Sejarah dan Asal Usul Penginapan dan Kedai di Zaman Kuno


Naviri Magazine - Kehidupan berabad-abad lalu tentu berbeda dengan kehidupan zaman sekarang. Bayangkan suatu masa ketika losmen baru dikenal dalam kehidupan manusia, kedai untuk minum-minum juga baru dikenal. Pada masa itu, kehidupan bahkan bisa dibilang masih sangat sederhana, belum serumit dan sekompleks sekarang. Termasuk dalam hal minuman. 

Pada masa itu memang telah ada bir dengan alkohol ringan, yang disebut ale. Minuman itulah yang menjadi andalan banyak orang yang ingin bersenang-senang di zaman itu.

Inn (penginapan) pertama muncul di Inggris pada abad kedua belas hingga tiga belas, dan menjadi hal umum di kota-kota besar di abad kelima belas. Penginapan kuno yang masih berdiri hingga saat ini di antaranya adalah New Inn, Gloucester, King's Head dan Aylesbury. 

Inn lebih menawarkan tempat untuk menginap bagi para pelancong atau pedagang, sedangkan taverns (kedai) lebih menawarkan tempat untuk berkumpul dan minum bersama bagi masyarakat dari berbagai latar belakang. Kedai-kedai terkemuka di kota besar biasanya dimiliki perusahaan pembuat minuman, namun beberapa juga hanya menjadi agen perusahaan pembuat anggur. 

The Vintner's Company of London mendapatkan hak monopoli untuk melakukan perdagangan di wilayah tersebut sejak tahun 1364. Kedai di zaman medieval berbentuk sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa ruangan, disertai sebuah ruang bawah tanah. 

Kedai menggunakan tanda untuk memberitahukan kehadiran mereka kepada para calon pelanggan, dengan cara menggantungkan cabang pohon dan dedaunan di atas pintu. Beberapa kedai hanya menjual anggur sebagai satu-satunya menu mereka, namun para pelanggan bisa membeli makanan dari tempat lain untuk dimakan di sana. 

Kedai di sana jarang menawarkan penginapan atau pesta yang besar seperti yang bisa didapatkan di penginapan. Di masa lalu, kedai lebih umum dijadikan tempat untuk berjudi, bernyanyi, dan mencari PSK.

Rekreasi favorit bagi penduduk dewasa saat itu tidak lain adalah minum. Baik pria maupun wanita berkumpul di "kedai minum", biasanya sekumpulan orang akan memesan bir, karena harganya yang murah, yaitu 1 penny untuk 3 galon. 

Di sana, mereka akan melewati sepanjang malam seperti penduduk modern mengunjungi pub saat ini. Kecelakaan, pertengkaran, dan tindak kekerasan kadang-kadang terjadi ketika pesta minum berlangsung. Beberapa kejadian tercatat dalam catatan pengadilan secara singkat, beberapa di antaranya dilaporkan terjadi kecelakaan cukup fatal. 

Seperti yang terjadi pada 1276 di Elstow, Osbert le Wuayl, ketika putra William Cristmasse pulang ke rumah sekitar tengah malam "dalam keadaan sangat mabuk," setelah menghabiskan malam di Bedford. Dia jatuh dan kepalanya terbentur batu, sehingga mengalami luka cukup parah. 

Ada juga seorang pria terhuyung-huyung menunggang kuda dari kedai. Catatan lain menerangkan seorang pria jatuh ke sumur di pasar dan tenggelam, seorang pria lainnya jatuh ke kolam dan tenggelam juga. 

Ada pula yang membawa sebotol ale ke jalan desa lalu digigit anjing, berusaha lari namun tersandung dan kepalanya menabrak dinding. Lalu ada seorang anak kecil yang tergelincir dari pangkuan ibunya yang sedang mabuk, lalu terkena panci berisi susu panas di perapian. 

Di masa itu, sebuah desa bisa menghasilkan minuman yang cukup banyak. Kebanyakan para pembuat minuman adalah para perempuan. 

Ale (minumam beralkohol ringan) di zaman medieval Inggris sangat penting, hampir sama penting seperti roti, tapi di lain sisi penggilingan tepung dan tempat pemanggangan roti dijaga ketat oleh monopoli seigneurial, meski produksi bir ale ada di mana-mana dan bebas dikonsumsi oleh hampir semua kalangan saat itu (sebagian besar kaum wanita). 

Biasanya, para pembuat bir rumahan akan menumpuk minumannya di satu rumah, dan memfungsikan rumahnya menjadi setengah tavern. Akhirnya, praktik seperti ini mulai dilarang karena bir yang dibuat harus sesuai dengan standar mutu yang diberlakukan oleh pemerintah. Meski dilarang, banyak pembuat bir rumahan yang mayoritas wanita memproduksinya secara diam-diam.

Pada abad ke-13, pemerintah Inggris mengeluarkan peraturan yang mengatur penjualan ale, yang di dalamnya tercantum ukuran dan kualitas ale yang boleh dijual dan dikonsumsi. 

Namun, bagaimana pun juga, praktik pembuatan ale di rumah masih tetap dilakukan tanpa memperhatikan peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Biasanya, bila ketahuan ada ale yang dibuat di bawah standar, si pembuat akan dihukum denda. 

Meski banyak yang terkena denda karena ale yang diproduksi dibawah standar, pembuat ale masih tetap saja membandel, mereka tetap menjual ale secara diam-diam.

Di samping pekerjaan membuat ale yang bisa menghasilkan pendapatan lumayan besar, ada juga jenis pekerjaan lain yang berhubungan dengan ale, yaitu pencicip bir ale. 

Para pencicip bir ale diangkat oleh pemerintah dan ditekan di bawah sumpah. Biasanya mereka akan datang kepada para pembuat ale, dan mencicipi ale buatan mereka. Bila ditemukan ale di bawah standar, pencicip itu akan melaporkan ke pemerintah, dan si pembuat akan ditangkap untuk didenda.

Related

History 2892902745939703595

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item