Faktanya, Hidup Bersama Orang Tua Kadang Bisa Menyiksa Batin


Tinggal bersama orang tua hingga usia lanjut berpotensi meningkatkan gejala depresi. Kondisi masa kecil berpengaruh. Mereka yang waktu kanak-kanak rutin menjadi korban pengabaian, tak diberi rasa aman, hingga sering mendapat tindak kekerasan, namun dipaksa harus mengurus orang tua alias sang pelaku, akan tumbuh menjadi pribadi yang rentan depresi saat dewasa. 

Menurut riset American Psychiatric Association, dalam Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR), gejala orang depresi serupa dengan kondisi yang dialami Arif, dengan beberapa tambahan antara lain berat badan turun, insomnia (susah tidur), terus-menerus merasa lelah, harga diri anjlok, merasa bersalah secara berlebihan, konsentrasi menurun drastis, dan dalam situasi yang terparah: muncul keinginan untuk bunuh diri. 

Menanam di Usia Dini, Menuai di Saat Dewasa 

Kemandirian dan kebebasan adalah dua dari sekian banyak kata kunci yang didambakan orang dewasa. Sayangnya, tidak banyak orang yang bisa menemukan jalan untuk mandiri, sehingga selalu bergantung pada orang tua, bahkan hingga di usia yang sudah tak tergolong muda. 

Dalam usia yang semakin tua, ketidakmandirian ternyata memberikan rasa stres yang semakin besar. Professor Deborah Carr, sosiolog dari Rutgers University, mencoba mengkajinya dengan memanfaatkan data Winsconsin Longitudinal Study (WLS). 

Studi WLS melibatkan 10.317 laki-laki dan perempuan yang lulus sekolah menengah atas di Winsconsin di tahun 1957. Para responden telah diwawancarai sejak umur 36, 54, 65, dan 72. Deborah memfokuskan diri untuk mewawancarai 6.140 responden saat menginjak usia 65. Mereka adalah orang-orang yang hingga usia lanjut masih tinggal bersama orang tuanya masing-masing. 

Ia memulai wawancaranya dari tahun 2004, dilanjutkan dengan mengolah data, dan selesai pada tahun 2016. Ia mempublikasikan temuannya di website Rutgers, sebagaimana ia juga paparkan di pertemuan American Sociological Association di Seattle. 

Hasilnya: orang-orang yang telah mencapai usia 65 dan masih tinggal bersama orang tua mereka lebih berpotensi untuk menderita gejala depresi daripada rekan-rekan mereka yang orang tuanya telah meninggal. 

“Saya berekspektasi, bahwa orang yang hidup bersama kedua orang tua mereka akan memiliki kesehatan mental yang terbaik,” kata Deborah. 

“Tetapi, bagaimana pun tipe orang tuanya, orang yang hidup bersama kedua orang tua mereka justru lebih sering dilanda kesedihan ketimbang mereka yang hidup dengan satu orang tua saja. Sedangkan orang yang hidup bersama satu orang tua saja lebih sering merasa sedih dibanding mereka yang orang tuanya telah meninggal,” paparnya. 

Hasil penelitian itu juga menunjukkan, perempuan lebih rentan mengalami stres dan gejala depresi lainnya dibandingkan laki-laki. Deborah menilai hal ini masuk akal, sebab perempuan dianggap memiliki tanggung jawab lebih sebagai pengasuh orang tua mereka yang sudah sangat lanjut usia. 

“Dan jika mereka merawat orang tua yang dulunya lalai atau bersikap tak baik kepada mereka, tentu hal tersebut menambah perasaan pahit dan benci yang terpupuk sejak lama,” imbuhnya. 

Ketika orang tua yang gemar kasar kepada anaknya itu meninggal, Deborah menjelaskan bahwa sang anak mungkin merasa sedih. Namun di sisi lain, ada semacam kelegaan sebab sosok yang dahulu sering bersikap keras telah tiada, dan ia bisa melanjutkan hidup (setidaknya) tanpa bayang-bayang orang yang telah memberinya trauma. 

“Bagaimana pun kondisinya, jika kau tak dilimpahi kasih sayang dan tak diberi rasa aman saat masih kecil, kau akan mudah depresi dan marah saat sudah dewasa. Dan saat kau mesti merawat orang tua seperti itu di masa tuamu, lalu keduanya meninggal tanpa adanya penyelesaian atas permasalahan yang kau alami, tentu saja kau menjadi pribadi yang rapuh dan gampang terserang depresi,” jelasnya. 

Sebaliknya, lanjut Deborah, mereka yang merasakan cinta, aman, akan merasa berat saat ditinggal orang tua mereka untuk selama-lamanya. Mereka tidak rentan terhadap perasaan sedih yang berlarut-larut akibat diabaikan selama menjalani masa kanak-kanak hingga masa remaja, atau gejala depresi lainnya. 

“Dukungan emosional yang dinikmati selama kecil dapat menjadi pelipur lara saat sedang berduka akibat kematian kedua orang tua,” jelas Deborah. 

Related

Psychology 5606920829329472150

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item