Kisah Eiji Yoshikawa, Penulis Jepang yang Melahirkan Novel Musashi (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Eiji Yoshikawa, Penulis Jepang yang Melahirkan Novel Musashi - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pada tahun-tahun berikutnya, ia dapat menerbitkan ceritanya sendiri melalui Kodansha, penerbit yang mengadakan kontes menulis yang ia ikuti di masa mudanya. Yoshikawa mampu menerbitkan beberapa artikelnya di berbagai majalah yang diterbitkan oleh Kodansha. Kelak, penerbit itu menobatkannya sebagai penulis nomor satu mereka. 

Saat itu, ia menggunakan 19 nama pena yang berbeda sebelum memilih Eiji Yoshikawa. Kali pertama menggunakan nama pena Eiji Yoshikawa adalah ketika menerbitkan potongan serial dari karyanya, Kennan Jonan (Sword Trouble, Woman Trouble). 

Nama pena itu melekat di benak pembaca Jepang setelah ia menerbitkan potongan serial Naruto Hicho (Secret Record of Naruto) di surat kabar Osaka Mainichi Shimbun. Karya sastra inilah yang melejitkan karier menulis Yoshikawa, dan membuka jalan bagi karya-karyanya selanjutnya untuk diperhatikan oleh publik. 

Hidup dalam Perang dan Kisah Klasik 

Pada usia 30-an, Eiji Yoshikawa telah memantapkan namanya berkat kontribusinya di berbagai surat kabar lokal. Namun, dekade ini juga menandai bagian kehidupan pribadinya yang penuh gejolak dan berlangsung selama beberapa tahun. Selama periode ini, tulisannya mulai memiliki nada yang lebih gelap. Karyanya menjadi introspeksi sebagai cerminan dari masalah yang ia alami, seperti pernikahannya dengan Yasu Akazawa yang amburadul. 

Meski kehidupan pribadinya bermasalah, Yoshikawa terus menulis. Ia membuat terobosan besar pada tahun 1935 ketika menerbitkan serial berjudul Musashi. Kisah Musashi berkisar pada samurai paling terkenal di Jepang feodal bernama Miyamoto Musashi, dengan teknik dua pedang legendaris dan filosofi hidupnya. Karya ini murni sastra, bukan biografi. 

Musashi diterbitkan di Asahi Shimbun, dan namanya dipahat sebagai legenda dalam genre fiksi sejarah dan pertualangan, sebut Japan Times dalam artikel "'Musashi: An Epic Novel of the Samurai Era' Encapsulates Feudal Japan". 

Selain masalah dalam kehidupan pribadinya, Jepang juga mengalami tahun-tahun yang penuh gejolak di awal abad kedua puluh. Tahun 1937 menandai dimulainya perang Jepang dengan Tiongkok. Ini mengubah arah penulisan Yoshikawa untuk sementara waktu, karena surat kabar Asahi Shimbun mengirimnya sebagai koresponden lapangan untuk menulis tentang jalannya perang. 

Saat ditempatkan sebagai koresponden lapangan, Yoshikawa menceraikan istri pertamanya, kemudian menikahi Fumiko Ikedo. Meski fokus mendokumentasikan perang Tiongkok-Jepang, ia masih terus menulis novel. Saat berada di lapangan, Yoshikawa mulai membaca literatur Cina. Di antara karyanya yang terkenal selama periode ini adalah serial yang menceritakan kembali dua klasik, Taiko ki (Taiko: An Epic Novel of War and Glory in Feudal Japan) dan Sangoku shi (Romance of the Three Kingdoms). 

Menjadi koresponden selama perang Tiongkok-Jepang dan mengalami Perang Dunia II membuat Yoshikawa lelah. Ketika perang berakhir, ia memutuskan untuk berhenti menulis untuk sementara waktu. Selama masa pensiunnya, ia menetap di Yoshino, menikmati masa yang tenang di pinggiran Tokyo. 

Setelah dua tahun istirahat, ia kembali menulis pada tahun 1947 dan mulai menerbitkan karyanya lagi di mingguan Asahi. Karya pascaperangnya tetap populer di dunia sastra Jepang, termasuk Shin Heike monogatari (The Heike Story: A Modern Translation of the Classic Tale of Love and War), Shihon Taihei ki (A Private Record of the Pacific War) dan Shin Suikoden (New Tales from the Water Margin). 

Lima belas tahun setelah kembali menulis, Yoshikawa didiagnosis menderita kanker. Ia meninggal pada 7 September 1962 dalam usia 70 tahun. Ia mewariskan belasan judul karya fiksi sejarah yang akan menginspirasi generasi berikutnya, serta diadaptasi ke ragam medium. 

Beberapa dekade kemudian, Takehiko Inoue memulai manga Vagabond pada 1998 karena bertanya-tanya seperti apa karakternya ketika dia membaca Musashi. Kodansha yang kini mungkin lebih dikenal sebagai penerbit manga, merilis serial Vagabond yang akhirnya sukses secara komersial dan kritis, menghidupkan kembali Musashi, sekaligus sebuah penghormatan pada Eiji Yoshikawa. 

Related

Books 1445332856594699007

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item