3 Langkah Strategis agar Bisnis Mampu Menghadapi Krisis Ekonomi


Definisi resesi ekonomi adalah jika pertumbuhan ekonomi sebuah negara anjlok atau minus selama dua kuartal berturut-turut. Jika pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tetap minus, maka secara resmi ekonomi akan memasuki fase resesi. 

Resesi kali ini muncul setelah pandemi datang menyerang. Pandemi memang membuat banyak sektor ekonomi porak poranda. Alasannya simpel: pandemi membuat mobilitas orang anjlok. Padahal jantung aktivitas ekonomi bisnis adalah mobilitas orang. Saat pergerakan atau mobilitas orang dibatasi secara, maka otomatis sebagian aktivitas ekonomi bisnis akan lumpuh.

Tapi pembatasan mobilitas orang memang pil pahit yang harus ditelan, agar pandemi terkendali. Sebab jika mobilitas orang dibiarkan longgar, pandemi akan makin sukses membunuh ratusan ribu manusia. Dan saat itu terjadi, maka kerugiannya pasti tak terbayangkan dan tak terhitung nilainya.

Dengan kata lain, resesi ekonomi adalah pilihan yang harus dihadapi agar tak terjadi kehancuran ekonomi sosial yang makin parah.

Lalu jika memang resesi ekonomi akan terjadi, langkah bisnis apa yang kudu diambil untuk mengantisipasinya? Berikut tiga langkah bisnis yang layak dipertimbangkan dan dijalankan.

Kendalikan Variable Cost

Salah satu efek pandemi adalah anjloknya penjualan. Sebabnya seperti yang tadi sudah diungkapkan  mobilitas orang yang menurun otomatis akan juga menurunkan permintaan pembelian untuk beragam jenis produk yang dijual oleh para pelaku bisnis. Misal mall, resto, kafe, dealer mobil dan motor, hotel, tempat wisata, airline, hingga gerai gadget; semua mengalami kejatuhan penjualan yang signifikan.

Cara paling simpel untuk mengatasi anjloknya penjualan adalah mengurangi biaya variabel (atau biaya yang naik turun sesuai dengan volume penjualan). Dengan kata lain, kurangi produksi jika pelakunya adalah produsen. Atau kurangi volume kulakan barang jika bisnisnya adalah reseller atau agen penjualan.  

Jika bisnisnya adalah ruko atau kafe atau gerai kuliner, langkahnya adalah menutup sebagian toko yang makin sepi pembeli (dan hanya membuka toko untuk melayani penjualan secara online).

Mengurangi volume produksi, volume kulakan barang atau mengurangi jumlah gerai yang buka, secara otomatis akan mengurangi biaya variabel seperti biaya pembelian bahan baku, biaya kulakan, hingga biaya listrik.

Dengan menurunkan variable cost, otomatis sebuah bisnis bisa melakukan penghematan biaya yang signifikan, dan harapannya membuat mereka bisa terus bertahan di tengah serbuan pandemi.

Mengendalikan biaya variabel merupakan cara krusial untuk menghindar dari kerugian; sebab saat resesi, uang masuk dari hasil penjualan akan anjlok. Jika biaya variabel tetap tinggi, otomatis bisnis akan kolaps dan gugur di tengah jalan.

Kendalikan Fixed Cost

Selain variable cost, siasat lain agar bisnis bisa survive adalah dengan memangkas fixed cost. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif sama, meski penjualan anjlok. Saat penjualan jatuh karena resesi ekonomi, fixed cost idealnya juga dipangkas. Sebab jika tidak, otomatis akan menjadi beban keuangan.

Contoh fixed cost antara lain biaya gaji dan tunjangan pegawai, biaya sewa gedung atau pabrik, biaya penyusutan hingga biaya asuransi (misal asuransi kebakaran gedung).

Dari contoh biaya tetap di atas, yang paling mudah dipangkas adalah biaya gaji dan tunjangan karyawan. Sebab biaya sewa gedung biasanya sudah dibayar di muka dan jangka panjang; sehingga tidak mudah dipangkas. Demikian juga biaya penyusutan tidak mudah dihindari jika penyusutannya mencakup mesin-mesin produksi yang sudah telanjur dibeli.

Maka pilihan pahit yang acap terpaksa diambil adalah mengurangi biaya gaji karyawan. Caranya macam-macam: bisa dengan memangkas sebagian karyawan (bahasa lainnya, PHK karyawan); atau bisa juga meliburkan karyawan tanpa gaji (nanti akan digaji kembali jika karyawan sudah masuk dan keadaan normal); atau bisa juga mengurangi gaji semua karyawan saat ini misal sebesar 30% (nanti gaji akan kembali normal jika pandemi usai dan pelan-pelan penjualan kembali normal).

Memangkas biaya gaji dan tunjangan karyawan adalah pilihan pahit yang terpaksa diambil, sebab hanya dengan itu fixed cost bisa diturunkan, dan kelangsungan bisnis punya peluang untuk survive.

Jualan secara Online dengan Agresif

Untuk sebagian jenis bisnis, ini pilihan yang masuk akal. Anjloknya penjualan sebagian bisnis disebabkan karena adanya pembatasan mobilitas orang. Melalui penjualan secara online (via media sosia, via online marketplace atau juga via Gofood), anjloknya penjualan secara offline bisa dikompensasi, dan bahkan omzet malah bisa meningkat.  

Ada banyak gerai makanan yang bisa tetap survive karena bergabung dengan layanan Gofood dan Grabfood, meski penjualan offline mereka mati suri gegara pandemi.

Poinnya adalah, di saat pandemi, banyak bisnis yang harus secara agresif melakukan penjualan secara online. Mereka harus mulai serius melakukan digital marketing; dan tidak boleh hanya mengandalkan penjualan konvensional secara tatap muka seperti dulu lagi. Dengan kata lain, pandemi mendorong banyak pelaku bisnis untuk makin serius go online.

Demikianlah, tiga langkah atau strategi bisnis yang kudu dilakoni dalam rangka menyambut krisis ekonomi. Semoga keadaan ekonomi segera menjadi normal kembali.

Related

Business 5506855958706492121

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item