Fakta-fakta Penting Rohingya yang Perlu Kita Tahu (Bagian 1)


Pencarian kata “Rohingya” dalam mesin pencarian Google mengalami peningkatan dalam beberapa pekan terakhir, menyusul sejumlah insiden penolakan warga Aceh atas kehadiran kelompok etnis Indo-Arya di tanah Rencong.

Sampai 29 Desember 2023, Badan PBB yang menangani pengungsi (UNHCR) mencatat bahwa Aceh telah kedatangan 1.608 orang pengungsi Rohingya. Sejak pertengahan November lalu, mereka tiba di wilayah di ujung utara Sumatra itu setidaknya dalam enam gelombang.

Berikut sejumlah hal yang perlu Anda ketahui agar memahami konteks tentang pengungsi Rohingya.

Apa itu Rohingya?

Apa itu Rohingya? Rohingya warga mana? Rohingya negara mana? Pengungsi Rohingya berasal dari mana? Rohingya negara asal mana? Asal-usul Rohingya? Itu adalah sejumlah pertanyaan yang terus dicari dalam mesin pencarian. Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut merujuk identitas Rohingya, kewarganegaraan, dan negara asal.

Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang telah tinggal selama berabad-abad di Myanmar - negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, menurut Badan Pengungsi PBB, UNHCR.

Apakah etnis Rohingya merupakan bagian dari Myanmar?

Hal itu masih kontroversial. Kalangan sejarawan bersilang pendapat apakah Rohingya memang sudah menetap di Myanmar sebelum kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Sebagian sejarawan mengatakan komunitas ini sudah tinggal di Myanmar selama berabad-abad, hal yang diyakini komunitas Rohingya sendiri – bagian dari etnis di Myanmar.

Pendapat kedua mengatakan, mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir. Hal ini yang dijadikan dasar bagi junta militer – pemerintah di Myanmar – menyatakan mereka sebagai pendatang baru dari subkontinen India.

Tahun 1982 menjadi momentum paling penting bagi komunitas Rohingya, saat Pemerintah Myanmar menerbitkan Undang Undang Kewarganegaraan. Melalui kebijakan ini, etnis Rohingya tidak dimasukkan sebagai ‘ras nasional’ Myanmar. Akibatnya, mereka menjadi populasi tanpa kewarganegaraan (stateless) terbesar di dunia.

“Sebagai populasi tanpa kewarganegaraan, keluarga Rohingya tidak memiliki hak-hak dasar dan perlindungan, serta sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender, serta pelecehan,” tulis keterangan UNHCR.

Pengungsi Rohingya berasal dari mana?

Secara de facto, mayoritas Rohingya hidup di negara bagian termiskin Myanmar, yaitu Rakhine. Dari sisi historis, keberadaan Rohingya tidak disukai oleh mayoritas penduduk di Rakhine yang didominasi agama Buddha. Rohingya dipandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain. Kebencian terhadap Rohingya dari mayoritas penduduk di Rakhine ini meluas di Myanmar.

Kapan krisis kemanusiaan Rohingya dimulai?

Sejak mereka tidak punya kewarganegaraan, tapi masih tetap tinggal di Myanmar. UNHCR menyebut hidup dan kehidupan mereka selama puluhan tahun mengalami kekerasan, diskriminasi, dan persekusi di Myanmar. Orang Rohingya perlahan-lahan mulai meninggalkan Myanmar pada 1990-an.

Tapi puncaknya terjadi pada 2017, saat gelombang kekerasan besar-besaran di Negara Bagian Rakhine memaksa lebih 742.000 orang – setengahnya anak-anak – mencari perlindungan di Bangladesh. Peristiwa ini menjadi eksodus terbesar dalam sejarah Rohingya.

Seluruh desa dibakar, ribuan keluarga dibunuh atau terpisah, dan pelanggaran hak asasi manusia membanjiri laporan-laporan lembaga kemanusiaan.

"Lebih baik mereka membunuh kami daripada mendeportasi kami ke Myanmar," kata seorang etnis Rohingya di kamp pengungsian Cox’s Bazar, Bangladesh– lima tahun setelah eksodus.

Apakah Indonesia satu-satunya tempat Rohingya mencari perlindungan?

Laporan UNHCR per 31 Oktober 2023 menunjukkan 1.296.525 pengungsi Rohingya yang mencari perlindungan tersebar ke sejumlah negara. Bangladesh menjadi negara paling banyak menampung, yaitu 967.842 orang. Diikuti dengan Malaysia (157.731), Thailand (91.339), India (78.731) dan terakhir Indonesia (882).

Meskipun jumlah yang masuk ke Aceh, Indonesia sedikit, tapi dalam satu pekan terakhir gelombang pengungsi Rohingya mengalami peningkatan lebih dari 100% dengan jumlah sekitar 1.000 orang.

Direktur Arakan Project, lembaga advokasi HAM Rohingya, Chris Lewa menilai “Indonesia bukanlah negara tujuan” bagi pengungsi Rohingya dalam mencari perlindungan. “Namun Indonesia menjadi tempat transit karena tidak bisa mendarat di Malaysia atau tidak bisa sampai ke Malaysia." 

Baca lanjutannya: Fakta-fakta Penting Rohingya yang Perlu Kita Tahu (Bagian 2)

Related

International 8075220609072816841

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item