Definisi Kecantikan dan Keindahan Menurut Para Filsuf

Definisi Kecantikan dan Keindahan Menurut Para Filsuf

Bagaimanakah sesuatu atau seseorang bisa dikatakan indah atau cantik? Apakah sama ketika seseorang mengatakan "bunga itu cantik" dengan "wanita itu cantik"? Apakah benar hanya kecantikan wanita yang dikatakan relatif? 

Bagaimana dengan ketampanan seorang pria? Di manakah letak perbedaan konsep kecantikan atau keindahan pada setiap objek yang kita pandang? 

Immanuel Kant merupakan filsuf Jerman yang eksis pada Abad Pencerahan (17-18 M) yang serius dalam menjelaskan persoalan ini, melalui karyanya yang berjudul Critique of Aesthetic Judgment. 

Menurutnya, apa yang dinilai dari sebuah kecantikan adalah persoalan kesenangan, yang sama sekali subjektif (menurut pandangan pribadi). Kant menolak hal itu. Kecantikan tidak hanya terhenti pada pangkal perasaan, ada sesuatu yang jauh lebih luhur di dalam kecantikan daripada hanya yang disandarkan pada perasaan.

Secara subjektif, keindahan atau kecantikan adalah sesuatu yang tanpa melalui proses perenungan, jadi seseorang tidak lagi memerlukan proses perenungan atau proses berpikir secara mendalam untuk menerima sinyal kecantikan. Kecantikan dan keindahan mengalir secara kodrati, dan dapat diterima secara langsung oleh setiap orang yang memandang objek tersebut.

St Thomas Aquinas memberikan pendapatnya mengenai kecantikan secara subjektif. Ia berkata bahwa yang indah adalah yang "menyenangkan hati kita ketika dilihat". Sesuatu yang "menyenangkan hati" di sini tentunya bukan hasil dari pertimbangan akal, melainkan sepenuhnya sinyal yang diterima langsung oleh perasaan. 

Kembali pada pendapat Aquinas di atas, bahwa segala hal yang dapat memberikan kesenangan secara psikis (lebih tepatnya), adalah sesuatu yang dapat kita katakan indah atau cantik.

Seorang penulis bernama Naomi Wolf, yang menulis buku The Beauty Myth, berpendapat bahwa ada banyak sekali wanita yang khawatir dengan penuaan diri. Entah mereka takut ditinggalkan oleh kecantikannya, atau karena takut dengan hilangnya masa produktif mereka (yang sebetulnya tidak dapat dihindari) yang dapat menyebabkan berkurangnya intensitas kasih sayang pasangan mereka.

Keindahan atau kecantikan secara subjektif sangat sukar ditemukan barometernya, karena kecantikan menurut perseorangan tidak hanya disandarkan pada kesenangan hati, tapi ternyata juga banyak diintervensi oleh banyak hal di luar penilaian individu. 

Misalnya, penilaian seseorang terhadap kecantikan juga dikaitkan pada persoalan sosial-budaya, lingkungan sosial, dll. Boleh saja, seseorang atau sesuatu dinilai indah oleh orang-orang di daerah A, namun belum tentu tolak ukur penilaian tersebut juga berlaku pada orang-orang di daerah B atau daerah lainnya.

Artinya, kecantikan dan keindahan secara subjektif juga dapat dikabulkan oleh hal-hal di luar individu itu sendiri. Begitu pula pada ketampanan seorang pria, pada setiap tatanan masyarakat memiliki sudut pandang berbeda mengenai apakah seorang pria dikatakan tampan atau tidak. Oleh sebab itu, persoalan keindahan secara subjektif sangat kabur untuk bisa kita pahami secara mendetail.

Sekarang, mari kita ketahui bagaimana konsep keindahan atau kecantikan secara objektif. Kant cukup serius membuktikan bahwa keindahan atau estetika dapat berdiri sendiri sebagai sebuah pengetahuan. Menurut para filsuf, keindahan atau kecantikan dapat ditemukan dalam objek yang memenuhi bentuk, keseimbangan, dan proporsi.

Bagaimana suatu bentuk, keseimbangan, dan proporsi dapat menentukan penilaian kita terhadap suatu keindahan atau kecantikan? Apakah ketiganya adalah suatu syarat yang absolut untuk memenuhi keindahan menurut filsafat? Adakah suatu objek yang tidak memerlukan persyaratan diatas? 

Related

Female 9153064862435100642

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item