Efek Streisand, Ketika Tuntutan Berujung Antiklimaks (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Efek Streisand, Ketika Tuntutan Berujung Antiklimaks - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kisah lain juga datang dari seerang bocah usia 9 tahun bernama Martha Payne. Sejak awal Mei 2012, perempuan yang ibunya seorang dokter dan ayahnya seorang peternak itu mulai mengunggah foto-foto santap siang melalui blog Never Seconds. Unggahan Martha pun viral. “Dia memiliki satu juta pengunjung dalam seminggu terakhir dan dua juta pengunjung pagi ini,” ujar Maryn Mackenna, dalam sebuah laporannya untuk Wired, 14 Juni 2017. 

Namun siang harinya, melalui blognya itu, Martha mengatakan ia dilarang sekolahnya untuk memotret santap siang. Alasannya, karena ada koran yang merilis berita utama pada hari itu terkait santap siang Martha. 

“Aku hanya menulis blog bukan koran, dan aku sedih tidak lagi diizinkan memotret. Aku akan melewatkan berbagi dan menilai makan siang sekolahku dan aku akan rindu melihat makan malam yang kamu kirimkan kepadaku,” sebut Martha dalam artikel bertajuk Goodbye. 

Dua belas jam setelah Wired merilis laporannya, dukungan publik untuk Martha berdatangan. Sebanyak 214 artikel berita di seluruh dunia meliput isu Martha. Never Second dikunjungi lebih dari 500 ribu warganet dan lebih dari 1.000 orang mengunggah komentar di artikel Goodbye. Sedangkan koki selebritas Inggris Jamie Oliver melalui akun Twitternya berkata: "Stay strong, Martha!" 

Sementara The Guardian mengajak orang-orang untuk berfoto dengan menu santap siang mereka dan mengunggahnya ke Twitter dengan tagar #MyLunchforMartha. Martha juga menerima lebih dari 130.000 poundsterling dari donasi solidaritas yang digalang untuknya. 

Efek Streisand di Dunia Politik 

Direction Centrale du Renseignement Intérieur (DCRI) pernah merasakan "efek Streisand". Semula lembaga intelijen Perancis itu meminta Wikimedia menghapus sebuah artikel di Wikipedia berbahasa Perancis yang memuat naskah tentang pangkalan radio militer yang dikelola Ungkatan Udara Perancis Pierre-sur-Haute. Menurut mereka, merekam hal tersebut tergolong informasi rahasia yang tidak boleh diumbar ke publik. 

Namun, nasib DCRI berujung duka. Alih-alih informasi rahasia itu tetap tersembunyi, laman artikel itu dikunjungi 120.000 orang pada 6-7 April 2013. The Economist melaporkan artikel tersebut paling banyak dikunjungi di Wikipedia edisi Perancis. 

"Efek Streisand" tidak terjadi di dunia maya saja. Politisi Kanada Vicki Huntington mengajukan aturan yang melarang tepuk tangan di dalam ruang sidang Majelis Legislatif British Colombia. Menurutnya, tepuk tangan bikin lembaga legislatif Kanada itu menghabiskan 3,5 jam per tahun. Selesai mengatakan hal itu, para hadirin malah bertepuk tangan sangat lama. 

Atau, simak juga pengalaman Jan Böhmermann. Pada 2016, komedian Jerman itu dituntut oleh Recep Tayyip Erdogan. Komedian yang memang dikenal dengan lawakan-lawakan satirenya itu dituduh menghina Presiden Turki lewat puisi yang dibacakannyanya secara live melalui siaran televisi Jerman, ZDF. 

Deutsche Welle melaporkan, dalam tayangan ZDF itu, sambil duduk di depan bendera Turki dan potret Erdogan, Böhmermann menuduh presiden Turki berhubungan seks dengan kambing dan domba. Böhmermann juga menuduh bahwa Erdogan gemar, dalam kata-katanya, "Menindas minoritas, menendang Kurdi, dan menonjok orang-orang Kristen saat menonton vide porno anak-anak.” 

Namun, alih-alih membuat orang jeri, tekanan kepada Böhmermann justru memicu gelombang kritik terhadap Erdogan. Sebelumnya sangat sedikit mungkin yang peduli dengan penampilan Böhmermann di ZDF. Tetapi karena kemarahan Erdogan, semakin banyak orang yang tahu, atau ingin tahu. Ia, berikut pula puisinya, menjadi liputan berita global. 

Bahkan jurnalis dan penulis Inggris Douglas Murray mengadakan kompetisi untuk menemukan puisi yang paling menjijikkan dan menghina yang ditujukan kepada Erdogan. Pemenang kompetisi ini akan mendapat hadiah sebesar 1.000 poundsterling. Jumlah yang tidak bisa dibilang kecil untuk sepotong puisi. Pemenang kompetisi puisi meledek Erdogan adalah Boris Johnson, orang yang pernah menjadi Walikota London selama dua periode (2008-2016). 

Boris menulis begini: "There was a young fellow from Ankara/ Who was a terrific wankerer/ Till he sowed his wild oats/ With the help of a goat/ But he didn’t even stop to thankera." 

Dengan segala kejadian di atas, sebagai "efek Streisand" atau bukan, para simpatisan Megawati atau kader PDIP perlu berhati-hati jika ingin memperpanjang pelaporan kepada Dandhy Dwi Laksono. Alih-alih menyetop informasi negatif yang terjadi di era kepemimpinan Megawati, informasi-informasi itu sangat mungkin malah semakin masif beredar dan tersebar.

Related

Science 5535126690418146167

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item