Masalah di Balik Daur Ulang Nomor Ponsel Hangus, Pengguna Wajib Hati-hati

Masalah di Balik Daur Ulang Nomor Ponsel Hangus, Pengguna Wajib Hati-hati

Kalau kamu penasaran gimana nasib nomor selulermu yang sudah hangus bertahun-tahun lalu, ini jawabannya: bisa jadi nomor itu sudah didaur ulang provider, dan kini jadi nomor orang lain.

Praktik ini sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, namun belakangan perbincangan soal nomor pengguna yang hangus didaur ulang dan dijual oleh provider mengemuka kembali. 

Di Twitter, netizen mengeluhkan nomor barunya yang mendadak dihubungi orang asing, entah sok kenal atau menagih utang. Setelah diusut, ternyata nomor anyar tersebut hasil daur ulang, sehingga urusan nomor tersebut di kehidupan sebelumnya masih membuntuti.

Istilah “daur ulang” tampaknya terlalu positif untuk menggambarkan masalah dari praktik ini. Merangkum keluhan di internet, netizen menyebutkan pesan dari orang asing/teman pemilik nomor lama cukup mengganggu. Catatan lain, pengguna khawatir bila nomor lamanya digunakan untuk aksi penipuan mengatasnamakan dirinya sebagai pengguna lama.

Contoh kasus pernah terjadi pada 2015 silam. Saat itu, lelaki berdomisili di Jakarta Selatan bernama Agus Harahap menceritakan pengalamannya selepas membeli kartu perdana. Beberapa pekan kemudian, dia ditelepon penagih utang yang mengaku dari sebuah BUMN. 

“Saya jawab bukan [orang yang terlilit utang]. Nomor itu katanya bermasalah, nomor itu pernah terlilit utang sama bank. Terus dia [penagihnya] ngasih saran, ‘Kalau bisa ganti kartu, karena Bapak akan diteror sama bank selagi kartu masih aktif.’ Kata dia, itu [nomor tersebut] bisa jadi nomor-nomor lama yang sudah enggak aktif, lalu diaktifkan lagi sama pihak operator, terus dijual lagi jadi kartu perdana,” demikian cerita Agus.

Saat dikonfirmasi perihal masalah ini, Group Head Corporate Communications XL Axiata, Tri Wahyuningsih, menjelaskan, daur ulang dilakukan para penyedia jasa karena nomor ponsel adalah sumber daya terbatas milik negara.

“Recycle dilakukan terhadap nomor-nomor ponsel yang sudah tidak aktif digunakan dalam rentang waktu tertentu,” kata Tri. Karena itu, menurut Tri, XL terus mengingatkan pengguna yang mengganti nomor agar menonaktifkan layanan keuangan perbankan dari nomor tersebut agar tak ada celah tindak kejahatan. 

“Bahwa keamanan penggunaan atas nomor yang di-recycle tentu menjadi tanggung jawab pengguna nomor sebelumnya. Apalagi kalau nomor yang digunakan sebelumnya tersebut terhubung dengan layanan jasa keuangan perbankan dan sebagainya.”

Kebijakan provider ini ternyata dilindungi hukum. Mengacu Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 14/2018, nomor pelanggan yang tidak dipergunakan lagi harus dimanfaatkan untuk calon pelanggan lain yang membutuhkan. Tenggang waktu antara nomor hangus dengan penggunaan pelanggan baru paling cepat 60 hari, waktu yang relatif singkat.

Kalau sudah begitu, penggunalah yang harus bisa melindungi keamanan privasinya sendiri. Situs Hukum Online menjelaskan, para operator terikat UU 36/1999 yang mewajibkan penyelenggara jasa telekomunikasi merahasiakan informasi yang dikirim dan/atau diterima lewat layanannya. 

Pasal 15 ayat 2 menyebutkan, apabila memang terjadi sebuah kerugian, namun provider bisa membuktikan bahwa kerugian bukan dari kesalahan pihaknya, korban tak bisa menuntut kerugian kepada provider.

Bermodal semangat melindungi diri sendiri, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC), Pratama Persadha, menjelaskan, agar pengguna layanan telekomunikasi yang hobi ganti nomor selalu memastikan nomor yang akan hangus tak terhubung dengan akun mana pun, demi mengurangi risiko kehilangan aset digital.

“Ketika nomor hangus lalu digunakan pengguna baru untuk registrasi atau verifikasi layanan yang juga digunakan oleh pengguna sebelumnya, hal tersebut yang kemungkinan dimanfaatkan oleh pengguna baru untuk mengakuisisi aset digital,” kata Pratama. 

Konsep “peretasan tidak langsung” ini mengancam akun media sosial, kartu kredit, dompet digital, dan akun marketplace.

Semoga tulisan ini bisa bikin orang yang doyan beli kartu perdana, alih-alih ngisi pulsa, segera insyaf. Beberapa tahun silam, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), I Ketut Prihadi, bilang harga kartu perdana yang sangat murah memang bikin banyak pelanggan memilih membeli baru dibanding mempertahankan nomor lama. 

Pembelian kartu perdana bersama obral paket telepon dan data internet dianggap lebih menguntungkan oleh konsumen. Ia juga menyebut, setiap bulan ada 20 persen pengguna nomor ponsel berhenti menggunakan nomornya.

“Saat ini terjadi churn rate [persentase berhenti berlangganan] karena pelanggan cenderung berganti kartu untuk bisa mendapatkan tarif yang lebih murah yang ditawarkan bersama dengan kartu perdana,” kata Ketut. 

Di tahun yang sama, anggota BRTI Taufik Hasan mencatat penjualan kartu perdana mencapai 800 juta kartu baru, tanpa penambahan pelanggan baru yang stabil di kisaran 300 juta pelanggan.

Related

Smartphone 3808178939124303790

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item