. Namun biaya hidup di India tergolong rendah. Sebotol air di sana seharga US$ 0,25, sekarton susu seharga US$ 0,50, dan selusin telur hanya seharga US$ 1. 

Sedangkan untuk sewa apartemen sekitar US$ 160 per bulan. Yang cukup mahal di India adalah harga tanah untuk perumahan, yaitu sekitar US$ 1.000 per meter persegi.

Afghanistan

Para pekerja purna waktu mendapatkan upah US$ 0,57 atau sekitar Rp. 6.270 per jam. Dalam setahun, seorang pekerja di Afghanistan mengumpulkan upah sekitar US$ 1.178. Jumlah itu tentu masih tergolong rendah.

Bagaimana dengan biaya hidup? Sekarton susu di Afghanistan harganya US$ 0,80, sementara sebotol air harganya US$ 0,74. Karenanya, bisa dibilang pekerja di Afghanistan harus bekerja selama satu jam untuk bisa menikmati segelas air atau sekarton susu. Sedang untuk makan di restoran yang murah umumnya menghabiskan biaya tidak lebih dari US$ 2.

Untuk sewa satu kamar tidur di apartemen, harganya US$ 250 per bulan. Sedangkan harga tanah di sana sekitar US$ 1.000 per meter persegi.

Related

International 5319727028275783320

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item