Biografi Henry Kissinger, Tokoh Penting Amerika Serikat (Bagian 1)


Anthony Bourdain dalam A Cook’s Traveler (2001) yang menegaskan sentralitas Kissinger di tengah konflik paling berdarah setelah Perang Dunia II. 

"Lihatlah apa yang dilakukan oleh Henry Kissinger di Kamboja, dan Anda akan bernafsu memukulinya sampai mati dengan tangan telanjang. Saksikan apa yang dia kerjakan di sana, dan Anda tak akan pernah paham bagaimana dia tidak diseret ke [Pengadilan HAM Internasional di] Den Haag di sebelah [Slobodan] Milosevic," tulisnya. 

Bourdain mengacu pada "pengeboman rahasia" yang dilakukan Kissinger di Kamboja pada 1969, mendahului invasi Amerika Serikat setahun berikutnya. Sampai hari ini, metode itu adalah salah satu cara paling edan dalam sejarah perang untuk mengorek musuh keluar dari kantong-kantong persembunyian di perbatasan Vietnam-Kamboja. Hasilnya, Viet Cong tidak ketemu. 

Dengan perintah "Tembak apa saja yang melayang atau bergerak", sedikitnya 50 ribu jiwa rakyat sipil melayang menyusul krisis politik di Kamboja yang mengantarkan Khmer Merah merebut kekuasaan dari Pangeran Norodom Sihanouk. 

Nama Kissinger terpatri dalam perang saudara yang memisah Pakistan dengan Bangladesh pada 1971. Dia pula yang mengusahakan normalisasi hubungan diplomatik AS–Tiongkok pada 1972. Juga melakukan diplomasi ulang-alik Yerusalem-Damaskus sebanyak 30 kali selama 19 hari Perang Yom Kippur 1973, yang memungkinkan Israel selamat dari kehancuran lantaran diterkam negara-negara Arab.

Kissinger juga memberikan lampu hijau atas nama Gedung Putih kepada Pemerintah Indonesia untuk melancarkan invasi ke Timor Leste pada 1975. 

Namanya terasosiasi dengan darah jutaan orang tak bersalah demi hegemoni Amerika Serikat di kawasan Asia-Afrika, mandala perebutan pengaruh di tengah kecamuk Perang Dingin. Ia adalah landasan pacu yang memungkinkan hegemoni Amerika Serikat meluncur cepat dan mulus ke atas panggung politik internasional. Telapak tangannya yang berdarah-darah ikut menulis ulang sejarah dunia sambil memastikan ode kepahlawanan AS tercetak di setiap halamannya. 

Ketelatenan Seorang Pemanjat 

Heinz Alfred lahir dari pasangan Louis dan Paula Stern Kissinger di Furth, sebuah kota di Jerman yang tidak lebih luas dari Karawang, pada 27 Mei 1923. Ia yang sejak kecil menunjukkan bakat cemerlang di kelas sebagai kutu buku dan gila sepak bola, dibesarkan dalam tradisi religius Yahudi yang mengedepankan kesederhanaan dan kerja keras. 

Latar belakang ini lebih dari cukup untuk menyeret keluarga Kissinger ke tubir penderitaan saat antisemitisme mulai merebak di Jerman setelah Adolf Hitler dan Partai Buruh Nasional Sosialis menjadi pemenang pada Pemilu 1933. 

"Dr. Kissinger adalah seorang yang kuat, tetapi Nazi tetap sanggup meremukkan jiwanya," ujar Fritz Kraemer, karib Kissinger sekaligus mentor intelektual pertamanya, seperti dikutip Walter Isaacson dalam Kissinger: A Biography (2005). 

Godam antisemitisme mulai menghantam keluarga Kissinger saat Hukum Nuremberg diberlakukan pada 1935. Hukum yang mencabut hak kewarganegaraan semua orang Yahudi ini memperparah perundungan yang telah diterima Heinz kecil, kali ini dengan menjadikan ayahnya pengangguran. 

Masa pubertas Heinz dilalui dengan menelan semua persekusi, sampai ibunya berhasil menghubungi seorang sepupu di New York yang menyediakan tumpangan bagi mereka di Upper West Side, Manhattan. Dengan sedikit perabot dan satu bagasi, keluarga ini melarikan diri pada 1938 dengan kapal Prancis, Ile de France, beberapa bulan sebelum Kristallnacht memerangkap semua orang Yahudi yang tak sempat bermigrasi untuk memasuki neraka kesengsaraan. 

Di Amerika Serikat, Heinz bersalin nama menjadi Henry. Pada usia 16, ia mulai bekerja sebagai buruh pabrik krim cukur sambil mengenyam pendidikan menengah di sekolah malam. Setahun kemudian, ia mendaftar ke City College New York yang tidak memungut uang sekolah, dengan capaian nilai tertinggi di kelas. 

Sebelum kariernya sebagai akuntan mapan, ia telah dikirim wajib militer, dan ditempatkan di Divisi Infanteri ke-84 di Camp Claibourne, Louisiana.

"Saat Divisi 84 dimobilisasi ke Jerman dalam Pertempuran Bulge, ia (Henry) mendapati dirinya berhasil menaklukkan orang-orang yang dulu mempersekusi dan mengirim keluarganya ke pengasingan," tulis Thomas W. Lippman dalam obituari Kissinger di The Washington Post, 30 November 2023. 

Kemenangan dalam pertempuran itu, juga keberhasilan divisinya melucuti senjata Gestapo, membuat Henry diganjar Medali Perunggu dan naik pangkat menjadi sersan. 

Setelah menggantung seragam U.S. Army dan kembali menjadi warga sipil pada 1947, Henry diterima di Harvard University. Di Kampus ini ia bertemu dengan William Yandell Elliott, profesor ilmu sejarah yang membukakan jalan bagi Henry muda untuk mengeksplorasi bakat intelektualnya. 

Dengan merintis majalah beroplah kecil, Confluence, sebagai forum diskusi masalah luar negeri yang memikat para akademia, ditambah satu artikelnya yang terbit di majalah bergengsi Foreign Affairs, Henry menjadi bintang baru dalam semesta akademia ilmu politik Amerika. 

Digembleng Elliott dengan dasar-dasar pemikiran ilmu politik dan sejarah, Henry menulis skripsi berjudul "The Meaning of History" sepanjang 383 halaman—yang hingga bertahun-tahun disebut "Aturan Kissinger", yakni panjang maksimal sebuah skripsi bagi mahasiswa strata satu. 

Sempat bekerja sebagai konsultan pemerintah di Perang Korea, Henry kembali ke kampus untuk mengejar gelar doktor (Ph.D) yang ia raih pada 1954. Disertasinya yang berjudul "A World Restored" dibukukan pada 1957. Sampai hari ini menjadi salah satu buku klasik mahasiswa Hubungan Internasional seluruh dunia, terutama untuk memahami logika balance of power dan realpolitik dalam konteks Perang Dingin. 

Baca lanjutannya: Biografi Henry Kissinger, Tokoh Penting Amerika Serikat (Bagian 2)

Related

International 6180474438350128833

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item