Panduan Hidup Makmur dan Menghindari Gaya Hidup Konsumtif

Panduan Hidup Makmur dan Menghindari Gaya Hidup Konsumtif

Dari perspektif keuangan, gaya hidup yang boros dan pola pengeluaran yang konsumtif tidak akan memberikan manfaat finansial dalam jangka panjang. Sebab aneka pengeluaran yang konsumtif seringkali lebih didorong oleh nafsu untuk memuaskan keinginan (want), dan bukan kebutuhan sejati yang memang nyata (needs).

Dari sudut pandang ilmu tentang kekayaan (the science of wealth), pembelian aneka barang yang konsumtif acapkali malah menimbulkan “kerugian finansial”. Kenapa? Sebab benda-benda (entah berupa gadget, mobil, motor, atau tas) yang kita beli demi memuaskan nafsu itu dalam jangka panjang malah akan mengalami depresiasi (nilainya makin menurun).

Jadi pembelian konsumtif dalam jangka panjang malah akan membuat Anda makin miskin dalam arti sebenarnya. Maksudnya, jika dihitung dengan ukuran aset kekayaan bersih, aneka benda konsumtif itu lama-lama akan membuat nilai aset kekayaan Anda makin rendah, sebab semua benda itu akan mengalami depresiasi (penurunan nilai harga dibanding saat harga pembelian awal).

Namun harus diakui, menahan godaan untuk melakukan pembelian aneka barang kadang tidak mudah. Ada semacam kepuasan (meski sesaat) ketika kita melakukan proses belanja barang baru (entah beli gadget atau sepatu atau mobil).

Nah, salah satu cari efektif untuk melawan godaan belanja konsumtif adalah bukan menghilangkannya sama sekali. Namun dengan mengalihkan sensasi asyik berbelanja dengan fokus pembelian aneka layanan atau produk yang produktif.

Dengan kata lain, kita selalu berusaha agar pengeluaran yang kita lakukan bisa ditujukan untuk aneka pengeluaran yang produktif, sehingga kelak bisa memberikan keuntungan finansial yang positif.

Pengeluaran yang produktif adalah jenis pengeluaran uang yang nantinya akan bisa menghasilkan manfaat finansial yang positif bagi kita.

Ada beragam jenis pengeluaran produktif. Jenis yang pertama adalah pengeluaran untuk membeli aneka produk investasi yang kelak nilainya akan makin tinggi. Tipe produk investasi ini bisa berupa deposito, emas, saham, reksadana, hingga aset properti seperti tanah, sawah, rumah kos, ruko, ataupun apartemen.

Aset investasi lainya juga bisa berupa sapi, kambing, burung perkutut, ikan arwana, hingga koleksi arloji klasik, batik kuno, atau aneka jenis sneakers langka. Semua barang ini disebut, sebab jika dipelihara atau dikelola dengan baik, nilainya akan makin meningkat di masa depan.

Jenis pengeluaran produktif yang kedua adalah pengeluaran untuk investasi bisnis. Misal untuk modal memulai bisnis baru atau bisnis sampingan. Atau untuk membeli produk franchise. Pengeluaran semacam ini adalah pengeluaran produktif, sebab kelak akan bisa menghasilkan imbalan finansial yang positif

Jenis pengeluaran produktif yang ketiga adalah membeli beragam jasa atau produk yang bisa mencerdaskan diri Anda. Dengan kata lain, ini adalah jenis investasi untuk pengembangan diri agar makin kompeten.

Termasuk dalam pengeluaran produktif yang ketiga ini misalnya dana untuk ikut kursus online, dana untuk sekolah fotografi, atau kuliah S2. Contoh lain adalah pengeluaran untuk membeli buku-buku yang berkualitas dan relevan dengan bidang pekerjaan yang Anda tekuni.

Nah, kelak ketika godaan hedonic treadmill dan nafsu untuk belanja konsumtif datang membayang, segera lakukan analisa seperti berikut ini. “Apakah uang Rp 5 juta ini harus saya gunakan untuk membeli gadget terbaru, atau sebaiknya saya gunakan untuk membeli reksadana yang kelak akan menghasilkan keuntungan?”

Atau kalau ada dana Rp 20 juta, dan ada godaan untuk membeli motor baru, maka segera lakukan analisa perbandingan: “Apakah dana ini sebaiknya saya alokasikan buat modal memulai bisnis plus ikut kursus online tentang trik Instagram Marketing agar jualan laris?”

Atau jika ada dana Rp 50 juta, dan ada godaan untuk DP beli mobil, maka pertimbangkan apakah dana itu tidak sebaiknnya digunakan untuk membeli kombinasi saham dan emas? Sebab dalam 10 tahun, nilai emas dan saham pasti akan naik, sementara harga mobil malah jatuh nilainya hingga 70%.

Kemudian, membeli aset properti seperti apartemen (terutama jika lokasinya bagus), bukan hanya bisa menghasilkan uang sewa bulanan, namun kelak bisa dijual kembali dengan nilai berlipat.

Melakukan analisa perbandingan pembelian konsumtif vs pembelian produktif seperti di atas, akan memaksa kita untuk merenung ulang, setiap kali godaan hedonis datang menyergap.

Sekali lagi, kita tidak berniat menghindar sama sekali dari godaan mengeluarkan uang. Sebab kadang kita ingin tetap menikmati keasyikan berbelanja dan membeli barang baru. Yang kita lakukan di sini adalah mengalihkan proses pembelian, dari pengeluaran yang konsumtif, menjadi pengeluaran produktif yang menguntungkan.

Sebab tidak semua pengeluaran uang itu jelek. Pegeluaran uang yang ditujukan untuk keperluan produktif, dalam jangka panjang justru akan memberikan imbalan finansial yang positif dan membuat kita makin makmur.

Related

Inspiration 1342358635285949868

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item